Saat ini Dira ditemani oleh Bi Wanda -pembantu dirumahnya- menuju pengacara keluarganya untuk mengetahui warisan yang diberikan oleh sang ayah
"hallo om" Rara tersenyum manis kepada pengacaranya yang sekaligus teman dari sang Ayah -Erick-
"hallo sayang, sini duduk" Dira menghampiri Erick lalu memeluk dan mencium Erick
"gimana kabar kamu sayang?" Erick mengusap kepala Dira yang berada di pelukannya
"baik om, gimana kabar om dan tante?"
"baik sayang, kamu tetap sama keputusan kamu nak?"
Dira mengangguk mantap "he'um, Dira uda nyaman sama rumah Dira yang sekarang. Rumah itu kan peninggalan Papa. Jadi Dira mau tinggal disana, bukanya Dira gamau tinggal sama om"
"iya-iya om ngerti kok. Oh iya kamu uda siap denger semua warisan yang diwariskan oleh papa kamu?"
"uda om, kan makanya aku bawa bibi" Dira nyengir memamerkan giginya
"kok ga sama Cakra?"
"Cakra kan sekolah om"
"yauda yuk om mau bacain apa aja milik kamu sekarang"
"oke, om ayo" Dira menarik tangan Erick, Erick hanya tersenyum geli
Erick mencari berkas-berkas kepemilikan Dira, setelah mendapatkannya, Erick duduk kembali bersama Dira dan bi Wanda disofa ruang kerjanya
"jadi Dira, papa dan mama kamu ninggalin perusahaan dan cafe AP untuk kamu. Untuk perusahaan sampai kamu berumur 21 tahun akan dipantau oleh om dan untuk cafe bisa kamu pantau mulai sekarang. Apa kamu mau pantau mulai sekarang?"
"aku mau pantau langsung mulai sekarang om, boleh?"
"boleh kok boleh, tapi gimana sekolah kamu nak?"
"aku home schooling dulu om" Dira tersenyum sendu
"yauda kalo kamu butuh bantuan om, kamu bilang aja ya sama om"
"iya om, makasih" Dira tersenyum manis kepada Erick
"oh iya om, semuanya uda jadi milik aku kan?"
"iya sayang, kenapa?"
"kalo aku ubah surat wasiatnya boleh?"
"boleh sayang. Kamu mau ganti? mau ganti apa?"
"iya om, aku mau ganti"
"yauda sebentar om siapin dulu kertas-kertasnya"
Merekapun mengganti surat wasiat yang ada, mereka berdiskusi untuk yang terbaik
"nah sekarang bibi tanda tangan disini untuk sebagai saksi"
"baik Tuan"
setelah Erick, Dira dan bibi Wanda tanda tangan, surat tersebut kemudian disimpan oleh Erick
"om boleh ga aku titip surat sama om?"
"surat apa sayang?"
"surat untuk beberapa orang yang aku sayang om"
"boleh kok, suratnya mana?"
"belom bikin om" cengir Dira
"kamu ya bener-bener. Terus gimana?"
"aku mau bikin suratnya dulu disini. Om sama bibi keluar dulu ya tapi" melas Dira dengan puppy eyesnya
"yauda, kamu pakai aja meja kerja om ya, om tinggal dulu"
Dirapun mulai menulis surat, sesekali Dira mengusap pipinya yang dialiri oleh air mata, Dira menulis dengan tenang dan senyum sendunya
Setelah selesai menulis surat dan memasukkannya kedalam amplop, Dirapun menuju ke Erick dan Wanda lagi
"ini om suratnya, sudah ada nama masing-masing. Nanti om kasih suratnya saat menurut om itu sudah saatnya ya"
"maksud kamu apa?" tanya Erick bingung sekaligus takut
"nanti juga om tau kok" Dira tersenyum lima jari
"kalo gitu aku pulang dulu ya om" Dira memeluk dan mencium pipi Erick
"hati-hati ya nak" Erick mencium kening Dira
Dira dan bi Wanda pun kembali kerumah yang mereka tempati dengan mobil yang dikendarai oleh kang Ujang
*****
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Give Up (COMPLETE)
Short StoryArdira Puri Adinda seorang anak SMA kelas 12 yang sangat manja dan semua keinginannya harus dipenuhi, harus hidup mandiri, karena sudah 2 bulan, ayahnya meninggal karena penyakit. Ardira hanya hidup dengan keluarga Gilang Cakra Putra, temannya sejak...