9

586 37 1
                                    

Baekhyun menggeliat kecil, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk retina. Hingga obsidian itu terbuka sempurna, hal pertama yang mengusik jiwa adalah kebingungan. Mengedar sekeliling seraya memposisikan tubuh setengah duduk dengan punggung bersandar pada headboard, ringisannya menyusul kemudian ketika rasa pening mendera kepala diikuti satu tangan bergerak memijit pelipisnya.
"Aish...! Apa yang terjadi..."
Aku di mana?

Menelisik interior ruang di mana dirinya berada saat ini, Baekhyun sangat yakin itu adalah sebuah kamar hotel. Kamar hotel yang mewah.
Benda bundar yang terpasang di dinding menunjukkan tepat pukul sembilan. Bias cahaya yang menerobos tirai yang masih tertutup rapat menjadi petunjuk nyata. Ini jelas bukan pukul sembilan malam tapi, pukul sembilan pagi.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana bisa dirinya berakhir di sana?

Beranjak dari atas ranjang, pria bermarga Byun itu menggali dalam ingatan bersama langkahnya menuju kamar mandi. Membasuh muka pun ia lakukan dengan berusaha terus merangkai kepingan memori semalam. Ia ingat semalam datang ke club, minum-minum di sana. Lalu setelah itu, tidak ada apa pun yang bisa ia ingat untuk dijadikan petunjuk. Ketika mengambil handuk yang disediakan hotel untuk mengeringkan wajah, ia tahu di mana dirinya berada. Empire Hotel. Itu kata yang tertulis di kain yang sedang dipegang.

. . .

Ada satu hati yang tak tenang sebab ditinggal penghuninya tanpa kabar. Sedang rasa rindu kian susah ditepis seiring berlalunya waktu. Soo Yeon duduk di kursi kerja dalam kantornya yang terletak di lantai teratas dari bangunan Seong-gong Group, memejam dengan punggung menempel pada sandaran kursi serta tangan yang terlipat di dada;memeluk diri sendiri. Jam kerja kantornya sudah berakhir beberapa menit lalu. Para pegawai sudah meninggalkan pos mereka. Dan disaat pikiran tidak lagi disita oleh pekerjaan, memori bersama pria Oh mendominasi sebagai teman pelepas lelah. Tanpa sungkan menari-nari dalam kepala hingga membuat trenyuh sisi melankolisnya.

"Aku merindukanmu. Sangat." lisan itu menggumam lirih, menggambarkan sisi hati yang tengah rapuh. Rapuh karena begitu merindu.
"Cepat kembali. Temui aku. Tepati janjimu."

Ada kalanya hati menjadi begitu lemah karena seseorang. Menjadi sangat sedih hingga mengundang air mata dan sesak di dada. Sampai-sampai membuat diri kualahan oleh perasaan itu sendiri. Seperti saat ini, air mata Soo Yeon mengalir deras tanpa bisa dibendung. Napasnya tersengal. Mulut terbuka untuk membantu memasok oksigen dalam paru-paru sebab tidak bisa bernapas dengan cara yang benar.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan presensi Sena. Gadis Kwon itu terkejut mendapati sahabatnya yang sedang terisak begitu parah, membuatnya sigap memacu langkah untuk mendekat, "hei..."

Soo Yeon membuka mata, menatap Sena dengan sorot kerapuhan yang nyata. Gadis Kwon itu lantas merengkuh sahabatnya ketika sudah dalam jangkauan, mengusap punggungnya---berusaha memberi ketenangan.
Soo Yeon memeluk Sena yang berdiri. Sisi wajahnya tenggelam di bagian perut gadis Kwon, "aku merindukannya, Sena~ya!"

Terisak sambil bicara, tingkah Soo Yeon mungkin persis seperti anak kecil saat ini namun, Sena tidak melihatnya demikian. Ia tahu seberapa besar Soo Yeon mencintai Sehun. Hanya saja, sahabatnya itu jarang berkeluh kesah mengenai pria tercintanya. Dan saat ini Sena benar-benar melihat betapa rapuhnya Soo Yeon karena seorang Oh Sehun, tidak sanggup lagi memendam beban perasaannya sendirian.
Tadinya, Sena mampir ke kantor Soo Yeon untuk mengucapkan terimakasih perihal Seung Yoon, juga ingin mengajak makan malam sambil berbagi cerita bahagianya dengan pria Kang tersebut. Namun, ia justru dibuat terkejut oleh keadaan gadis Jung. Sahabat yang terlihat baik-baik saja dari luar itu, kini terlihat benar-benar terpuruk dan sangat membutuhkan sandaran.
Tidak ada yang bisa Sena lakukan untuk membantu Soo Yeon selain berperan layaknya seorang sahabat. Sementara sebagian hati begitu geram pada Oh Sehun yang sudah membuat Soo Yeon seperti saat ini.
Oh Sehun! Awas saja saat kau kembali nanti! Aku akan membuat perhitungan denganmu!

C A N ' T  [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang