Pagi itu ia menyiapkan semua barang barangnya. Semalam ia telah sibuk mencari tempat untuk magang. Entah di perusahaan properti maupun Bank-Bank tertentu. Ternyata sialnya, kemarin malam ia malah tertidur.
"Kamu yakin, Ai. Kok, jauh banget sih sampe harus ke jakarta gitu." Mamah berdiri diujung pintu. Melihat sang anak yang sedang menyiapkan semua kebutuhannya.
Gadis itu tersenyum mendapati muka cemberut sang mamah. "Gak bisa dong, Mah. Kalo Gak sekarang berarti harus ngulang tahun depan dong. Masa yang lain pake topi Toga alias lulus. Airin kok masih disana." ia terkekeh.
Sang mamah membuang nafas. "Yaudah deh, tapi kalo disana kamu nginap dimana?"
Gadis itu tampak berfikir sejenak. Lantas mengambil handphone dan membuka sesuatu, "Asrama khusus perempuan, Mah. Nih" ia menyerahkan ponselnya kepada Mamah.
"Yaudah, tapi kamu kesana diantar ya. Terus kamu chat mamah atau telepon kalo udah sampe sana. Terus jangan lupa makan, jangan lupa istirahat, yang terpenting jangan lupain mamah." Airin meletakkan barangnya, mendekat ke arah sang mamah yang duduk dipinggir kasur. Airin berjongkok menatap sang mamah. Lalu berlesehan di kaki mamahnya.
"Masa sih, Airin lupain Mamah yang cerewet ini. Pasti Ai, bakal kangen banget sama Mamah. Rindu cerewet mamah dikala bangunin Ai yang kayak kebo gini. "
"Kamu juga jangan lupa bangun tidur. Nanti telat di marahin sama Bos"
"Mamah juga jangan lupa buat ingetin Ai disana. " Mereka berpelukan untuk kali terakhirnya sebelum melepas Airin yang akan pergi ke Jakarta.
"Ai pergi ya, Mah. Pak, jangan banyak makan yang manis-manis juga" pamit Airin untuk kedua orang tuanya.
Bapak Airin memeluk putrinya, "Hati hati, Ma"
"Cepet dong. Nanti ketinggalan, pesawat lagi. Berabe, traveloka bakal ngelow nanti" gerutunya.
Airin melepas pelukan kedua orang tuanya. Menyeka air mata yang hampir tumpah kalo adiknya tidak cerewet dan marah marah.
Rifani-Adik kembarnya itu menatapnya tajam dengan bibir yang terus mengomel. Airin Rifani tapi ia biasa akrab disebut Rifani dan ketika masih kecil karena Rifani cadel jadi ia hanya bisa menyebutnya Ani.
"Bentar dong, Fan. Kamu ini galak banget sih, sama teteh" Airin Buru-buru menyalim tangan kedua orang tuanya.
Rifani hanya berdecak kesal lantas masuk kedalam mobil. Airin Rahma dan Airin Rifani adalah saudara kembar. Dimana hanya beda 3 menit saja, pemaksaan lagi pas mau keluarnya. Sang mamah masih lelah eh, Rifani sudah ngotot mau keluar. Untungnya mamah sangat strong.
Rifani yang mengantarkan kakaknya menuju Jakarta. Ia pandai menaiki mobil berbeda dengan Rahma yang masih amatiran. Rifani paling pandai bergaul berbeda dengan Airin yang anak rumahan tapi prestasi-nya jauh lebih tinggi dari Rifani.
Rifani lebih memilih untuk bekerja dibandingkan kuliah katanya otaknya kasihan terus terusan disuruh bekerja.
"Ah kamunya aja, itu mah. Yang males" Rifani kembali acuh dan fokus pada jalanan.
Mobil mereka sudah hampir sampai di stasiun. Bandung-jakarta. "Teh, kalo Bosnya ganteng. Terus masih sigle, kasih tau Fani yah. " Airin melotot tajam.
"Kamu ini, kerja yang bener dulu. Nanti juga dapet yang lebih baik dari kamu"
"Ah teteh kok gitu sih. Kie nya, kalo teteh kerja bener nantikan bisa kasih Fani sedikit kali. " Rifani mengerjapkan matanya sebelah, menggoda kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)
Romance[Follow akunnya dulu sebelum baca ya, biar berkah:)] Kalau pengen baca full ada di Dream dengan judul yang sama ya. Jangan lupa juga buat tambahin hati disana. Karena cerita disini sudah dihapus secara acak ya manteman. ------------ Kisah mahasiswa...