Kim Jisoo, pada umur 20 tahun. Saat itu dia menetap selama dua tahun di gedung putih dengan bau obat karena kecelakaan mobil yang dialaminya. Satu tahun hanya terbaring lemah, dan satu tahun dia menjalani masa pelatihan untuk kembali menggunakan otot tubuhnya yang tidak pernah terpakai. Jisoo saat itu menderita koma karena pendarakan otak yang cukup parah, bahkan semua orang sudah hampir menyerah melihat Jisoo yang melawan kematiannya sendiri. Ibunya pernah berfikir untuk mencabut alat-alat yang menempel ditubuhnya, namun Irene melarang keras. Irene yakin dengan Jisoo yang bisa melawan untuk hidupnya. Walaupun mereka tidak terlalu dekat seperti kakak adik pada umumnya, Irene tetap yakin bahwa suatu hari nanti, dia bisa melihat senyum Jisoo ketika berbicara padanya.
Kim Jisoo, 22 tahun. Ini lucu. Saat koma selama satu tahun, Jisoo bermimpi dia kembali kepada masa sekolah atasnya. Well, Jisoo tidak pernah memasuki sekolah umum, dia terbiasa homescholling karena itu yang membuatnya nyaman. Jisoo sangat menutup diri, dia tidak memiliki teman seperti orang-orang pada umumnya. Hanya Kakak dan Mamanya yang menjadi temannya ketika menjadi pelajar dahulu.
Dimimpi indahnya waktu itu. Dia terjebak di sekolah menakutkan dengan gadis kasar bernama Lisa, melakukan hal yang menurutnya baik. Dia mendapat buku aneh yang bertindak seperti buku ajaib, mereka bertekad untuk membalas perbuatan jahat orang-orang. Kemudian, dia bertemu dengan gadis cenayang bernama Rose. Disini semuanya aneh, tentang Rose dan masalalu Lisa yang membuatnya bingung. Sampai sekarang, Jisoo tidak tau. Siapa Lisa dan siapa Rose dalam dunia nyata.
Kata dokter, sosok Lisa hanyalah alam bawah sadarnya. Wonderland yang Lisa maksud adalah alam bawah sadar Jisoo. Jisoo sangat ingin memiliki teman banyak, dan Lisa mewujudkan itu.
Selain itu, ada hal yang membuat Jisoo terus mengingat mimpi koma-nya.
Terlebih lagi dengan pemuda kelinci yang merebut hatinya. Pemuda lucu yang selalu membuat Jisoo tersenyum, pemuda yang membuat hatinya menghangat.
Bukannya itu lucu? Nyatanya, semua itu hanya ilusi. Itu semua hanya bunga tidur yang Jisoo buat dalam menemani masa komanya.
Mimpinya tentang sekolah aneh, buku ajaib, dan orang-orang itu membuat Jisoo tertawa.
Apakah salah jika Jisoo ingin bertemu mereka secara langsung?
Bukan dari mimpinya.
Itu konyol. Jisoo tidak mempercayai adanya keajaiban.
Sampai hari ini. Di café kecil pinggiran kota. Keajaiban datang.
"Ehm, hai?"
Jisoo tersentak, terbangun dari lamunan panjangnya. Dia mendongak kedepan, mendapatkan seorang laki-laki dengan gigi kelinci yang ada di mimpinya. Dia terdiam, menampar pipinya sendiri dengan keras hingga membuat lelaki bergigi kelinci itu meringis.
"Boleh kenalan?" ujar lelaki itu lagi membuat Jisoo mengerjap.
Dia gelagapan. Apakah dia sudah hidup atau masih koma seperti dua tahun lalu?
"Eh-iya mas kenapa?" tanya Jisoo setelah mengerjap beberapa kali dan menyadari bahwa lelaki didepannya ini nyata. Bukan ilusi atau khayalannya.
"Gini mbak. Saya Bobby tapi saya bukan fakboy kok, Mama saya ngasih namanya kayak gitu hehe. Saya lagi kena dare dari temen-temen saya yang ada disana" ujar Bobby menunjuk meja yang penuh dengan gerombolan laki-laki yang sedang menatap mereka berdua.
Jisoo mengerjap. Namanya sama.
Bobby mengernyit, melambai-lambaikan tangannya tepat didepan wajah Jisoo "Hallo Mbak? Masih sadar?" kemudian lelaki itu tersenyum kecil "Mbak enggak nyaman ya saya disini? Muka saya memang kayak fakboy mbak, tapi saya alim kok".
"Eh – enggak kok mas. Saya lagi mikir kayaknya pernah ngeliat Mas" ujar Jisoo yang berusaha menetralkan rasa ingin memeluk lelaki itu sekarang.
"Muka saya sepasaran itu ya" ujar Bobby sedih membuat Jisoo kelabakan "Ee enggak kok mas, aduh maaf ya mas. Saya enggak maksud" ujar Jisoo panik sendiri ditempatnya membuat tawa Bobby menyembur dan Jisoo terdiam.
"Saya bercanda kok Mbak. Mbaknya lucu banget sih, gemes saya" ujar Bobby disela-sela tawanya membuat Jisoo membuang muka "Kalo mbak namanya siapa?"
"Jisoo. Jadi, mas mau ngapain kesini?" ujar Jisoo dengan cepat. Jantungnya sudah berpacu dengan keras sedari tadi.
Bobby sempat kaget kemudian tersenyum lebar "Saya kena dare disuruh minta nomor mbak nih sama mereka. Kalo bisa jangan nolak ya Mbak, soalnya makalah saya ditahan sama mereka" jawab Bobby membuat Jisoo menggaruk tengkuknya "Tapi mbak, bantuin saya sekali lagi ya?"
Jisoo yang awalnya bingung malah mengernyit. Dia bahkan belum mengiyakan permintaan Bobby yang sebelumnya dan sekarang lelaki itu meminta lagi. Bobby menyerahkan keras dari kantung kemejanya beserta sebuah pulpen merah. Dan dia menaruh ponselnya juga dihadapan Jisoo.
"Tolong kasih mereka nomor asal aja. Tapi saya minta nomor telepon asli mbak. Hehehe"
Jisoo terkekeh sambil mengangguk. Tangannya menari diatas permukaan kertas dengan lincah seakan menulis nomor telepon sungguhannya. Kemudian tangannya berpindah kepada ponsel lelaki itu, menekan angka yang membuat senyum Bobby berkembang.
"Eh satu lagi" ujar Bobby setelah Jisoo memberikan ponselnya kembali padanya. Jisoo menatap lelaki itu dengan alis yang terangkat, menunggu ucapan lelaki itu selanjutnya "Kalo kontaknya saya namain Mine gapapa kan Jisoo?"
Jisoo percaya adanya keajaiban ketika punggung lelaki itu menjauh.
***
Demikian cerita ini tamat. Silahkan menghayal sendiri tentang hubungan mereka ya wkwkwkkwkwkwkkwk *ketawajahat