Lisa mengangkat alisnya bingung melihat Rose yang datang bersama June – ketua OSIS dengan keadaan gugup. Mereka langsung duduk didepan Lisa yang sedang sibuk dengan karton hitam yang merupakan pekerjaan rumahnya. Suasana kantin serasa lebih normal dari pada waktu kemarin, tidak ada karaoke yang disponsori pembullyan lagi. terasa sangat normal hingga membuat Lisa merasa aneh, sejujurnya.
June menyenggol lengan Rose seakan mengatakan bahwa gadis itu saja yang berbiara. Rose justru mengumam sambil menggerutu. Padahal sejak tadi lelaki itu terus berbiara tentang dirinya yang lebih tua, sekarang malah mengumpat bagaikan pengecut.
Lisa menghela nafas karena merasa terganggu dengan dua orang didepannya "Kenapa sih? Lo mau pamer kalau lo punya pacar? Kayak Jisoo gitu?!" semprot Lisa membuat kedua orang itu menggeleng cepat.
"Idih ogah amit-amit pacaran sama Om Om" ujar Rose membuat June mendelik
"Dipikir gue mau kali ya pacaran sama dukun" balas June tak kalah kencang.
Lisa terkekeh "Trus kalian ngapain kesini --- aish, drama lagi" ujar Lisa memutar bola matanya begitu melihat Nam Taehyun datang dan duduk diatas singgasananya. Dia menyuruh Adik kelas – Park Jiyeon membelikan makanan untuknya, jangan lupa toyoran dikepala yang agak kencang membuat Jiyeon meringis. Tidak ada yang berani membantu gadis itu. Semua orang takut pada Nam Taehyun, lebih tepatnya takut pada kekuasaan ayahnya. Rose dan June juga ikut menoleh, menatap nyalang pergerakan Nam Taehyun yang bertindak seperti raja itu. June mendecih, didalam hatinya dia mentertawakan kekonyolan murid sekolah yang tidak malu dipandang sebagai criminal.
"Lo pada masih ikut nyimak? Enggak ada yang mau bantuin?" celetuk June menatap Rose dan Lisa secara bergantian.
Lisa menggeleng, dan Rose hanya diam.
"Kenapa? Kemanusiaan udah ilang dijaman ini?"
Lisa menghela nafas sambil menyampirkan rambutnya kebelakang. Dia menatap June yang masih terfokus pada tontonan didepannya "Kenapa enggak lo aja yang bantuin? Mengingat Cuma lo yang punya rasa kemanusiaan!" ketus Lisa membuat June mendecih dan bangkit dari duduknya.
Namun tangannya ditahan oleh Rose dengan gelengan dikepala.
"Kalo lo masih mau nyelesain semua pertanyaan aneh dikepala lo, jangan pergi. Jangan bantuin dia, jangan cari masalah sama orang itu. Lo bisa ditendang sebelum memulai semuanya" ujar Rose namun ekspresi June masih tetap. Dia tetap ingin membantu gadis itu.
"Terserah. Lo bantuin aja dia. Mungkin lo enggak tau betapa kuatnya Nam Taehyun. Here, listen! Ini bukan tentang kemanusiaan atau apapun. Lo kira semua orang disini enggak gatel pengen bantuin? Mereka masih punya rasa pengen bantuin, tapi enggak bisa. Kenapa? Nam Taehyun itu anak ketua yayasan. Setiap orang yang berurusan sama dia bakalan habis. Dengan lo bertindak sok pahlawan kayak gitu emang bakal ngelepasin tuh cewek dari bullyan Taehyun? Enggak lah! Dia malah makin dibully supaya lo – sang pangeran berkuda, bisa terus dateng bantuin tuh cewek dan bikin tontonan Taehyun tambah rame. Dan jangan lupain juga hidup lo yang bakalan berasa di neraka" celetuk Lisa sambil menghias diatas kartonnya. Mengabaikan aksi didepannya walaupun dia gatal ingin melempar wajah Nam Taehyun dengan gelas kaca didepannya.
June mendecak, dia kembali duduk dengan rasa bersalah yang tinggi. Rose tersenyum simpul. Mereka tidak ingin menjadi pengecut, namun, dia butuh taktik yang bagus agar tidak menjadi jebakan makan tuan.
"Ada perlu apa kesini?" tanya Lisa lagi tanpa mengalihkan pandangannya pada karton didepannya.
"Lo tau tentang Koo Junhoe sama Park Chaeyoung yang diberitain meninggal karena kecelakaan mobil?" tanya Rose langsung pada intinya membuat Lisa menegang. Dia meninggalkan peralatannya dan menatap kedua orang itu dengan wajah datar.