"Lo bener-bener harus berhenti sekarang"
Disana Lisa. Berdiri dihadapan Jisoo dengan wajah lelahnya membuat Jisoo menatap gadis itu bingung. Jisoo merasa tidak ada yang selah dengan dirinya, tapi Lisa saat ini terlihat sangat marah, marah dalam artian dia sudah lelah dengan tingkah Jisoo. Dan Jisoo tidak menyadari apa yang terjadi saat ini.
"Kenapa? Berhenti apa? Gue enggak ngapa-ngapain" balas Jisoo yang saat itu sedang menulis pekerjaan rumahnya di taman belakang.
Hanya mereka berdua yang berada disini, rasanya seperti saat pertama kali berteman. Hanya berdua menjalankan semua fikiran jahat untuk membalaskan dendam semua murid kepada sang pembuat masalah.
Lisa duduk dihadapan gadis itu, dia membuka botol minuman yang Jisoo bawa dan langsung meneguknya sampai habis, karena tenggorokannya sangat gatal. Lisa sudah berubah, dia tidak memakai dandanan anehnya lagi, dan Jisoo sangat berubah. Sangat berubah sampai Lisa tidak mengenali dirinya lagi.
"Cukup. Udah cukup madding yang lo buat, udah terlalu banyak. Jis, Gue tau lo marah ngeliat gue diomongin sama mereka, tapi enggak begini caranya. Lo udah terlalu jauh. Lo bahkan nulis madding sama orang yang Cuma ikut ngetawain gue lagi dibully" jawab Lisa dengan helaan nafasnya.
"Gue ngerasain perubahan sifat lo. Jisoo yang dulunya takut banget buat memulai sesuatu, sekarang udah berani ngelakuin sesuatu – bahkan tanpa konfirmasi dulu sama gue. Udah berapa orang yang lo keluarin dari sekolah ini? Hampir sepuluh orang lo D.O lewat madding anonym lo. Jis, lo tau kan sekolah ini berbanding terbalik sama sekolah kita yang dulu? Disini....penjara"
Jisoo menatap Lisa, gadis itu meninggalkan pekerjaan rumahnya untuk saat ini. Dia mengerti kekhawatiran Lisa, tapi, Jisoo melakukan ini semua demi Lisa juga. Lisa, sahabatnya.
"Cuma ini yang bisa gue lakuin buat lo. Dari dulu, gue Cuma jadi bayangan pelaku, tapi sekarang gue enggak mau kayak gitu Lis. Kita ngejalanin bareng, otomatis tersangkanya kita berdua, bukan lo doang. Gue bukan lagi Jisoo yang pengecut kayak dulu yang bisanya berlindung dibalik punggung lo. Sahabat itu jalannya beringingan Lis. Gue enggak bisa jadi ratu yang terus-terusan dibelakang lo"
Lisa menghela nafas, selalu topik ini yang menjadi permasalahan Jisoo.
"Lo bilang mau beriringan, tapi nyatanya apa? Selama seminggu ini lo menghindar dari gue, tau-tau ada belasan madding yang lo tempel dan ngebuat seisi sekolah kalang kabut. Gue tau itu ulah lo. Tapi Jis, kalo semua ini kebongkar kalau lo yang nempel madding itu, cuma lo yang bakal tamat"
"Gue enggak mau lepas tangan dan bertindak enggak tau diri. Tapi lo ceroboh. Lo nyadar gak sih? Kasus madding ini udah sampe ke ketua yayasan, trus kenapa mereka enggak bertindak? Mereka enggak bisa ngelakuin apa-apa padahal CCTV ada dipenjuru sekolah? Karna gue rela-relain nyelinap ke ruang CCTV selama seminggu kebelakang Cuma buat ngapus jejak lo – malah satpam yang jaga nyebelin banget lagi. Gue seneng banget lo berani ngelakuin itu. Tapi seenggaknya kasih tau gue, biar gue ada persiapan. Gue panik banget pas lo ngeluarin madding kayak minggu lalu, gue takut lo ketangkep, gue takut lo kenapa-napa"
"Sekolah yang sekarang jauh berbeda sama yang dulu Jis. Kalo dulu, lo bisa seenaknya kesana-kemari nempel madding, lo enggak bakal ketauan. Kalo yang selarang beda Jis, jangankan koridor, toilet aja ada CCTVnya".
Jisoo terdiam. Gadis itu mengulum bibirnya, dia merasa kesal sekaligus marah. Dia kesal kenapa dia terlalu bodoh untuk melihat situasi. Dan dia marah karena gagal melindungi temannya, malah membuat temannya kalang kabut karena ulahnya "Sorry" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Jisoo.
"Ah, jangan salah paham, gue enggak marah sama lo, sama sekali enggak marah. Mungkin sedikit sedih? Gue sedih karena lo enggak inget gue sama sekali pas ngejalanin ini" ujar Lisa sambil tersenyum kecil kearah Jisoo "Sekarang, gue mau liat ada berapa nama yang udah lo siapin' tangan Lisa mengadah, membuat Jisoo mau tidak mau mengambil buku kecilnya sambil menghela nafas. Lisa tersenyum sambil menarik paksa buku itu.