pluem mengacuhkan suara yang berada di sekitarnya, matanya hanya terfokus pada satu benda. kakinya siap melangkah untuk berlari mengikuti kemanapun benda itu bergerak.
saat saat seperti ini membuat pluem bisa melupakan semua masalahnya. apapun itu, sejak detik pertama kakinya menginjak lapangan semua hal yang selalu menekannya menjadi tidak begitu penting lagi.
satu satunya hal yang terpenting adalah benda putih ringan yang menjadi alat untuk mengumpulkan angka. begitu pluem berdiri menghadapi net dengan raket di tangan, kepercayaan dirinya meningkat drastis karena merasa bahwa keberadaannya seolah mempunyai arti.
berlari mengejar kok dan mengayunkan raket untuk memukulnya merupakan saat kebahagian tersendiri bagi pluem. yang saat ini terpaksa harus dihentikannya dengan paksa.
ketika mendarat setelah melompat untuk melakukan smash, pluem lupa menumpukan berat tubuh nya pada kaki kanannya karena terbawa dengan irama pertandingan. sejak cedera pluem mempunyai kebiasaan untuk menjadikan kaki kanannya sebagai poros.
"shit" desis pluem ketika merasakan lututnya mulai protes.
sejak set kedua dimulai memang kakinya seperti sudah berteriak minta diistirahatkan, namun pluem masih bisa menahan dan mengacuhkan nya. tapi setelah tanpa sengaja menggunakan kaki kirinya yang cedera sebagai tumpuan, rasa sakit nya menjadi berkali lipat.
pluem melirik papan skor, satu angka lagi, jika dia berhasil mendapatkan satu angka lagi maka penderitaan kaki nya akan berakhir. pluem menghembuskan nafas, berusaha tidak memperlihatkan jika dia sebenarnya sudah ingin pingsan.
"pluem!! sedikit lagi!!"
pluem menoleh pada fiat yang berteriak menyemangatinya dari bangku penonton. tersenyum saat melihat sahabatnya bahkan berdiri dari kursi melambai ke arah pluem.
pluem menghembuskan nafas, sebuah senyum muncul di wajahnya.
"sedikit lagi" guman pluem kembali memfokuskan perhatiannya pada raket dan kok di tangannya.
sorakan riuh terdengar ketika pluem berhasil mencetak angka, menandai kemenangannya. mengepalkan tangan dan tersenyum lebar pluem mengedarkan pandangannya pada bangku penonton, pada tempat di mana fiat duduk.
"kereeennnn!!!!" seru fiat mengacungkan kedua ibu jarinya ke arah pluem
pluem tertawa pelan sembari berjalan menghampiri pelatih dan teman teman club nya di tepi lapangan. tepukan dan pujian segera menyambut pluem.
"karena kalian berhasil menang, malam ini kita rayakan" kata pelatihnya yang di sambut sorakan seluruh tim "kalian boleh makan sepuasnya"
setelah berganti pakaian, pluem mengatakan pada anggota satu klub nya jika dia nanti akan menyusul mereka bersama kelompoknya. pluem menuju ke arah teman temannya yang sudah menunggunya di depan aula
"oh ho, juara kita masih belum terkalahkan" kata ssing sembari melingkarkan lengannya pada bahu pluem.
meski sering ikut bermain badminton bersama pluem dan tay, tapi ssing bukan anggota klub kampus, dia lebih memilih untuk masuk klub musik daripada badminton dengan alasan agar terlihat keren.
janhae dan puimek juga bergantian mengucapkan selamat pada pluem. namun sosok fiat tidak terlihat.
"fiat mana?" tanya pluem
"katanya tadi ada perlu sebentar, ntar juga ke sini lagi" jawab puimek
"oh, tapi tetep ikut kita makan makan kan, aku bilang sama yang lain nanti aku nyusul dengan kalian soalnya"
"ikutlah, tadi dia bilang minta ditungguin, jangan di tinggal kok" sahut janhae
pluem menganggukkan kepalanya sembari melihat jam tangan
KAMU SEDANG MEMBACA
square
Fanfictionpluem have a crush on his bestfriend who already like someone else. Knowing how hard it's feel, as a good friend, he decided to buried his feelings and help his friends to pursue his love. another au short story with pluem.