Dan pada akhirnya semesta selalu bekerja lebih cepat setelah manusia itu menyadarinya
Airin bergegas untuk turun dari kamarnya. Ia sudah berjanji akan bertemu dengan Elga hari ini. Mereka akan mencari pekerjaan bersama-sama. Lebih tepatnya untuk Airin sendiri.
Airin tersenyum dipantulan cermin untuk terakhir kalinya. Ia mengambil tas sampingnya. Dan berjalan keluar kamar, Bapak sedang meminum obat jamunya. Katanya untuk pertahanan tubuh setelah berolahraga. Bapak terlalu sayang pada keluarganya, jadi ia tak ingin sakit.
"Airin!"
Airin berhenti dan melihat bapaknya.
"Kamu kok langsung pergi gitu aja, engga mau salam nih sama bapak?" sindirnya.
Rahma terkekeh dan kembali berjalan kearah sang bapak. Ia menyalim tangannya. Dan terakhir mencium pipi bapaknya.
"Selamat pagi!" sapanya dengan cengiran khasnya.
"Ayo duduk dulu!" titahnya. Airin malah memanyunkan bibirnya.
"Airin mau ketemu sama seseorang Pak" cicitnya.
"Elga ada didepan. Biarin lah sekali-kali belajar menunggu, biar nanti tidak manja. Harus ada pengorbanan dong, kalau mau deketin anak Bapak yang satu ini." ujarnya.
Airin menurut akhirnya ia ikut duduk pula. Dan mengambil piringnya,"Mamah kemana?"
"Dia lagi bayar arisan. Oh ya, sejak kemarin Bapak engga lihat Rifani. Dia kemana?"
Airin menyeduk sayurannya. Ia hanya mengangkat bahunya tanda tak tahu. Mereka kembali menikmati makanannya. Sementara Rifani baru tiba, dengan mata sembabnya.
"Kamu kenapa Fan?"
"Aku mau balik ke Jakarta. Pokoknya aku mau disana aja," ucapnya kekeh.
"Kamu ini, mau disana sama siapa? Bapak sama mamahmu kan disini. Lagian semua orang juga ada disini, kamu cari siapa? Kayak cari jodoh aja." balas Bapak dengan gelengan kepalanya.
"Emang Fani lagi usaha cari jodoh Pak. Capek tau jomblo terus, lelah juga liatin Teh Ama terus jalan sama cowoknya. Terus Bapak sama mamah berduaan, Teteh ada A Elga. Lah aku? Sama siapa?"
"Yasudah kamu akan menikah setelah Airin menikah!" putus Bapak. Rifani menangkup wajahnya dimeja dan tangan sebagai tempatnya.
"Kayak kebelet kawin aja. Kamu tau engga rasanya pas udah kawin?" Bapak melihat kearah Rahma. Dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, Rahma menyuap satu sendok kemulutnya dengan mata yang berpikir.
***
Elga membawa Airin ke suatu tempat. Hanya sebuah café, tapi tampaknya café itu sepi. Airin tersenyum saat menerima kado pemberian dari Elga. Ia membukanya dengan semangat.
Airin tersentuh saat yang ada didalamnya adalah sebuah kerudung dengan warna yang sangat bagus. Airin menatap Elga yang tampak memikirkan sesuatu.
"Maaf yah, cuman bisa ngasih itu aja."
"Aja gimana? Ini bagus tau, aku suka seneng banget." sargah Rahma cepat lalu tersenyum lebar lagi.
Elga tersenyum samar, selanjutnya
Elga meneguk minumannya."Aku harus ke Jakarta lagi," Airin menatapnya.
"Kenapa? Ada apa?"
"Engga, ada sesuatu yang tertinggal disana Ma. Oh ya, tentang pekerjaanmu. Lebih baik kamu menerimanya. Soal masa lalu, tidak ada yang harus disesali. Maafkan dia," pinta Elga.
Bertepatan dengan itu seseorang masuk kedalam Café. Kedua mata Airin saling bertemu dengannya. Degup jantung Airin tak henti-hentinya berdegup bahkan lebih kencang.
Galen berdiri disana dengan aura dinginnya yang menyebar ke seluruh penjuru Café. Elga menengok kebelakang dan langsung menyapanya.
"Duduk disini Pak" ajak Elga. Airin hanya mematung, ia menarik nafas dalam. Galen berjalan mendekat kearah Airin. Ia duduk disebelah Airin dengan terus menatapnya. Membuat Airin terus menundukkan kepala.
"Saya tidak menganggu?"
"Ah engga Pak" balas Elga ramah.
Airin merasakan atmosfer disekitarnya sangat canggung, dingin dan tidak bersahabat. Airin pura-pura baik saja. Agar pertemuan mereka segera selesai.
"Ma, Paklen ini yang udah ngasih aku bonus. Dan juga surat promosi buat aku bisa kerja di Bandung."
Airin mengangguk tapi dengan mata yang terus menatap kearah ponsel.
"Saya kayaknya pergi aja Elga, ada orang yang tidak suka sama saya."
"Tunggu Pak!" sela Elga cepat menahan Galen yang akan pergi."Tunggu, pertemuan kita kali ini bukan cuman karena kebetulan kan?"
Airin mengernyitkan alis tidak paham dengn ucapan Elga. Begitupun Galen, mereka saling bertanya.
"Ini sudah direncanakan oleh takdir. Kalian dipertemukan lagi karena jodoh, saya tidak bilang ini secara main-main." ujar Elga menambah kebingungan Airin.
"Apa sih Ga? Kamu ngomong apa? Jodoh apaan? Siapa?"
"Kamu sama Pak Galen Ai," ucap Elga disamping Airim.
"Engga mungkin. Kamu jodoh aku Elga, aku engga mungkin jodoh sama dia." ucap Airim tak terima.
"Jodoh engga ada yang tahu Airin."
π
Airin tak mengatakan apapun setelah diantar pulang oleh Elga. Hatinya sakit ketika mendengar Elga mengatakan bahwa jodohnya ialah bukan dirinya. Ah, Airin tidak mau ambil pusing ia langsung masuk ke halaman rumah.
Tangan Elga mencengkram tangan Airin. Dan menahannya ditempat.
"Kamu kenapa Airin?"
"Kamu yang kenapa! Kenapa bilang kayak gitu? Kamu kayak engga nganggap aku tau!" Airin berbicara sedikit lebih keras.
"Kamu kan yang dulu mau sama Pak Galen. Kenapa sekarang jadi gini?"
"Aku engga suka sama dia. Dia masa lalu yang udah aku hapus dari ingatanku Elga. Aku engga mau ketemu dia lagi, dan tentang yang tadi aku udah ga mau omongin tentang itu!" ujarnya.
Hening sesaat. Elga mengenggam tangan Airin memberikan kehangatan yang menjalar keseluruh tubuhnya.
"Kenapa kamu hapus dia dari ingatanmu?" Elga menatap nyarang kearah Airin. Seperti yang siap menusuk kebagian tepat dilubuk hati.
Dan itulah pertengkaran pertama mereka. Sekaligus yang terakhir kalinya. Karena setelahnya, Airin tak mengatakan apapun lagi. Ia meninggalkan Elga tanpa sepatah kata pun lagi. Melepaskan genggaman yang membuat Elga semakin yakin dengan keputusannya.
Kadang Elga selalu mnegharapkan Airin bahagia dengan dirinya. Tapi tampaknya semesta mulai memperlihatkan bahwa mereka tak seirama lagi.
Elga mundur untuk ini. Ia melepaskan apa yang bukan miliknya. Elga tau, ia hanya cinta sendiri. Nyatanya, Airin hanya mencintai cinta pertamanya. Anak kecil semasa muda mereka.
Elga mundur dan kembali naik motornya. Ia memakai helm dan mulai menyalakan mesin motor. Sekejap ia pergi dari rumah kediaman Airin.
Airin tak tahu harus berkomentar apa. Masa lalunya, masa sekarang, dan masa yang akan datang sungguh membuatnya sakit kepala.
Ia membaringkan tubuh dikasur. Dan menatap langit-langit kamar.
Sejenak wajah Galen muncul lalu detik berikutnya Elga juga hadir. Airin menggelengkan kepala menghalau pikiran yang sudah sumbrawut diotaknya."Apa sih Airin. Masa kamu masih mikirin Pak Galen sih?"
Hayoooo gimaanaaa
Lanjutttt yaaaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)
Romance[Follow akunnya dulu sebelum baca ya, biar berkah:)] Kalau pengen baca full ada di Dream dengan judul yang sama ya. Jangan lupa juga buat tambahin hati disana. Karena cerita disini sudah dihapus secara acak ya manteman. ------------ Kisah mahasiswa...