Takdhim pada Bu Nyai

85 3 0
                                    


Di pojok bangunan pesantren putri, terdapat ruang kecil berukuran 2x5 meter. Disana dihuni oleh enam orang santri putri yang dulu nya mereka tidur di aula kamar putri. Sebenarnya mereka mempunyai kamar masing-masing, akan tetapi karena banyak santri baru sehingga mereka memilih untuk mengalah tidur di aula demi kenyamanan santri-santri terutama santri baru. Kebersamaan mereka pun tidak direncanakan, entah bagaimana Allah mengatur isi hati mereka, akhirnya mereka bisa bersama.

Hari demi hari mereka lalui melaksanakan kegiatan mereka layaknya santri umumnya. Sampai pada suatu saat ketika mereka sedang beristarahat santai rawuhlah Bu Nyai di hadapan mereka. Dengan serentak mereka merapikan posisi mereka masing-masing yang semula sedang tiduran ataupun berdiri.

"Mbak Kok kalian berenam tidur di aula?" tanya Bu Nyai.

"Eng... Enggih bu, soale kamare sampun penuh" jawab Aya.

"Oh begitu. Tapi daripada kalian tidur disini mending itu kamar bawah dirapikan terus buat tidur" jelas Bu Nyai.

"Nggih bu, ngenjang-ngenjang in syaa Allah" jawab Husna.

"Tapi kalau misalnya kalian gak mau ya gak apa-apa, siapa aja lah yang mau ntlalah tidur di bawah" sambung Bu Nyai.

"Ntlalah? Kok ibu ngendikonya ntlalah ya, emang tidur di kamar bawah gak enak?" gumam Aya dalam hati.

"Nggih Bu, ngenjang kami rapikan" jawab Imroatun.

"Ya sudah kalau begitu ibu ke bawah dulu. Nanti pas mau bersih-bersih di bawah yang lain suruh bantu biar cepet rampung" pamit Bu Nyai.

"Nggih bu" jawab mereka kompak.

Setelah Bu Nyai ke ndalem, mereka kembali seperti awal posisi sebelum Bu Nyai rawuh.

"Eh eh kok tadi ibu ngendikonya ntlalah ya?" tanya Aya.

"La terus kalau gak ntlalah apa, yang pingin gitu?" sahut Uyun.

"Ya gak gitu, kan dalam kata ntlalah itu ada konotasi yang kurang mengenakkan, iya gak sih?" bingung Dian.

"Iya emang, aku juga tadi sempet berpikir seperti itu" ucap Royya membela.

"Wes, Wes gak usah dipermasalahkan, kita jalanin dulu aja gimana" jawab Imroatun

"Iya bener, aku setuju sama Mbak Imroatun" sambung Husna.

"Heemmm.. ya mpunlah menawi ngoten" pasrah Aya yang di dalam hatinya masih bertanya-tanya.

Cinta Dalam Bait JurumiyahWhere stories live. Discover now