Hening,
Dan sangat dingin.
Begitulah yang dirasakan Jisoo ketika theater drama dimulai. Pertunjukan itu menyenangkan dan mendebarkan. Namun yang membuat udara menjadi dingin adalah gadis yang duduk disebelahnya.
Lisa, yang hanya menatap panggung dengan sorot mata tajam dan mengeluarkan hawa mematikan.
"Lo enggak suka gue ajak kesini?" tanya Jisoo kepada Lisa yang sedari tadi hanya diam tanpa berbicara apapun.
"Gue ngajak lo kesini bukan karna disuruh Jennie kok, gue cuma penasaran sama jalan cerita theater" ujar Jisoo lagi.
Lisa hanya diam, seperti boneka porslen, cantik namun tak bernyawa.
"Lis, kalo lo marah, ayo kita keluar aja" ucap Jisoo hampir berdiri dari duduknya, namun tangan Lisa dengan cepat menahannya. Mata Lisa menembus matanya. Jisoo merasakan sedikit rasa takut dimata gadis itu.
Rasa takut yang belum pernah Jisoo lihat dimata Lisa sebelumnya.
"Ayo kita keluar" bisik Jisoo "Lo keliatan enggak nyaman disini"
Dengan pandangan mata lurus ke panggung, Lisa menjawab "Terlambat"
"Kita enggak bisa keluar"
Jisoo ikut menoleh,
Inderanya menangkap Jennie yang berjalan menunduk memasuki panggung dengan tangan yang terkunci rantai berat dan mendudukan badannya di center.
"Tutup" ujar Lisa yang tiba-tiba menutup telinga Jisoo.
"Kena--"
"Jangan denger apapun!" senggah Lisa membuat Jisoo mau tidak mau menurutinya.
Pandangan Jisoo kembali ke depan, menatap latar panggung yang berubah menjadi gelap dan tiba-tiba dikelilingi api. Orang-orang berpakaian hitam dengan tudung berjalan dengan pelan memasuki panggung, mengambil posisi mengelilingi gadis mata kucing yang sedang duduk dengan kedua tangannya yang diikat.
Jisoo kembali fokus dengan panggung, suasana yang dirasakannya makin menyeramkan. Dia merasakan dingin sampai merinding. Terlebih ketika mata Jennie yang semula tertutup sekarang terbuka dengan warna merah menyala.
Gadis itu mengucapkan kalimat yang hanya bisa Jisoo tebak-tebak dari gerakan bibir.
"Aku ingin menjual jiwaku. Setan ambil jiwaku"
Masih dengan menutup telinganya, Jisoo mendekatkan badannya pada Lisa. Gadis itu melirik orang disampingnya, aneh.
Ada sesuatu yang aneh.
Semua orang di ruangan ini mengikuti setiap kata yang diucapkan Jennie.
Setiap kata.
"Lucifer Sam selalu duduk di sisimu..selalu dekat denganmu"
"Lis, gue mau keluar" bisik Jisoo tepat ditelinga Lisa.
"Kita enggak bisa keluar sekarang?"
Lisa menoleh kemudian menggeleng.
Jisoo kembali memfokuskan dirinya pada panggung "Kita enggak bakal gang---"
"AAAAAAAAAAAAAAA"
Jisoo tidak bisa melanjutkan apa yang ingin dia katakana ketika matanya menatap Jennie sedang menusuk telapak tangannya sendiri dengan sebuah pisau tangan diiringi dengan teriakan nyaring gadis itu.
Tangannya sudah bebas, padahal beberapa detik yang lalu, Jisoo masih melihat dengan jelas bahwa tangan Jennie terikat kuat. Rantai yang diikatkan padanya sudah tidak berbentuk lagi. berceceran memenuhi panggung.