Bab 4 (Si Balon putih itu)

7.5K 399 2
                                    

Kalo dipikir-pikir, akan lebih baik kata 'Maaf' jarang diucapkan. Dari pada 'selalu' diucapkan, mengapa demikian? Karena kita akan selalu mengulang lagi dan lagi saat kata maaf itu lumrah.

______________

"Loh, Kamu kok baru datang Rin. Dari mana aja? Emang gak dimarahi sama Paklen gitu?" Ucap Teh Fitri saat melihat Airin masuk ke kantor ketika waktu sudah menunjukkan jam 9.


Airin berjalan gontai, dan menatap Teh Fitri dengan malas. "Aku disuruh beli sesuatu sama Bos."

"Semangat ya! Aku yakin kamu bisa matahin kepalanya yang sombong itu." seru Teh Fitri. Ia mengangkat tangannya menyemangati Airin.

Airin hanya membalas seadanya. Ia mencona membayangkan ada hal buruk yang lebih ini?– Tidak ini yang paling terburuk. Selama ini ia baru  menemukan orang seperti Bos–nya yang sekarang. Jam 5 ia disuruh membeli seuatu. Lalu berulang-ulang mencari toko. Lalu permintaan itu diubah kembali saat ia sudah akan berangkat bekerja. Sungguh menyebalkan, deh pokoknya.

Airin mengetuk pintu sebelum masuk. Ia akan masuk ketika sudah ada jawaban dari dalam, ia memasuki ruangan kerja milik Galen.

Dia tampak sedang melihat-lihat sesuatu. Lalu mendongkak menyadari sedari tadi Airin menatapnya tajam.

"Kenapa?" tanyanya.

Airin menggeleng pelan. "Ini Pak permintaan Bapak." Airin menyerahkan kantong plastiknya.

Galen menerimanya, "Benar balon, kan?"

"Bapak bisa lihat"

"Warna putih?"

Liat aja ribet deh.

"Kamu yang tiup yah"

"Apa! —" Airin sudah hampir kelepasan. Kalo tidak mungkin ia sudah mengeluarkan jurus tinju paling mematikan milik Kungfu panda.

Jiwa bar-bar karena keseringan diam di rumah. Dan ia pastikan lawannya akan K. O seketika.

"Kenapa? Kamu gak mau, atau gak suka. Yasudah saya tolak saja magang kamu. Biar kamu cari tempat magang yang lain. "

Duhh pengen dibacok, yah!

Airin mengambil balon balon itu. Dan membawanya ke sofa. Ia hanya tersenyum malas. Lalu memgerjakan, pekerjaan yang sangat tidak ber-faedah itu.

Meniup balon? Sampai pipinya kembungpun balon balon itu tidak mengembang sama sekali. Kesal? Tentu saja. Airin bahkan beberapa kali menarik nafas panjang. Namun tak ada satupun balon yang berhasil menggembung.

"Saya gak jago niup balon, Pak." Airin menyerah.

Galen mengalihkan tatapannya dari laptop ke tempat Airin. Airin memasang wajah buruk menurut Galen.

"Payah. Masa niup balon saja, kamu gak bisa."

Kalo bapak bisa. Kenapa gak sama bapak aja, coba?

"Tapi saya emang gak bisa, Pak. Gimana kalo saya bawa pompa ban aja, Pak" usul Airin seketika.

Galen masih menatap Laptopnya. Jari-jarinya masih mengetikkam sesuatu, "Nah, itu bisa. Kenapa gak dari tadi. Akal tuh, dipake. Percuma kalo cuman pake otot doang"

Airin mendesah nafas panjang. Lalu keluar, ingin mengambil pompaan.
Airin berhenti ketika melihat seseorang dibagian resepsionis, pasalnya ia seperti membawa hiasan acara karena hiasan itu keluar dari plastiknya. Sehingga Airin bisa melihatnya sekilas.

He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang