9 Januari 2013
Begitu Jisoo membuka matanya, dia langsung membenci hari ini, liburan telah berakhir, dan sekarang dia harus kembali kesekolah dengan gelar 'Anak Baru', Jisoo makin membencinya.
Kalau bisa memilih, Jisoo lebih suka tinggal bersama Neneknya ditempat sebelumnya dari pada harus bergabung dengan Ibu dan Kakaknya ditempat ini. Bukan, bukan karna dia membenci mereka, Jisoo hanya tidak nyaman beradaptasi lagi dengan lingkungan baru.
Sejak Ibu dan Ayahnya bercerai, orang tuanya memutuskan untuk memisahkan dia dan Kakaknya. Kakaknya ikut bersama Ibunya dan Jisoo ikut bersama Ayahnya, namun sebulan yang lalu Ayahnya meninggal, dan Jisoo hanya tinggal bersama Neneknya.
Jisoo mengerti kalau Neneknya sudah terlalu tua untuk membiayainya, dan itu juga terlintas dalam fikiran Ibunya. Keputusan akhir, Ibunya menjemput untuk meminta Jisoo tinggal bersamanya.
"Dek" panggil Irene dengan kepala menyembul dibalik pintu.
Jisoo yang sedang melamun didepan meja rias langsung tersentak, menoleh kearah suara dengan kening yang berkerut "Kenapa? Masuk aja kali Kak" jawabnya.
Irene nyengir, gadis itu masuk dengan seragam sekolah lengkapnya yang mirip dengan yang dipakai Jisoo. Dia langsung duduk di pinggir ranjang adiknya itu.
"Lo enggak lupa nama gue kan?" tanya Irene seraya mengambil alih sisir Jisoo untuk menyisir rambutnya sendiri.
"Enggak lah, aneh-aneh aja" ujar Jisoo kembali memperhatikan dirinya dipantulan kaca.
"Enggak nyaman ya tinggal disini?".
Jisoo terdiam sebentar, dia menatap Kakaknya yang memperhatikannya dengan lekat. Jisoo menghela nafas pelan, tersenyum kecil sambil mengangguk.
"Sedikit" katanya "Ketauan banget ya?" lanjutnya.
Irene mengangguk "Semenjak lo dateng, bahkan sampai hari ini, lo masih keliatan canggung banget sama gue, ah- apalagi sama Mama".
Jisoo meringis, dia jadi salah tingkah sekarang.
Irene bangkit, dia sekarang berdiri dibelakang Jisoo sambil menyisir rambut adiknya itu.
"Tenang aja. Lo enggak bakal jadi Cinderella kok disini. Mama sayang banget sama lo, apalagi gue, walaupun gue bobrok gini".
"Ah! Kakak bakal berubah jadi jahat kalo lo ngerebut pacar Kakak! Itu pasti!".
Jisoo mendongak "Lo punya cowo Kak?" tanyanya dengan wajah sedikit terkejut "Padahal Mama bilang enggak boleh pacaran dulu".
Irene mengangguk sambil terkekeh, tangannya sibuk menata rambut panjang Jisoo.
"Alah, Mama mah ngomong doang. Lo sih enggak pernah keluar kamar, enggak tau aja gimana ganjennya Mama pas pacar Kakak dateng".
Jisoo tertawa mendengarnya "Mama suka brondong dong?" ujarnya disela-sela tawanya.
Irene terkekeh "Di amah suka sama yang ganteng-ganteng" ujarnya "Mama sekarang lagi ngebucin korea-koreaan tau, kemaren aja kepergok lagi nangis kejer abis nonton dramanya L infinite".
Jisoo tersenyum. Rasa tidak nyamannya sudah mulai berkurang sekarang.
"Nah" ujar Irene sambil memegang bahu Jisoo "Jangan protes! Kakak lagi mabok frozen".
Padahal Jisoo mau protes ngeliat rambutnya yang dikepang samping, mukanya jad aneh banget tapi karna mendengar celetukkan Kakaknya, dia hanya menahan tawanya itu.
"Gue enggak apa-apa kesekolah kayak gini?" tanya Jisoo menatap Irene dengan pantulan kaca.
"Enggak lah! Gue enggak mau lo langsung jadi taget bully-an disekolah, nanti pas masuk mobil langsung lepas aja". Jawab Irene dengan cepat.