5

703 45 0
                                    


Soo Yeon masih terpejam, meringkuk di bawah selimut padahal di luar sana sudah terang benderang. Posisi matahari bahkan sudah meninggi. Jam digital di atas nakas menunjukkan angka 10 : 05. Bukan kebiasaannya masih di atas ranjang ketika hari hampir menjelang siang. Itu karena, hari ini adalah hari dimana Soo Yeon tidak ingin melakukan apa pun.
Tubuh terasa begitu lemas setelah semalam mengeluarkan semua apa yang masuk dalam perut selepas makan malam bersama Sehun. Sedang pikiran dan hati terasa semrawut sekaligus sedih.

Dalam sekejap, Pria Oh berhasil membuat seorang Jung Soo Yeon kehilangan semangat menjalani hari. Pemberitahuannya perihal kembali lagi ke Prancis berhasil menghantam hati Soo Yeon begitu keras. Mengganggu pikiran dan hati hingga mengalami stres mendadak.
Buruknya, tubuh begitu responsif terhadap rasa stres itu sendiri.

Hasil dari penelitian medis memberitahukan bahwa lambung dan usus manusia memiliki saraf yang langsung terhubung ke otak. 95% serotonin tubuh atau hormon yang mengatur suasana hati ditemukan pada sistem pencernaan. Dan stres dapat mematikan kegiatan proses mencerna di perut yang membuat mual dan berakhir mengeluarkan semua yang masuk dalam perut. Itu yang Soo Yeon alami.

Ponsel di dekat jam digital berdering---menyuarakan nada tanda panggilan masuk. Kepala Soo Yeon bergerak kecil, merasa terusik. Alih-alih beranjak untuk menjawab panggilan tersebut, gadis Jung memilih mengabaikan saja. Enggan repot-repot untuk bergeming dari tempatnya walau barang sejengkal. Membuka mata pun tidak. Bahkan ketika ponselnya terus berdering hingga puluhan kali, ia tetap pada posisinya. Selain karena lemas yang mendera, mood-nya benar-benar sedang tidak ingin bicara dengan siapa pun.

* * *

Sehun memasuki apartemen Soo Yeon, menekan salah satu tombol pada alarm system di dekat pintu untuk menonaktifkan fungsinya lantas mencari keberadaan gadis Jung.
"Soo Yeon~ah!" panggilnya menyertai langkah kaki.

Sejauh mata menyapu area ruang tamu dan dapur, tidak ada dimana pun sosok seseorang yang tengah dicarinya. Hingga pria Oh tersebut berinisiatif menuju kamar Sang pemilik apartemen.
Katakanlah tindakannya itu lancang. Sehun tidak peduli. Hati sudah dirundung perasaan kelewat cemas. Puluhan kali menghubungi ponsel Soo Yeon namun, gadis tersebut tidak menjawab.
Semalam Soo Yeon bilang hari ini libur kerja. Seharusnya punya banyak waktu luang untuk sekedar menjawab panggilan telepon. Tapi entahlah. Apa yang tengah dilakukannya sampai-sampai ponselnya pun tak dipedulikan. Yang membuat cemas adalah takutnya terjadi hal buruk yang tidak diinginkan.

Tanpa ragu, tangan kekar Sehun meraih gagang pintu dan membukanya diiringi sebuah tanya yang terucap, "Soo! Kau di dalam?"

Di sana, Sehun melihat jelas tubuh Soo Yeon yang tengah meringkuk di atas ranjang dalam posisi memunggungi pintu. Sedikit bergerak ketika mendengar suara darinya.
Tegesa, kaki jenjang itu melangkah mendekat. Satu pemikiran tercipta dalam kepala dan itu semakin menambah rasa khawatir. Seseorang masih di atas tempat tidur ketika hari menjelang siang, kemungkinan besar tidak sedang baik-baik saja.

"Hey...ada apa denganmu..." Sehun berujar pelan ketika melihat wajah Soo Yeon yang sedikit pucat. Netranya masih terpejam.
Sehun lantas jongkok di sisi ranjang. Tangannya terulur menyentuh sebelah wajah Soo Yeon diiringi sorot obsidian yang menyiratkan kecemasan mendalam.
Seingatnya, perempuan yang kini terlihat lemah tersebut baik-baik saja semalam ketika ia meninggalkannya sehabis makan bersama. Memang terlihat murung setelah memberitahunya akan ke Prancis. Tapi, selain itu tidak ada masalah dengan kondisi tubuh. Kenapa mendadak jadi begini?
Apakah, perihal kembali ke Prancis membuat Soo Yeon tertekan hingga sampai sakit?

Soo Yeon mengerjap, membuka netra sayunya untuk menatap Sehun. Ia tahu kedatangan pria tersebut sejak presensinya membuka pintu kamar. Namun, sengaja membiarkan saja. Pikirnya, Sehun pasti akan menghampiri dan itu benar.
"Aku, kehilangan sumber energi..." Soo Yeon menggumam lirih. Nyaris terdengar seperti bisikkan. Tangannya meraih tangan Sehun yang masih menyentuh sebelah wajahnya, lalu membawanya untuk di genggam erat.

C A N ' T  [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang