11

903 181 27
                                    

            "Sialan!" desis lelaki itu sambil mengebrak meja didepannya.

Bahu lebarnya bergetar, tangannya terkepal kuat hingga menampilkan tali biru yang menyembul di permukaan kulitnya. Giginya bergemeletuk, matanya menyirat marah. Rasa marah meluap-luap dalam dirinya.

"PENGECUT IDIOT" teriaknya sambil menendang salah satu lemari besi disana.

Dia menunduk, menetralkan deru nafasnya yang tidak beraturan.

Namun dia tidak bisa apa-apa.

Sang ketua yang biasanya menjadi satu-satunya orang yang paling ditakuti para siswa mendadak menjadi pengecut, amarahnya ingin meledak, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Dia hanya menjadi penonton yang tau semuanya.

Kim Hanbin, pemegang kekuasaan yang padahal tidak tau apa-apa.

Sekarang dia justru berdiri didalam ruangan asing yang bahkan dia baru ketahui kebedaannya. Kumpulan layar kecil itu seakan mengejeknya bahwa sebenarnya dialah orang yang tidak mengetahui apapun.

Hanbin tidak pernah tau bahwa sekolah memasang CCTV.

Yang membuat Hanbin marah bukan permasalahan CCTV. Namun, tempat yang disorot kamera pengintai itu. Bukan, itu bukan kelas maupun koridor.

Tapi tempat-tempat yang sudah tidak terpakai yang sudah disulap sedemikian rupa. Tempat khusus yang hanya boleh diinjak untuk murid VVIP.

Diantaranya,

Tempat Lisa disekap, dan tempat Jisoo hampir terbunuh.

Hanbin menyaksikan itu semua.

Dia menyaksikan bagaimana Lisa yang diseret untuk memasuki gudang itu, bagaimana Lisa meringis, menangis, dan Lisa yang pingsan dengan nafas yang terengah-engah begitu Mingyu datang menolongnya.

Lelaki itu juga tidak bisa melupakan bagaimana Jisoo harus mempertahankan hidupnya ketika tali tebal mencekik lehernya.

Hanbin menyaksikan itu semua, namun dia hanya terdiam, menyaksikan dalam diam dengan air mata yang mengalir marah.

Bukan karena dia tidak ingin, namun karna dia tidak bisa.

Dia terlibat kontrak hitam diatas putih,

Dengan ketua yayasan.

***

Lisa memberengut, bibirya terus menggerutu sambil menyumpahi Mingyu yang membuatnya harus terjebak dalam situasi ini. Gadis itu menunduk, rasanya ingin menghancurkan wajah lelaki dengan kulit coklat itu.

Lisa bersumpah, jika diizinkan, Lisa akan mematahkan tulang belakang Mingyu.

Dia tidak suka tersudut.

Dan sekarang dia sedang tersudut, terjebak tanpa tau cara untuk keluar.

"Kenapa enggak bilang apa-apa?" suara laki-laki yang familiar terdengar ditelinganya.

Lisa mendongak, matanya langsung menangkap postur wajah lelaki dengan gigi kelinci itu, atau bisa disebut abangnya, lebih tepatnya Bobby.

Lisa benci situasi ini.

Lisa benci Abangnya menghawatirkannya.

"Kenapa harus cerita? Bukan apa-apa kok, gue enggak kenapa-napa" jawab gadis itu sambil memainkan jarinya, berusaha mencari pengalih.

"Serius enggak kenapa-napa?" tanya Bobby sambil memasukan tangannya ke kantung celananya.

Lisa mengangguk cepat sambil tersenyum lebar.

Sermo (BobSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang