Semua menjadi semu. Tatkala kamu memilih untuk pergi tanpa kabar.Airin menatap kearah lain. Syifa kembali membuka suara.
"Aku sama Galen udah membatalkan semuanya. Kamu tau engga kenapa, Ai?"Airin lantas menggeleng sebagai jawaban.
"Aku ikhlas kamu sama dia Ai." tukasnya. Airin menoleh cepat kearah Syifa dengan menaikkan sebelah alisnya. Seakan mengatakan buat apa?
"Maaf, tapi mbak aku engga ngerti sama omongan Mbak Syifa." ujar Airin.
"Aku tau kamu suka sama Galen. Ai, awalnya aku juga engga rela. Tapi Galen engga datang saat akad nikah." Syifa menurunkan nadanya.
"Mbak salah paham," sanggah Airin cepat.
"Itu kenyataannya. Aku engga bisa paksa Galen buat suka sama aku. Dia cintanya sama kamu Airin. Aku udah ngomong sama bunda. Dan dia mau ketemu sama kamu." Ucap Syifa menatap lekat kearah mata Airin. Airin membulatkan matanya tak percaya.
Omong kosong macam apa ini?
"Tapi mbak—"
"Aku udah putuskan aku mundur Ma." Syifa tersenyum."Aku engga bisa paksain seseorang. Dan ini mungkin hukum karma buat aku karena aku udah nyia-nyiain seseorang. Aku bakal merjuangin dia lagi Ai. Aku suka sama Elga, kamu tau kan? Waktu kita dipuncak? Sebenarnya Elga bilang gitu karena suruhanku. Aku udah sakitin dia terlalu banyak. Tolong kasih Elga kebahagiaan Ai. Biarin Elga sama aku lagi,"
Airin bangkit dari duduknya. Ia menatap tak percaya kearah Syifa. Sekaligus memandang jijik terhadapnya. Memainkan seseorang? Apa menurutnya pantas.
"Maaf untuk terakhir kalinya Mbak. Tapi saya engga akan pernah lepasin Elga. Saya juga sama seperti mbak, saya sayang sama Elga. Mbak engga perlu khawatir Elga bahagia sama saya." Airin melengos akan pergi namun tertahan lagi. Ia menoleh sekali lagi."Oh ya, dan satu lagi. Saya engga suka lagi sama Pak Galen. Terserah apa kata dunia. Tapi demi apapun saya sudah melupakan Galen sepenuhnya dalam hidup saya." Airin berlalu tanpa pamit. Meninggalkan Syifa dengan membungkamnya.
Airin berjalan dengan tergesa. Dan juga perasaan yang menggebu dalam benaknya. Marah, sedih, sekaligus kesal menjadi satu. Airin rasanya ingin menendang sesuatu. Atau bahkan mencakar sesuatu yang akan meredakan segala kekesalannya.
Mengingat apa yang dibicarakan tadi. Membuat emosinya kembali naik. Airin naik angkutan umum dan menatap jalanan kosong. Apakah Elga tak bahagia dengannya? Apakah Elga masih mencintainya? Tunggu dulu, Elga bahkan tak mengatakan cinta kepadanya. Batin Airin berteriak.
Airin menegakkan tubuhnya. Dan menoleh kesamping, begitu terkejut.
"Pak Galen?"π
Airin mempercepat langkahnya. Sehabis turun dari angkatan umum ia langsung gesit menjauh dari tempat. Tanpa menoleh kebelakang sekali pun. Jujur, ia tak habis pikir dengan bos nya yang satu itu.
Jalanan yang sepi. Dan juga banyak dedaunan yang jatuh karena sekelilingnya dipenuhi pohon besar. Airin ingin memastikan secara pasti. Ia ingin berbalik dan memastikan apakah Galen masih ada disana?.
Ya. Galen masih ada disana, mungkin sekitar jarak 2 meteran dari tempat Airin sekarang berdiri. Sorot matanya lurus menatap mata Airin. Airin sama ia diam tak berkutik. Banyak orang lalu lalang melewati mereka. Tapi mereka hanya diam dengan terus menatap. Seperti berbicara lewat tatapan itu ada.
Hanya sesaat kemudian Galen melangkah mendekat. Dan mengikis jarak dua meter itu. Tubuh Airin diam. Ia tak menghindar seperti apa yang diutarakan oleh pikirannya. Yaitu berlari, kembali pada niatnya untuk pertama kali. Namun hatinya urung, pun dengan tubuhnya yang tak ikut bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)
Romantizm[Follow akunnya dulu sebelum baca ya, biar berkah:)] Kalau pengen baca full ada di Dream dengan judul yang sama ya. Jangan lupa juga buat tambahin hati disana. Karena cerita disini sudah dihapus secara acak ya manteman. ------------ Kisah mahasiswa...