Sesampainya di gang depan rumah Indah. Roy meminta izin kepada Indah agar ia bisa mengantarkan Indah sampai ke depan rumahnya. Ya mungkin, hal ini ia lakukan sebagai bentuk rasa penyesalannya karena telah membuat tangan Indah menjadi seperti itu. Sesampainya di depan rumah Indah. Mereka melihat Ibu yang sedang menyapu halaman rumah.
"Assalamualaikum".
Ucap Indah sembari membuka pagar rumahnya.
"Waalaikumsalam, udah pulang lagi ka?".
Tanya ibu sembari menyimpan sapu yang tadi ia gunakan untuk menyapu halaman.
"Iya bu, tadi ada sedikit insiden. Jadi kaka pulangnya cepet".
Ujar Indah.
"Ada insiden apa emangnya ka? Sampai kaka pulangnya cepet banget".
Ketika Indah ingin menjelaskan semuanya, tiba-tiba Roy angkat bicara.
"Gini bu ceritanya, tadikan Indah latihan basket bareng sama saya. Pas kita latihan mengoper bola. Saya gak tau Indah lagi ngelamun. Jadi pas saya oper bolanya, tangan Indah belum siap buat nerima bola. Jadi jempol Indah ke kilir gara-gara belum siap nerima bola. Saya datang kesini ingin meminta maaf sekaligus bentuk penyesalan saya atas kejadian tadi".
Ujar Roy yang menjelaskan semuanya sambil merasanya menyesal atas apa yang telah terjadi.
"Oh gitu ya, iya ibu maafin kan kamu juga gak sengaja ngelakuin itu. Tapi Ibu masih bingung kenapa kaka tiba-tiba ngelamun pas lagi main basket. Apa jangan-jangan mikirin seseorang?".
Uja Ibu yang tampaknya mencoba menggoda Indah.
"Ibu kebiasaan mulu mulu ih. Enggak kok kaka gak mikir apa-apa".
Indah tampak tersenyum malu ketika Ibu bertanya seperti itu.
"Iya udah ah takut anak Ibu ini malu".
Ujar Ibu yang masih mencoba merayu Indah.
Indah pun tampak mengembungkan pipinya yang gembil. Kelakuan Indah itu membuat Roy dan Ibu tertawa. Memang kebiasaan Indah sih jika dia sudah marah, maka ia akan mengembungkan pipinya seperti ikan buntal. Yang membuat ia terlihat sangat lucu.
"Lanjut di dalam aja yu ngobrolnya".
Ujar ibu. Roy dan Indah pun pergi ke ruang tamu, sedangkan Ibu pergi ke dapur untuk menyiapkan minuman.
"Dah masih sakit gak tangannya?".
Ujar Roy yang tampaknya masih khawatir dengan keadaan tangan Indah.
"Masih sakit sih kalau mau megang barang, tapi kayaknya besok juga udah sembuh".
Indah berkata sembari memegang jempolnya yang masih terasa sakit.
Setelah mendengar hal itu Roy mencoba membuka tasnya untuk mengeluarkan sesuatu.
"Dah, ini minyak yang sering aku pakai kalau aku cedera waktu bermain basket. Coba pake barangkali membantu. Tapi harus tahan ya dah sama baunya".
Roy berkata sembari memberikan sebotol minyak urut yang biasa ia gunakan ketika ia cedera. Indah pun mengambil minyak urut tersebut. Walaupun Indah sebenarnya sudah bisa mencium bau tidak sedap dari minyak urut yang Roy berikan kepadanya. Tapi Indah mengesampingkan semua itu agar ia bisa cepat sembuh agar acara malam ini bersama Roy tidak dibatalkan hanya karena tangannya yang terkilir.
Indah pun mengoleskan minyak itu sedikit demi sedikit ke jempolnya yang terkilir.
"Gimana dah, udah mendingan?".
Indah pun mengangguk walaupun sebenernya ia berbohong atas perbuatannya, karena ia sebenarnya masih merasakan sakit di jempolnya.
"Alhamdulillah kalau dah mendingan, jadi acara nanti malam gak bakal dibatalin".
Indah pun tampak terlihat senang ketika Roy mengucapkan hal itu. Tak lama kemudian, datanglah Ibu membawa nampan berisi air dan cemilan.
"Maaf ya dek. cuman di suguhin air, sama kue saja".
Ucap ibu sembari menyimpan nampan berisi air dan cemilan tadi.
"Oh iya gak apa apa, saya juga gak bakal lama-lama soalnya ada urusan lagi sehabis ini".
Jawab Roy Sembari tersenyum.
"Oh iya de, sebelumya Ibu belum tau nama kamu siapa. Kemarin ibu nanya ke Indah malah di bilang si ibu mah kepo".
Ucap ibu sembari tersenyum kepada Indah. Indah pun mencubit paha ibunya, sontak Roy pun tersenyum atas tingkah Indah tersebut.
"Perkenalkan bu nama saya Roy".
Roy memperkenalkan diri.
"Oh jadi kamu yang namanya Roy".
Ucap Ibu sembari melihat kepada Indah, yang tampaknya malu karena ia tahu Ibu sudah melihat puisi yang sengaja ia buat untuk Roy. Berbeda dengan Roy yang tampaknya masih masih bingung kenapa Ibunya Indah seperti sudah tau namanya.
"Kok ibu kayak yang udah pernah denger nama saya?"
Tanya Roy. Ketika Ibu ingin menjawab Indah pun mencubit lagi paha Ibunya agar Ibunya tidak memberitahu yang sebenarnya.
"Masa kamu gak inget kan kemaren yang ngirim boneka ke sini katanya dari kamu, ibu juga masih inget masa kamu lupa".
Ibu tidak memberitahu yang sebenarnya agar Indah tidak malu.
"Oh iya saya baru inget, kemaren juga Indah sempet ngomong kalau ibu yang nerima bonekanya langsung".
Roy pun merasa malu ternyata ibu masih ingat nama orang yang mengirim boneka beruang berwarna merah muda kepada Indah.
"Emang dalam rangka apa Roy ngasih boneka beruang itu ke Indah?".
Tanya Ibu.
Roy pun menceritakan semua dari pertama ia bertemu dengan Indah. Sampai maksud dari boneka yang ia berikan kepada Indah sebagai bentuk rasa terima kasih ia kepada Indah, karena Indah sudah membantunya.
Setelah tau itu. Ibu pun bertanya kepada Roy tentang segala hal mulai dari tempat tinggal dimana, asal darimana, orang tuanya kerja apa, pokonya segalanya sampai Roy merasa telah diinterogasi oleh ibunya Indah. Setelah 30 menit Ibu Indah bertanya tanya kepada Roy, tiba-tiba ponsel Roy berbunyi. Ia bersyukur karena temannya tiba-tiba menelepon dan menyuruh Roy untuk datang ke tempatnya.
Roy pun meminta izin untuk pamit pergi karena ia ada urusan lain. Indah pun mengantarkan Roy sampai kedepan gerbang, Roy berkata.
"Nanti malam aku jemput kamu disini sehabis solat isya".
Indah pun mengangguk sembari tersenyum, walaupun hatinya merasa takut acara tersebut tidak akan terjadi. Karena ia tidak bisa membohongi tangannya yang masih terasa sakit akibat kejadian tadi pagi.
Sorry ya guys adminnya baru update lagi, soalnya adminnya kemaren lagi sibuk sama tugas dan ada beberapa insiden yang bikin adminnya gak semangat updatenya. Tapi insyallah kalau kalian terus support admin insyallah admin bakal terus update min seminggu sekali. Keep support y ^_^.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakanlah(Slow Update)
RomanceTidak terasa. Indah, Ani, dan Setyo. Sudah menjadi sahabat sejak mereka masih duduk dibangku SD. Mereka hampir setiap hari bermain dengan riang gembira. Kemana pun mereka pergi, mereka pasti selalu bersama. Hari berganti hari mereka pun tumbuh menja...