"Apa lagi yang lo sembunyiin dari gue?" tanya Bobby memandang lurus kedepan, rasanya aneh, ada rasa tidak enak dalam dirinya namun otaknya berkata dia tidak harus memakai hati nuraninya sekarang.
Hanbin bungkam. Dia juga bingung harus melakukan apa sekarang, rasa bersalah memenuhi dirinya namun ada hal yang tidak seharusnya Bobby tau. Demi keamanannya dan kelangsungan hidup Bobby. Hanbin tidak ingin egois, tapi dia harus menjadi egois. Hidupnya memang tak berguna, setidaknya dia bisa menyelamatkan hidup temannya yang lain. Dia sudah gagal melindungi June, dan dia berusaha agar hidup Bobby – bahagia? Setidaknya begitu.
Ruangan keil kedap suara ini menjadi saksi seluruh keinginan terpendam Hanbin, tempatnya berteriak karena dunia terus memperhatikannya. Hanbin diam, namun matanya mengikuti Bobby yang sedang melihat seluruh ruangan tersebut. Dahinya terus berkedut bingung melihat ruangan yang terasa asing. Awalnya Bobby ingin berdiam diri saja, menunggu penjelasan Hanbin mengapa lelaki itu membawanya kesini, nyatanya semuanya sia-sia, Hanbin hanya diam, bahkan setelah Bobby menatapnya dengan pandangan kebencian.
"Setelah semua rahasia lo keungkap, lo enggak jadi gagu kan?" desis Bobby menatap Hanbin dengan tatapan benci "Jangan bertingkah jadi korban disini, pada kenyataannya lo yang ngebuat June meninggal. Malu Bin! Gue malu terus-terusan disamping lo, sedangkan adek gue dengan susah payah mau ngungkap kebenaran dari kematian temennya. Sedangkan gue? Malah ngelindungin orang yang ngebunuh temen sendiri. Bahkan, kalaupun lo nyesel sepanjang hidup lo, lo enggak bakal bisa nebus semua dosa yang lo perbuat. Lo pikir apa? Jangankan June, gue aja muak ngeliat lo sekarang"
Bobby kesal. Dengan gegabah lelaki itu meraup kerah kemeja hanbin dan melayangkan tinjunya ke wajah lelaki itu. Pukulan keras yang membuat hidung Hanbin mengeluarkan darah. Reaksi Hanbin justru makin menyulut emosi Bobby, Hanbin hanya diam, mempertahankan apa yang seharusnya dia pertahankan.
"Apa?! Lo masih diem setelah gue pukul? Lo masih mau nutupin semuanya? Haha! Sinting. Apa yang lo tutupin? Siapa yang sebenarnya lo lindungin?"
Bobby menjambak rambutnya sendiri, emosinya memunak. Walaupun Bobby sangat ingin memukul Hanbin lagi, namun, rasanya menyakitkan melihat teman yang sejak dulu bersamanya terlihat seperti mayat hidup yang bahkan tidak merasakan apapun. Hanbin bahkan tidak bergerak, membiarkan darah mengalirdari hidungnya dan membanjiri kemeja putih miliknya.
"Lo! Gue ngelindungin lo" sahut Hanbin setelah keheningan yang cukup lama.
Bobby justru terkekeh mendengarnya, terlalu lucu sampai dia ingin memukul Hanbin hingga babak belur.
"Siapa yang lo lindungin? Gue? Enggak salah?! Jangan bego, lo tau kemampuan lo sendiri. Sekarang apa? Lo berhasil ga ngelindungin gue? Gue enggak butuh lo lindungin, lo pikir gue apa? Pacar lo gitu? Lucu! Gini Bin, jangankan ngelindungin orang lain, ngelindungin diri sendiri aja lo masih belum mampu. Liat sekarang! Lo malah masuk perangkap. Siapa yang mau bebasin lo sekarang? Gue? Katanya lo mau lindungin gue?"
"Terima kenyataannya kalau lo bukan ngelindungin gue, tapi lo ngelindungin diri lo sendiri!"
Hanbin mengepalkan tangannya hingga bergetar hebat, giginya bergemeletuk, pancingan Bobby berhasil menyulut emosi Hanbin. Bobby sudah siap jika Hanbin tiba-tiba memukulnya, bahkan jika Hanbin membuatnya pingsan, Bobby sudah siap.
"Enggak sadar kan kalau lo ternyata ngebunuh June dan sekarang lo berniat ngebunuh gue" sahut Bobby lagi hingga badannya terpental ke tembok papan yang akhirnya roboh dikarenakan beban tubuhnya.
Hanbin terdiam ditempatnya setelah memuluk Bobby dengan cukup keras –sangat keras. Matanya menatap kedepan dengan pandangan kosong, sedangkan Bobby sudah membulatkan matanya melihat apa yang ada dibalik tembok papan rapuh itu.