"Wtf..." umpat Bobby.
Bukan hanya Bobby, bahkan Lisa yang tidak akur dengan Hanbin pun ingin mengumpat. Masalahnya, ini terlalu mendadak, mendadak Irene menjadi tersangka, mendadak Jennie tidak bersalah, dan sekarang mendadak Hanbin menjadi dalang atas semuanya? Sungguh, Lisa ingin mengumpat dengan Bahasa latin sekarang.
Tidak ada celah, semuanya terlalu rapat, terlalu tertutup. Semua orang sangat mencurigakan sekarang, bahkan Jisoo pun menjadi tidak percaya kepada Bobby. Jisoo masih bisa mentolerir jika Lisa menjadikan Kakaknya sebagai tersangka, karna itu masuk diakal. Tapi kalau Hanbin? Lelaki itu bahkan tidak pernah ingin ikut campur soal aliran sesat seperti yang dilakukan Jisoo.
"Lo enggak bisa asal nuduh gitu aja dong! Lo enggak punya bukti sama sekali"
"Bin! Nggomong anjir! Kenapa lo diem aja, bego! Lo lagi dituduh!" ujar Bobby sambil mengguncang bahu Hanbin.
Jisoo hanya diam, dia berusaha meneliti sekitar. Tapi, jika dinilai dari respon Hanbin terhadap tuduhan Rose tadi. Jisoo yakin memang ada yang lelaki itu sembunyikan, bahkan dari sahabat baiknya sekalipun. Setidaknya lelaki itu harus membuat alasan yang masuk akal, namun Hanbin hanya diam seakan membenarkan tuduhan Rose itu.
"Lo mau bukti? Nih!" ujar Rose sambil melempar kertas yang dipegangnya kepada Bobby.
Rose juga kesal. Dia tidak mungkin menuduh tanpa ada alasan yang jelas.
"Lo bisa buka dan periksa baik-baik. Kata Lisa, daftar itu dia dapet dari ketua Osis. Lo bisa cek dengan buka lembar ketiga"
Bobby mengikuti perintah gadis itu, membuka lembar yang dimaksudnya. Namun dia tidak merasakan keanehan tersebut, lembar itu hanya berisikan para anggota theater.
"Gue enggak ngeliat ada yang salah" jawab Bobby menatap mata Rose dengan tajam.
Rose terkekeh kesal "Lo pada enggak nyadar atau pura-pura bego sih. Aish, adanya daftar yang lo pegang aja udah salah! Kalian udah lebih lama dari gue disini, seharusnya kalian nyadar kalau daftar itu enggak boleh sembarangan diakses orang lain, datanya dipegang ketua yayasan langsung! Aneh gak kalau tiba-tiba ketua osis kasih daftar yang belum tentu kebenarannya itu?"
"Kalian pikir dengan jabatan dia sebagai 'Ketua' ngebebasin dia buat akses apa aja? Enggak tuh, sejauh observasi gue, dia itu Cuma boneka disekolah ini".
"Gak! Lo salah! Gue bukan boneka sekolah ini!" teriak Hanbin menimpali amarah Rose.
Matanya kosong, dia juga merasakan rasa bersalah.
"Gue bisa bebas akses data apapun disekolah ini, gue punya informasi yang kalian mau tentang sekolah ini, gue taku busuk baiknya sekolah ini. Kalo lo bilang gue boneka, lo salah, kenyataannya kalau gue guru kunci disekolah ini!"
"Oke kalau lo bersikeras, lo memang juru kunci disekolah ini. TAPI KENAPA LO KASIH TEMEN LO DATA PALSU!"
Mereka semua tersentak mendengar teriakan Rose.
"Lo tau dari mana kalau yang dikasih Hanbin itu data palsu?" celetuk Lisa membuat Rose menoleh kearahnya.
"Sebagian orang yang dia masukin gambarnya sebagai 'anggota theater' itu palsu, lo bisa cek sendiri satu-satu. Orang-orang digambar itu Cuma murid cabutan yang digunain buat nutupin sesuatu. Dan sebagian orang yang seharusnya dia masukin sebagai 'anggota theater' malah enggak ada".
Jisoo mengusap wajahnya gusar, dia mengambil alih daftar yang dipegang Bobby dan mengecek satu-persatu anggota theater yang berada di jangkauan matanya. Dari sekian banyak orang disana, hanya ada 7 orang yang resmi tercantum didalam daftar, sisanya menghilang, membuat Jisoo menghela nafasnya kasar.