Bagian 31

2.8K 127 3
                                    


Simpan dulu hati kamu. Buat orang yang menurut pikiran dan hatimu mantap untuk memberikannya.

Sampai kapan kita akan stuck di satu orang? Mengejarnya terus terusan. Tanpa lelah. Tanpa jeda, sehingga duniamu berputar hanya untuknya?

Sampai sampai seorang perempuan yang kini terbaring dengan menatap langit-langit kamarnya tercenung sendirian. Dunianya berputar memikirkan seseorang. Meskipun niatnya ia ingin bodo amat!

Percayalah, itu tidak semudah lisan saat mengucapkannya.

Airin mengangkat tubuhnya yang semula berbaring menjadi duduk.
"Astagfirullah.... Pikiranku udah kemana-mana ini. Melayang tak tentu arah." gumamnya langsung menepuk kedua pipinya mencoba sabar.

"Ai ada seseorang—" Mamah muncul dibalik pintu dan mengagetkan Airin "Kamu lagi ngapain?".

Airin menggeleng keras."Engga.. Ada mah, siapa yang datang?"

"Dia bos kamu"

Airin membulatkan kedua matanya.

πππ

Mobill berwarna hitam itu menepi disebuah tempat. Airin meyakini bahwa tempat yang sekarang mereka kunjungi adalah tempat pemakaman. Lalu untuk apa Galen membawanya kesini?

"Kalo mau tanya, nanti saja ya. Nanti saya kasih kamu waktu buat sesi interview." seolah membaca pikiran Airin. Dan membuat Airin mengatupkan kedua bibirnya.

Langkah Airin mengikuti seseorang didepannya. Ia mengekori kesana-kemari karena itu tugasnya. Sampai Galen berhenti tiba-tiba dan membuat Airin terkesiap dan membentur punggung Galen.

Airin memegang dahinya.

"Ini kuburan siapa?" tanya Airin lupa pada persyaratan pertama.

"Mamah sama papah, saya" jawab Galen sembari berjongkok. Airin pun mengikuti Galen untuk berjongkok. Dan memungut sesuatu yang menghalangi tumbukan tanah itu.

Kenapa aku diajak kesini?

Memang sekarang mereka berjongkok disebelah pemakaman Tante Rianti—mamahnya Galen. Dan Om Rio—papahnya. Airin hanya pernah sesekali melihat Mav kecil dijemput oleh kedua orang tuanya. Jujur ia masih ingat betul bagaimana senyuman tulus Tante Rianti yang sebagai mamahnya Mav dulu. Senyum kasih sayang, dan menyegarkan hati itu. Tapi Airin tidak sempat mengira bahwa kejadian yang menimpa mereka dulu sangat tragis.

"Mah, Alen udah nepatin janji Alen, dia lagi ada disini mah." ucap Galen tiba-tiba. Airin menoleh dengan cepat. Menengok kesana-kemari. Dia lagi ngomong sama siapa?

"In, aku lagi ngomong sama mamahku disana." Galen tersenyum kearah Airin. Seolah ia memang bertanya seperti itu. Dan jujur, suara Galen saat ini mirip suara anak kecil berumur 17 tahun.

"Tante Rianti. Aku kayak pernah denger nama itu,,," ucap Airin dengn mengingat-ingat sesuatu.

"Rianti engga boleh tau sama apa yang kita lakukan."

Airin terkesiap saat sebuah tangan menepuk pundaknya. "Siapa? Kamu kenal sama mamahku?"

Airin menggeleng lagi. Lalu membenarkan jilbabnya.

"Yasudah kita pulang saja." Airin ikut-ikutan saat Galen berdiri pun.

Galen berjalan disamping Airin kini. Dalam setiap langkah mereka, Airin banyak memikirkan sesuatu. Semuanya masih mengganjal. Dan ia sangat penasaran bagaimana tragedi seperti itu bisa terjadi diantara rumah perkomplekan?

He Is Arrogant Boss (Geus Pindah Baca Yok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang