Hanya waktu yang bisa mengatakan bagaimana dunia ini begitu rumit dari semestinya.Galen menarik tangan Airin agar keluar dari kerumunan. Imey mengambil alih tubuh Airin dari Galen. Airin mematung ditempatnya. Tatapan yang kosong, ia sudah seperti patung hidup saat ini juga.
Galen memukul Elga sampai ia tersungkur kebelakang. Suasana menjadi panas seketika.
"Kamu brengsek, lebih dari saya ternyata." ucap Galen bengis. Syifa menjerit dengan membantu Elga untuk berdiri.
"Keluar dari kantor ini. Sekarang juga!" titahnya dengan tegas.
"Bubar semuanya—" ucap Galen. Semua orang kembali ketempatnya.
"Rin,!" Galen kembali pada Airin. Imey berusaha menyadarkan Airin. Meski mematung dengan tatapan kosong. Galen yakin saat ini juga Airin ingin menangis.
"Kamu bawa Airin pulang," Imey mengangguk.
£££
"Aku engga papa, Mey. Kamu bisa pulang sekarang. Engga ada ceritanya, diputusin jadi melow-drama." kata Airin setelah sadar dan sampai dirumah.
"Yaiyalah, emang kamu udah pernah pacaran? Mantan aja cuman Elga satu. Hem, Syifa ternyata jahat ya. Aku kira dia wanita muslimah yang sholehah. Eh ternyata cover luar belum tentu bisa menjamin bagaimana isinya." cetus Imey.
"Nah, kita juga sama. Menilai orang sesuka hati sendiri. Emang tubuh kita lagi dikuasain jin Mey, untuk membenci saudara kita sendiri. Kita kan engga tau, apa dibalik perbuatan Syifa. Lebih baik, kamu pulang. Kasian Azmi dirumah sama suami kamu." seru Airin pelan.
"Emang aku yang salah. Agama kita kan melarang pacaran, apalagi—" Airin menggantungkan kalimatnya. Dan langsung menutup mulutnya.
"Apalagi apa, Ai?" tanya Mey penasaran."Jangan bikin kepo, ah."
Airin meneguk salivanya berat. Tuhan pasti memaafkannya kan? Dulu ia masih khilaf. Duh, Rifani harus cepet dipaksa pake hijab.
"Engga, sebelum pulang mau makan dulu'kah?" Airin mengalihkan pembicaraannya.
"Engga ah, takut ngerepotin. Lagi pula mas Aldi kayaknya pesen makanan deh. Yaudah ya, aku pulang aja. Engga papa kan? Aku tinggal." akhirnya Mey pulang juga. Sebenarnya Airin saat ini hanya ingin bercerita kepada sang Rab-nya.
Airin mengantar Mey sampai keluar rumah. Mey menunggu Airin pulih ternyata sampai malam juga. Dan karena sekeluarga sedang menginap di Tasik.
Airin tersenyum sebelum Mey memang benar pergi berlalu bersama mobilnya. Ia menghela nafas, lalu tanpa sadar matanya menangkap sebuah benda.
Kardus yang tergeletak dihalaman rumah Airin. Benda yang cukup aneh. Airin meraihnya, dan membawanya kedalam rumah.
Hanya perlu beberapa detik untuknya bisa membuka isi kardus itu.
Airin menjerit dan terjatuh dibawah lantai. Kakinya lemas luar biasa. Airin meraih apapun yang menjadi pegangannya untuk berdiri. Lantas mengambil ponselnya. Jarinya gemetar mengetik sesuatu.
Tak ayal, ia juga menelfon banyak orang. Namun, hasilnya nihil.Tak menunggu waktu lama. Sebuah siaran TV menyatakan ada sebuah kecelakaan dipersimpangan jalan. Dimana mobil pengendara menabrak tiang listrik dibahu jalan.
Astagfirullah, jangan... Dia engga salah apa-apa. Ya allah lindungi sahabatku.
"Pak? Mey, pak." ucap Airin getir pada seseorang dibalik ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)
Romance[Follow akunnya dulu sebelum baca ya, biar berkah:)] Kalau pengen baca full ada di Dream dengan judul yang sama ya. Jangan lupa juga buat tambahin hati disana. Karena cerita disini sudah dihapus secara acak ya manteman. ------------ Kisah mahasiswa...