Jangan tanya kenapa, pokoknya jangan tanya kenapa Jisoo datang dengan penampilan berantakan seperti ini, Jisoo bisa ngamuk. Sejujurnya, hari ini Jisoo tidak sempat mandi – tak apa, karena musim semi sudah mulai datang. Jisoo hanya mencuci wajahnya dan memakai riasan yang agak tebal dari biasanya. Ada alasan mengapa Jisoo seperti ini, dibalik itu semua, terdapat rasa malu yang tak tertahankan. Setidaknya hari ini tidak terlalu buruk, lebih menyeramkan kemarin. Jisoo sama sekali tidak mengingat tempat tinggalnya. Alhasil dia menunggu disekolah – sempat berniat untuk menginap saja, namun tepat pukul 10 malam, Irene –Kakaknya menjemputnya sambil menoyor kepala Jisoo pelan. Mamanya dirumah sangat khawatir begitu juga dengan Irene. Bahkan Irene sempat terfikirkan kalau Jisoo dimakan setan disekolah.
MALU WOY KAGAK TAU RUMAH SENDIRI.
Rose yang melihat Jisoo memasuki kelas justru tertawa lebar membuat Jisoo berdoa agar gadis itu keselek lalat. Biar kapok.
"Denger-denger lo nginep disekolahan" celetuk Rose dengan nada mengejek ketika Jisoo menaruh tasnya. Jisoo menatap gadis itu tajam, ingin sekali menjahit bibir mantan cenayang itu "Gue tau dari Lisa lhooo"
Jisoo mengusap wajahnya kasar, mengutuk Lisa yang memiliki supir pribadi dan meninggalkannya sendiri "Semuanya berubah. Bahkan tukang cilok yang biasa magang didepan aja udah enggak ada, trus halte bus aja pindah tempat. Gimana gue pulang kerumah kalau bentukannya aja belum tau" oceh Jisoo sambil memberenggut.
"Lagian bego banget. Lo kan sekarang punya pacar, minta anterin pulang kek" balas Rose yang kini duduk disebelah Jisoo "Bobby enggak bakalan nolak kok kalau lo minta anterin pulang. Lagian najisin banget jadi cewek, kebanyakan gengsinya" ujar Rose sekalian mengejek Jisoo. Siapa yang suruh gengsi minta anterin pulang sama pacar sendiri.
"Bukan gengsi ya! Gue masih berusaha menyesuaikan diri. Gue masih shock kalau sekarang gue punya pacar". Ujar Jisoo yang matanya menatap pergerakan Bobby yang baru memasuki kelas, lelaki itu tersenyum dengan gigi kelincinya, berjalan mendekat kearah Jisoo dan tiba-tiba mencium kening gadis itu.
Rose membelak kaget, dan Jisoo pengen mati ditempat aja.
Rose terlalu speechless sampai tidak mampu meledek lagi, dan Jisoo terlalu kaget sampai jantungnya ingin berhenti ditempat. Sedangkan Bobby? Lelaki kelinci itu hanya nyengir lebar, kembali berjalan keluar dari kelas Jisoo seakan adegan yang barusan bukan apa-apa. Rose menutup mulutnya, tak sadar kalau sedari tadi dia menganga lebar, merasa bodoh karena kaget melihat orang pacaran tepat didepan matanya. Kalau Jisoo? Dia ambyar.
"Anggep aja gue gak liat apapun" celetuk Rose membuat Jisoo kembali ke dunianya "Apaan anjir itu, sialan, mentang-mentang gue jomblo seenaknya aja pacaran. Belom pernah gue jampe-jampe ya si gitong jadi seenaknya. Awas aja kalo besok tiba-tiba Bobby enggak bisa jalan gara-gara keberatan gigi, itu hadiah dari gue" oceh Rose sambil mendengus karena mengingat adegan slow motion didepannya.
Jisoo tidak terima kalau- ekhem, pacarnya dihina, langsung melempar Rose dengan pulpen yang berada dimejanya. Menatap tajam gadis itu seakan memberitahu Rose kalau Rose akan mati jika gadis itu benar-benar melakukannya. Mereka saling bertatapan, menunjukkan bendera perang lewat tatapan matanya, terus menerus menatap sampai akhirnya Rose menyerah dan mengalihkan tatapan tajamnya sambil mendengus kesal.
"Jangan coba-coba!" peringat Jisoo sambil menunjuk Rose dengan telunjuknya membuat Rose memutar bola matanya malas.
"Dasar bucin" gumam Rose sambil mendelik.
Karena masih dalam suasana sehabis perang dingin dengan Rose, Jisoo mengabaikan gadis itu sebentar. Kembali mengamati ruangan kelas yang menurun dari kehidupannya kemarin. Ruangan ini lebih sederhana, tidak ada monitor televisi yang biasanya digunakan untuk test listening. Hanya ada seperangkat proyektor dan speaker besar seperti sekolah menengah atas pada umumnya. Loker buku yang terbuat dari kaca kini berganti menjadi besi, papan tulis yang dulunya sangat besar kini berganti dengan ukuran yang lebih manusiawi. Para guru juga rajin memasuki kelas, dan kegiatan-kegiatan disekolah ini berjalan dengan sangat normal, dan hal itu membuat Jisoo sempat terkena culture shock. Memang aneh, dia selalu shock ditiap keadaan, Jisoo curiga kalau dia lemah jantung.