little things called love

2.4K 170 26
                                    

"kak pluem"

"ya?" pluem mendongak ke arah first yang duduk di seberangnya "apa?"

"ee, bisa jelasin ke first gimana nyelesai in soal ini?"

"yang mana?" pluem melihat soal di buku yang ditunjuk oleh first "oh, bisa"

"soal gitu aja nanya first, makanya kalau di kelas jangan hp an aja"

"eh, aku kalau di kelas dengerin ya, meski kadang cuma separuh doang"

"kamu juga kan sering kena jebakan tipe ini mon" pluem mengelus rambut chimon sebelum berdiri dan memutari meja menghampuri first

nanon memutar matanya saat nelihat chimon menunduk tersenyum. dia tahu chimon sangat suka saat pluem melakukan hal mengelus rambutnya atau menepuk kepalanua.

setelah berdamai, kedua kelompok berbeda generasi itu sering terlihat berkumpul bersama untuk mengerjakan tugas dan belajar di kampus. yang mana sedikit aneh awalnya, karena meski banyak siswa yang sering melihat para senior duduk mengelilingi meja penuh buku, tapi mereka tidak pernah melihat kelompok maba melakukan hal seperti itu.

frank memperhatikan pluem yang menerangkan pemecahan masalah pada first dengan iri.

"kenapa frank?" tanya drake

"aku menyesal terlahir pintar, kan jadi nggak bisa minta kak pluem ngajarin" keluh frank yang membuat marc dan ohm seketika emosi

"kamu minta kak pluem melindungi mu dari anak anak yang tersinggung gara gara kalimatmu barusan aja frank" kata ciize

"memang kalimat frank gimana? biasa aja. iya kan drake?"

"kadang aku bingung, sebenarnya yang pinter diantara kalian berdua itu frank atau kamu sih drake?" janeyeeh menghela nafas bosan

pluem hanya tertawa menyemoatkan diri mengacak rambut frank saat melewatinya setelah selesai menerangkan pada first dan hendak kembali duduk di sebelah chimon

"jan, nih ssing belikan makanan kesukaanmu" ssing yang baru saja sampai mendorong nanon menjauh agar bisa duduk di sebelah janhae

"makasih ya ssing"

"buat kita mana?" tanya fiat

"kamu punya kaki kan, pergi beli sendiri sana, deket kok tuh di situ doang"

"sialan" maki fiat

"minta kak oaujun suruh beliin aja" saran puimek "habis ini dia juga pasti ke sini kan nyamperin kamu?"

"oh iya" fiat mengeluarkan hp nya untuk mengirim pesan pada oaujun

"ehem, kak puimek" kata nanon

"apa?"

"nanon punya dua tiket bioskop nih, tapi nggak tahu mau di apain, enaknya gimana ya?"

"dijual aja boss, lumayan dapat uang" sela marc yang di sambut tawa

"brisik diem aja situ"

"kapan?" tanya puimek

"hari minggu besok"

"ah, nggak bisa. aku ada urusan"

"urusan apa kak?"

"ada pertandingan"

"kamu tahu salah satu alasan kenapa kelompok kak pluem bisa terkenal?" sela ciize "itu karena mereka punya bidang nya masing masing"

"kak pluem badminton, kak fiat dan kak jan dance, kak ssing band, sementara kak puimek yang paling banyak" sahut janeyeeh

"apa aja?" tanya marc ikut penasaran

pluem dan fiat bertukar pandang tersenyum, bahkan mereka sendiripun takut dengan puimek karena ini.

"puimek punya sabuk hitam di karate, judo dan aikido" jawab janhae "aku belum bilang ya dulu?"

"belum kak" kata nanon sembari menelan ludah

"kukasih tahu ya, dulu waktu kita masih tingkat satu. pas pluem ribut sama kak kit, highlights nya sebenarnya bukan cuma mereka" ssing bercerita "kalian tahu kak icez kan?"

semua anak, kecuali para senior menganggukkan kepala

"nah, kak icez kan sahabatnya kak kit tuh, pas itu dia maju, soalnya dia yang paling dekat berdirinya ke kita, niatnya mau misah mungkin. tapi puimek tiba tiba berdiri dan ngebanting kak icez karena mikir dia mau mukul pluem"

"serius?!" seru ciize takjub

"iya, dengan mudahnya, seperti ini aja" ssing menjentikkan kedua jarinya sebagai perumpamaan semudah apa puimek membanying icez yang mempunyai fisik macam binaragawan

"beneran itu kak?" bisik chimon pada pluem yang tersenyum mengangguk. dia dulu juga sempat terkejut melihatnya.

"nggak, ssing dibesar besarin itu cerita nya" kata puimek kalem

"good luck boss" kata marc

janhae memukul bahu ssing yang tersenyum senang karena berhasil mengerjai saat melihat wajah nanon sedikit memucat

"maaf ya non, kapan kapan lagi" kata puimek

"i, iya kak, nggak papa. sebisanya kakak aja, nanon sering nganggur kok"

"kalau gitu, ini buat ku aja ya boss" ohm menarik dua tiket yang masih berada di tangan nanon terlupakan

"eh enak aja, nggak"

"pelit amat sama anak buah sih, jadi boss. satu deh ya" tawar ohm

"kasih aja lah boss, daripada mubajir, udah kelanjur beli juga" sahut first

ohm menaik turunkan kedua alisnya pada nanon yang akhirnya menghela nafas

"tapi kamu yang beli popcorn ya"

"beres boss"

"fiat, ini tadi titipan fiat" suara oaujun membuat semua anak berpaling.

di belakang oaujun singto dan new juga ikut menghampiri mereka. di tangan keduanya masing masing terdaoat plastik besar

"apa tuh kak?" tanya pluem

"oh ini, buat kalian. tadi kata oaujun kalian lagi ngumpul bikin tigas, makanya sekalian kami belikan pas dia beli buat fiat" kata singto

"kak singto memang terbaik" seru drake

"eh, aku juga ikut patungan itu" kata new tidak terima

"udah udah, bagiin nih, jangan ribut"

seketika mereka semua menutup buku dan menumpuknya membuat ruang untuk makanan serta minuman yang di beli para senior. beristirahat sejenak sembari bertukar cerita

"ah, sekarang aku paham" kata chimon tiba tiba

"masalah apa?" tanya frank

"ini salah satu dari tujuan ospek kan, kita bisa jadi akrab sama senior"

para anak tingkat satu saling berpandangan, baru menyadari jika di meja mereka berkumpul mahasiswa dari tiga angkatan berbeda yang dengan santainya saling bercanda.

"kegiatan ospek sudah selesai dua bulan yang lalu kamu baru sadar sekarang?" tanya pluem "kukira tadinya kamu ada bakat jadi hazeer mon"

"biarin, mon juga nggak minat jadi hazer, weekkk"

pluem tertawa kemudian mencium kepala chimon. ditengah tengah tawa yang pecah, pluem merasa akhirnya dia menemukan tempat yang dicarinya selama ini. tempat miliknya sendiri.

🍀 end 🍀

squareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang