Malam berikutnya...Hingar bingar deru mesin kendaraan yang terdengar sayup-sayup di kejauhan mengisi kesunyian ruang tamu bergaya Coastal itu. Denting jarum jam dinding terdengar begitu jelas. Ikan Arwana dalam akuarium bergerak kesana kemari namun tentu tingkah ikan tersebut tidak menimbulkan suara.
Soo Yeon memejam. Mengenakan baju rumahan, dirinya kini tengah duduk di ruang tamu bergaya Coastal tersebut. Bersandar pada sofa, tangannya terlipat di depan dada dengan kaki saling bertumpu.
Ponsel yang terletak di atas meja masih menyala, menampilkan pict seorang pria tampan yang sedang menunggang kuda yang di upload oleh akun media sosial Facebook bernama Oh Sehun."Kenapa harus dirimu?" Soo Yeon menggumam. Batinnya berperang antara melanjutkan permintaan Sena atau berhenti saja. Dan diantara kebimbangan yang kini membelenggu kalbu, hadir rasa lain yang menyeret pada nuansa tidak menentu. Merasa senang bisa tahu tentang Sehun lagi. Di sisi lain ada terbesit rasa bersalah hingga memberi alasan enggan untuk berurusan dengan pria Oh tersebut.
Membuka mata, Soo Yeon bergerak mengambil ponselnya. Ditatapnya photo Sehun yang tertampang jelas di layar. Ah! Pria Oh itu benar-benar terlihat gagah di atas kuda. Kemeja putih dan jeans biru tua yang dikenakan, serta senyum lebar yang menghias wajahnya membuat kadar ketampanannya semakin bertambah.
"Ish!" Soo Yeon gemas sendiri, menekan-nekan bibir Sehun dengan jari telunjuknya. "Kenapa senyummu sangat menawan, eoh?" ia bicara pada photo Sehun yang ada pada layar ponsel, seolah-olah itu hidup.
"Kau itu bukan artis! Kenapa sangat populer?" lanjutnya.
Unggahan tersebut mendapatkan ratusan like dan puluhan komentar. Iseng, Soo Yeon melihat kolom komentar dan membacanya. Hampir semua yang memberi respon adalah akun dengan nama wanita."Ya! Apa-apan ini? Kau menggunakan wajahmu untuk menggoda perempuan, eoh?"
Pada akhirnya Soo Yeon kesal sendiri. Meski kalimat komentar ditulis menggunakan bahasa Prancis, ia cukup paham dengan artinya. Kebanyakan yang berkomentar menulis kalimat berisi ajakan berkencan. Atau memuji betapa visual Sehun sangat tampan. Sebagian lagi menuliskan jika Sehun sangat menggoda.
Sehun tidak membalas komentar-komentar itu. Hanya memberi emotion hati dan emotion tertawa dibeberapa komentar itu."Ah! Apa yang harus aku lakukan?"
Detik berikutnya Soo Yeon kembali dalam kebimbangannya. Melempar sembarang ponselnya pada sofa, ia lantas rebahan dalam posisi tengkurap, menenggelamkan wajah pada sofa dengan tangan yang menjadi tumpuan dahinya. Sementara kakinya menghentak-hentak, kesal pada apa yang tengah dialami. "KWON SENA! OH SEHUN! KENAPA KALIAN MEMBUATKU SENGSARA, EOH?" omelnya, setengah berteriak.Getar tanda pesan masuk dari aplikasi Massenger di ponsel terdengar jelas. Soo Yeon beranjak bangun, mengambil ponselnya untuk memeriksa dan belum apa-apa hati sudah berdebar tidak karuan. Takut chat tersebut dari Sehun. Namun setengah dari hatinya berharap itu darinya. Ah! Benar-benar plin plan.
Meski ragu, namun Soo Yeon tetap membuka pesan chat itu. Dan beberapa detik setelahnya, ia harus merasakan jantungnya berdebar tak biasa, diiringi rasa bahagia.
Itu memang benar chat dari Sehun. Isinya pict makanan khas Prancis yang tersaji di atas meja. Di bawahnya tertulis kalimat --- mau?Masih memegang ponselnya, Soo Yeon berdiri dan berjalan mondar-mandir, bimbang.
Balas?
Tidak?
Balas?
Tidak?Dua kata itu yang berperang dalam pikiran dan hati. Ia tidak peduli tanggapan Sena jika tidak mau membantu sahabatnya itu. Terserah mau di cap tidak setia kawan atau semacamnya. Yang Soo Yeon pedulikan adalah konsekuensi jika sampai nantinya ketahuan oleh Sehun andai ia melanjutkan berpura-pura sebagai Sena. Pria itu pasti akan sangat marah. Sebab kesalahan di masa lalu saja, Soo Yeon tidak yakin Sehun sudah memaafkannya. Dan jika ditambah dengan kesalahan berpura-pura sebagai Sena, Soo Yeon yakin Sehun akan mengutuknya dengan hal buruk seumur hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
C A N ' T [ Tamat ]
RomanceFollow-Vote-Coment bagi siapa pun Anda, sebelum baca karya yang masih banyak kurangnya ini. Dukungan Anda semuanya jadi penyemangat aku untuk tetap konsisten menulis. * * * Saat kita benci dengan seseorang karena kesalahan dari orang itu, dan kita...