Andai kita bisa memilih jalan yang mudah. Mengapa harus ada pilihan yang sulit?
Airin menekuk wajahnya. Seperti teman sekamarnya yang lain mereka ber-lima, bangun karena suara lengkingan yang begitu tajam. Siapa lagi kalo bukan pemilik asrama ini.
"Miss emang suka kayak gini yah?" tanya Airin. Ia baru mengenal sebagian teman sekamarnya.
"Iya, makannya kalo kamu susah bangun bakal habis disiram loh. Sama Mis, kayak Andita tuh yang belum bangun. " ucap Hilma. Hilma ranjangnya tepat disebelah Airin.
Airin getar ketir sendiri. Bagaimana ini? "Kita paksa dia bangun aja, yuk. Aku takut sama Miss" kata Airin.
Hilma memegang tangan Airin. "Tenang aja, Miss gak bakal marah. Kalo kamu gak berbuat salah, dan menuruti semua peraturan yang ada."
Benar saja, lima menit kemudian. Miss datang membawa satu ember air. Ia melihat semua ke ranjang para penghuni kamar Airin. Lalu terpentok pada satu Ranjang, dia masih menggulung selimutnya.
"Dia sakit tidak?" tanya Miss. Semua yang ada disana saling lihat.
Miss mendekat kearah ranjang Andita. Lalu memeriksanya, dia tidak sakit sama sekali. Detik berikutnya Miss mengangkat embernya tinggi tinggi, dan siap meluncur kapan saja.
Semua orang disana menutup mata tak berani melihat, "Stoppp!!!!!! " ucapnya. Tangan Miss yang memegang ember menggantung diudara. "Gue bangun, nih. Jangan siram-siram kayak kemarin, kalo berani siram. Gue gak akan bayar kossannya. " ancamnya pula.
Miss menurunkan embernya, air didalamnya tak jadi tumpah. Semua orang bernafas lega.
"Cepat kalian bangun. Lalu bereskan tempat tidurnya, jika tidak kalian harus membersihkan rumah asrama dibelakang." semua tercengang dan lamgsung bergegas.
Miss keluar dari kamar itu. Seketika hening, beberapa dari mereka kesal setengah Mati. Padahal mereka bayar juga disini.
"Gila, gue kan juga bayar. Kenapa kita jadi kayak budak gini sih?"
"Udahlah, cepat bereskan. Lalu kita melanjutkan aktivitas seperti biasanya" lerai seseorang.
Airin bergegas masuk kamar mandi lalu memakai pakaiannya. Ia memeriksa ponselnya siapa tahu menemukan sesuatu.
"Ai, kamu kerja dimana?" tanya Sindi.
"Aku, Magang di perusahaan properti di jalan perempatan. "
"Waw.. Kamu tau gak? Katanya disana boss-nya ganteng Loh. CEO, kamu tahu kan? "
Rifani, Airin jadi mengingat adiknya.
Airin hanya melemparkan senyum kepada Sindi, baginya itu tak penting. Yang penting adalah, ia melakukannya dengan benar dan mulus.
Airin membersihkan kaca matanya terlebih dahulu. Lalu keluar ia menunggu Bus Transjakarta. Ia sudah mencari hal hal seperti ini. Agar tidak tersesat.
Hari itu cuaca sangat panas. Rahma menyeka keringatnya, ia melihat penjual Es Jeruk. Tanpa pikir panjang, ia akhirnya mengantri untuk membeli Es Jeruk itu. Tampak segar, beberapa kali ia meneguk salivanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)
Romance[Follow akunnya dulu sebelum baca ya, biar berkah:)] Kalau pengen baca full ada di Dream dengan judul yang sama ya. Jangan lupa juga buat tambahin hati disana. Karena cerita disini sudah dihapus secara acak ya manteman. ------------ Kisah mahasiswa...