Bab 5 (Teman lama)

7.4K 342 0
                                    

Angin tidak berhembus untuk menggoyangkan pepohonan, melainkan menguji akarnya

-Ali bin abi thalib

Suara lengkingan bak raja akan datang, atau suara pluit ketika kereta datang terus nyaring. Semua tampak sibuk, merapikan semua tempat tidur. Atau bergegas ke kamar mandi.

Airin bahkan telah bangun sebelum itu. Ia sedang memasak di dapur. Hanya mie rebus, stok makanan gratis di asrama hanya mie rebus. Jatah Airin masih banyak jadi ia memilih makan mie rebus saja.

Jam 7 ia sudah siap. Ia menyampirkan tasnya ke samping, kembali melihat cermin. Agar penampilannya tidak berantakan. Ia ingin melupakan sedikit kegusarannya kemarin.

Hari ini juga ia sudah siap. Kemarin malam ia telah mengahabiskan waktu dengan sang mamah dan keluarganya. Bercerita keadaan jakarta dan teman temannya yang baru.
Oh iya juga mendapatkan kabar bagus. Teman lamanya Imey, akan datang ke jakarta untuk bekerja.

Tentu Itu kabar bagus. Ia jadi punya teman lagi. Imey lebih dari pada sahabat dan teman ia sudah seperti anggota keluarga. Keluarganya sudah mengenal Imey, begitu sebaliknya.

Jadi hari ini Airin memutuskan untuk menjemput Imey, karena kebetulan Imey juga belum mendapatkan tempat tinggal di Jakarta.

Airin mengedarkan pandangan begitu telah sampai di terminal Bus kota. Karena Mamah memberitahunya, Imey menggunakan alat tranfortasi itu untuk sampai ke Jakarta.

Begitu sepasang mata itu telah menemukan objek yang dicari, Airin melambaikan tangan agar sang empunya bisa melihatnya. Airin tersenyum hangat, dan ceria sebelum akhirnya pudar dan digantikan dengan dahi yang mengerut. Airin melihat bayangan dirinya di belakang, Imey sahabatnya.

Imey memeluk hangat sahabat karibnya yang telah lama tak ia jumpai. "Apa kabar hm? "

Bukannya menjawab Airin malah menatap tajam kepada seseorang di belakang tubuh Imey.

"Ayolah, kita baru sampai. Memangnya ini tempat yang bagus untuk kalian bertengkar disini? "

Sepasang kakak-beradik itu saling tatap tajam. Diam tanpa bersua sebelum akhirnya Rahma yang memulai pembicaraannya.

"Ngapain kamu kesini Fani? Mamah sama Bapak gimana?"

Airin naik pitam. Sedangkan Rifani hanya menundukkan kepala. Melihat kebawah sepatunya. Imey tak tinggal diam. Meraih pundak sahabtnya, ia meredakan kemarahan sahabatnya. Karena tidak mungkin mereka bertengkar di jalanan ramai. Dan semua mata tengah tertuju padanya saat ini.

"Marilah, kita kerumah dahulu. Sebelum perang terjadi kalian harus mengisi tenaga dulu bukan?" tawar Imey kemudian diangguki Airin walaupun dengan wajah galaknya dan juga Rifani yang seperti kucing ketakutan.

^^ ^^ ^^

Mereka bertiga tengah berada di sebuah pedagang kaki lima. Di Jakarta sangat mudah untuk bertemu rumah makan seperti ini. Warung Bi SARI namanya.

"Cepatlah aku belum minta izin sama kantor. Buat telat hari ini."

"Sabar dong, Ai. Kamu ini Buru-buru banget, lagian kamukan tidak digaji bukan?" jawab Santai Imey.

"Tapi aku disana bukan main main, Mey. Aku disana kerja sambil belajar. Supaya nilaiku tuntas sampai akarnya. Dan bulan depan aku bisa langsung sidang dan bisa lulus"

"Hidupmu berat banget. Yasudah, kau antar kita pulang dulu. Oke?" Airin membalasnya dengan deheman saja. Membuat Imey mendumel sebal seketika.

He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang