Kami tiba di kantor polisi nyaris satu jam kemudian, aku dengan kondisi kaki pegal. Mungkin Namjoon juga begitu, karena ia mendesis begitu kami menginjakkan kaki di tanah.
Saat kami tiba di pintu, seorang wanita bergaun cokelat berjalan keluar dengan tersedu-sedu. Aku menatapnya sekilas dan mengernyit, aku tak pernah melihat orang itu sebelumnya.
Kantor polisi itu tidak besar, namun memiliki taman dan halaman yang luas. Bangunannya mungkin hanya sebesar kantor pos di Seoul.
Tembok luarnya berwarna merah bata, dengan spanduk bertuliskan 'Siap Melindungi dan Melayani Anda'.
Ini adalah ketiga kalinya aku datang ke sini, air conditioner-nya telah diperbaiki, cat tembok putih keabu-abuan masih sama, begitu pula dengan logo KNPA (Korean National Police Agency) tepat di belakang lobi.
Kulangkahkan kaki ke arah lobi dan berbicara pada Eunsang, pegawai magang muda asal Busan yang ditempatkan di sini.
Ia menaikkan alisnya begitu melihatku, "ada apa? Sapi tetanggamu hilang lagi?"
Aku mengibas tangan. "Bukan, dia kehilangan dompetnya." Namjoon tersenyum kikuk sementara Eunsang menatapnya.
Eunsang memiringkan kepala dan kembali menatapku. "Hilangnya kapan?"
"Hari ini," jawab Namjoon.
"Aku belum menerima barang hilang berupa dompet seminggu terakhir. Kalau begitu silakan isi formulir ini dan kami akan menginformasikannya segera jika kami telah menemukannya," ucap Eunsang lantas menyodorkan selembar kertas.
Namjoon menerima kertas tersebut, "apa menunggu satu-satunya jalan? Karena aku membutuhkannya segera, aku butuh KTP untuk pengecekan identitas di stasiun kereta besok pagi."
"Ah, kalau begitu kami akan mengumumkannya segera."
"Mengumumkannya di website? Atau sosial media?" Namjoon memegang belakang lehernya, "maaf tapi aku tidak bisa menggunakan cara itu, agen-"
Namjoon mengatup bibirnya dan melirikku ragu. "Agen.. agen tiket, ya, aku tidak ingin agen tiket tahu bahwa aku kehilangan dompetku."
Aku menaikkan alis. "Agen tiket? Kau tidak tahu membeli tiket sendiri?"
"I-iya.. begitulah."
Kugelengkan kepalaku. Orang ini aneh, ia cukup modern untuk membeli airpods namun cukup kolot untuk tak mengetahui cara membeli tiket.
Padahal, sekarang sudah ada aplikasi yang memudahkan semua itu. "Tenang saja, mereka tidak mengumumkannya di internet," ucapku meyakinkan Namjoon.
Lelaki itu lantas mengisi formulir tadi dengan pulpen yang telah disediakan. Eunsang mengambilnya begitu selesai, lalu berjalan ke ruang belakang.
"Lalu, di mana mereka akan mengumumkannya?"
Aku menaikkan tangan kanan dan menunjuk pada plafon. Mata lelaki itu mengikuti arah tanganku. "Di atas."
Tepat setelah aku mengatakan hal itu, suara nyaring yang memekakkan telinga terdengar.
"Selamat sore, ini adalah Kantor Kepolisian Korea Cabang Samgwang-ri. Pemberitahuan kepada seluruh warga desa, jika ada yang menemukan dompet dengan kartu beratasnamakan Kim Namjoon. Sekali lagi, beratasnamakan Kim-Nam-Joon. Dimohon agar segera melaporkannya. Terima kasih banyak," suara Eunsang yang seakan diedit menjadi menggema dari tiga megafon di atap kantor polisi.
Kemudian, ia mengulangi pengumuman tersebut sekali lagi.
Namjoon terlihat gelisah. "Apa itu akan efektif?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arcadia | KNJ
FanfictionDan saat jiwanya mulai lelah, Namjoon mendengar bisikan itu. "Kembali ke sini, kau akan temukan yang apa kau cari." Jika alam telah berkata demikian, satu-satunya pilihanmu ialah: percaya. a r c a d i a • the harmony of nature frvrxxodairable, 201...