Setiap orang dianugrahi keahlian atau kelebihan masing masing oleh Maha Pencipta. Seperti halnya seorang Jung Soo Yeon yang dianugrahi suara yang khas. Dengan suara khas yang dimiliki itulah Soo Yeon bisa bekerja sebagai dubber. Kelebihan lain yang dimiliki adalah bisa menirukan suara siapa pun. Karena bakat tersebut, Soo Yeon diminta oleh sahabatnya --- Kwon Sena --- untuk menjadi dirinya ketika Sena enggan berurusan dengan pria yang dijodohkan oleh orang tuanya dan pria tersebut kini ada di Paris.
"Ayolah... Kau cukup pura-pura jadi diriku," Sena membujuk Soo Yeon yang enggan memenuhi permintaannya. Malam ini keduanya ada dalam kamar Soo Yeon. Gadis Jung itu sedang duduk santai di atas ranjang---menyandarkan punggung pada dashboard ranjang --- serius membaca naskah serial animasi dimana dirinya jadi pengisi suara salah satu tokoh dalam serial animasi tersebut.
Seolah menganggap permohonan sang sahabat hanya angin lalu.
Soo Yeon berpikir memanfaatkan kelebihan yang dimilikinya untuk melakukan sesuatu yang baik. Bukan untuk menipu seseorang."Ah...kupikir aku memiliki teman yang setia kawan."
Sena yang duduk di tepian ranjang kini menundukkan kepala. Menunjukkan kesan kecewa yang sebenarnya hanya pura-pura belaka untuk menarik simpati Soo Yeon.
"Ternyata persahabatan kita hanya status, ya?''"Yaaa!"
Soo Yeon kesal, membanting naskah dan menatap jengkel pada Sena. Ia benci situasi seperti ini. Situasi dimana ikatan persahabatan dibawa-bawa demi mewujudkan sesuatu.
"Teganya kau mengataiku tidak setia kawan!" cercahnya. ''Baik! Mari aku tunjukkan betapa setia kawannya aku!''
Soo Yeon bergeser---mengambil ponsel di atas nakas dan setengah melempar benda berwarna putih tersebut pada Sena.
" Atur akun media sosialmu di ponselku!"Sena tersenyum sumringah, mengambil ponsel Soo Yeon dan segera memasukkan data media sosialnya yang akan digunakan untuk berkomunikasi dengan pria yang dijodohkan dengannya.
Soo Yeon mengambil naskah yang tadi sempat di banting, kembali membacanya. Pekerjaannya memang tidak mengharuskan hapal dialog. Ia membaca naskah untuk mendalami karakter tokoh dalam animasi agar nantinya bisa mengeluarkan suara yang maksimal untuk dialognya.
Berhenti membaca, Soo Yeon mengintip Sena yang serius mengetik di ponsel.
"Kau bilang pria itu tampan.''
Soo Yeon akhirnya sedikit ingin tahu pada orang yang akan dijodohkan dengan Sena."Eoh! Aku sudah melihat fotonya di akun media sosialnya. Dia memang tampan."
"Jika dia tampan, kenapa kau menolak dijodohkan dengannya?"
"Soo! Suatu saat, kau akan tahu bahwa cinta dan menjalin hubungan bukan berdasarkan visualisasi saja."
"Ck!'' Soo Yeon berdecak. "Sok bijak," ujarnya.
"Siapa nama pria itu?" tanyanya kemudian."Oh Sehun."
"Siapa?"
Soo Yeon terkejut. Nada bicaranya naik satu oktaf. Begitu familiar dengan nama yang Sena sebutkan. Nama seseorang yang menjadi bagian dari masa lalunya."Kenapa reaksimu begitu?"
Sena berhenti mengetik, sesaat menatap pada Soo Yeon sebelum sibuk lagi dengan ponsel sahabatnya itu."Tidak. Aku hanya tidak mendengar terlalu jelas," kilah Soo Yeon.
Memejam, ia mengerang dalam hati. Berharap Oh Sehun yang dijodohkan dengan Sena bukan Oh Sehun yang pernah singgah dalam hidupnya."Oh. Sehun." Sena mengulang menyebut nama itu. "Namanya Oh Sehun. Aku sudah bicara dengannya melalui telepon. Juga beberapa kali berkirim pesan. Dan dia iseng-iseng mencari akun media sosial dengan namaku. Dan akhirnya, yah...aku dan dia berteman di dunia nyata dan di dunia maya."
"Jika kau menolak dijodohkan, kenapa menanggapinya?''
Soo Yeon tidak habis pikir dengan sikap Sena. Jika tidak mau berhubungan dengan Sehun, kenapa justru membangun komunikasi?"Karena aku butuh pengalihan orang tuaku."
Sena selesai dengan apa yang dikerjakan, lantas bergeser menghadap Soo Yeon.
"Aku, menyukai seseorang," akunya. "Orang tuaku tidak suka pada pria ini. Sampai dia berhasil memenuhi kriteria calon menantu bagi orang tuaku, aku ingin orang tuaku tahunya aku menjalin hubungan dengan Sehun.""Aaa...kau tidak ingin orang tuamu mengusik hidupmu, ya?" sinis Soo Yeon, paham atas jalan pikiran Sena.
"Ngomong-ngomong, siapa pria yang kau sukai itu? Kenapa selama ini tidak memberitahuku?''"Aku takut, kau juga tidak merestui kami."
"Ceritakan padaku priamu itu,'' pinta Soo Yeon. "Nanti baru aku putuskan membantumu atau tidak."
"Yaa! Kau sudah bersedia!"
Sena was-was Soo Yeon tidak jadi membantunya.
"Jangan tarik ucapanmu, eoh!" nada bicaranya setengah mengancam.Soo Yeon mengangkat bahu, bersikap acuh.
"Tergantung, priamu itu seperti apa. Jika dia orang yang buruk, aku lebih baik menyetujuimu dengan Sehun," ujarnya.
Meski aku akan merasa tidak nyaman jika itu adalah Sehun yang kukenal, monolognya dalam hati.Sena berpindah ke sebelah Soo Yeon lalu berbaring. Ia mulai bercerita tentang pria yang disukainya itu. Soo Yeon ikut berbaring, mendengarkan setiap kata yang keluar dari lisan Sena.
"Aku harap hubunganmu dan Seung Yoon berhasil nantinya."
Soo Yeon berkata setelah Sena selesai dengan ceritanya.
"Jadi, usahaku menipu Sehun tidak sia-sia."Sena tersenyum samar. Soo Yeon sudah bisa dipastikan akan membantunya. Dan Soo Yeon sendiri lagi-lagi mengerang dalam hati, setengah tidak yakin atas keputusannya untuk membantu Sena.
Biasanya, niat membantu sahabat dalam hal seperti ini akan berakhir dengan petaka untuk diri sendiri. Hati Soo Yeon menerka-nerka---akankah hal itu juga berlaku padanya?* * *
T b c
KAMU SEDANG MEMBACA
C A N ' T [ Tamat ]
RomanceFollow-Vote-Coment bagi siapa pun Anda, sebelum baca karya yang masih banyak kurangnya ini. Dukungan Anda semuanya jadi penyemangat aku untuk tetap konsisten menulis. * * * Saat kita benci dengan seseorang karena kesalahan dari orang itu, dan kita...