12

523 33 0
                                    

💚 Tiga Bulan Kemudian 💚

"Dari hasil tes, kondisimu sudah membaik."

Kyuhyun duduk di kursi dalam ruang kerjanya, melihat lembaran kertas yang berisi hasil pemeriksaan medis. Jubah putih yang merangkap pakaian formal yang dikenakan menunjukkan dengan jelas profesinya.

"Bisa dikatakan kau sudah sembuh."

Meletakkan kertas tersebut, pria bermarga Cho itu beralih menatap presensi yang duduk di depannya bersama raut wajah yang menyiratkan kelegaan. Oh Sehun, pria yang lebih muda lima tahun darinya, seseorang yang sudah seperti adiknya sendiri sekaligus pasiennya sejak tiga bulan lalu kini kondisinya sudah membaik.

"Namun, yang lebih penting dari hasil tes ini adalah perasaanmu sendiri. Apa kau merasa kondisimu benar-benar membaik?"

Meski hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Sehun telah sembuh namun, Kyuhyun ingin mendengar langsung penuturan pria Oh itu mengenai kondisinya untuk memastikan bahwa, hasil pemeriksaan medis itu akurat.

"Kupikir begitu."
Sehun memang merasa telah membaik, sangat bersyukur obat dan terapi berhasil membuatnya sembuh dari penyakit yang diderita.
"Hanya saja, kupikir ingatanku masih bermasalah."

"Kenapa? Apa kau masih kesulitan mengingat sesuatu?"

"Aku ingin melupakan seseorang dan merelakannya tapi, kenapa sulit sekali?"

Ada kesedihan yang tersirat dari nada bicaranya. Penyakit medis mungkin mudah menemukan obatnya lalu, bagaimana dengan sakitnya perasaan yang terluka?
Satu-satunya obat yang sangat membantu adalah melupakan presensi penyebab luka itu sendiri namun, ketika pikiran tidak bisa diajak kompromi, saat itulah jiwa terpenjara pilu tak berujung.

"Kenapa pikiranku tidak mau mendengar perintahku, Hyeong? Aku menyuruh untuk melupakan tapi, yang ada justru semakin hari semakin ingat. Bukankah itu artinya pikiranku bermasalah?"

"Eoh! Pikiranmu bermasalah," Kyuhyun mencibir, beralih menyandarkan punggung pada sandaran kursi lalu melipat tangan di depan dada, "kau tau seberapa besar hatimu mencintainya dan justru ingin melupakannya? Aku berani lari di tengah jalan hanya memakai boxer jika kau berhasil."

Tadinya, Kyuhyun kira ketika Sehun mengatakan 'kupikir ingatanku masih bermasalah', itu menyangkut kondisi medis. Rupanya itu menyangkut perasaan dan kini perasaan lega yang sempat hadir berbaur dengan perasaan iba. Iba kepada Sehun.
Kyuhyun tahu tentang Soo Yeon. Tahu seberapa besar Sehun mencintai gadis itu dan melupakannya adalah hal yang nyaris mustahil.

Sehun hanya mampu mengulas senyum pilu mendengar ucapan Kyuhyun.
"Kau tahu aku dengan baik, makanya berani bilang seperti itu."

"Kau yang menyiksa dirimu sendiri. Kenapa tidak menemuinya saja dan mencari kepastian atas perasaannya. Mungkin dia masih menunggu dan mencintaimu."

"Jika dia masih menunggu dan mencintaiku, kenapa dia bersama pria lain, Hyeong?"

Itu dia pointnya. Jika Soo Yeon masih menunggu dan mencintai Sehun, kenapa gadis Jung bersama pria lain?

Sungguh, bukannya tidak pernah terbesit keinginan untuk menemui Soo Yeon. Tentu saja Sehun sangat ingin namun, sebagian asumsi yang tercipta membuat ia menahan kuat-kuat keinginan itu.

Barangkali memang benar dirinya tidak ada lagi di hati Soo Yeon. Takut mengusik kebahagiaannya hanyalah alibi dari rasa sesungguhnya bahwa, hatinya terlalu pengecut untuk mengetahui jika fakta dari asumsinya benar.

"Yeah...jika dia tidak lagi mengharapkanmu maka, kau bisa merelakannya tanpa beban," Kyuhyun menyahut santai, seakan semudah itu mengatasi permasalahan hati hingga mengundang decak sebal dari lawan bicaranya.

C A N ' T  [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang