C A N ' T [ Tamat ]

8

Sehun dan orang tuanya sudah ada di bandara. Pesawat yang membawa mereka terbang ke Prancis akan lepas landas sebentar lagi. Petugas bandara sudah memberi pengumuman beberapa kali melalui pengeras suara. Penumpang lainnya satu par satu melakukan  check in  dengan teratur.

"Sehun! Sudah waktunya naik pesawat atau kita akan terlambat, Nak!" Ibu dari pria bermarga Oh itu memperingatkan sang putra. Sehun menatap ibunya sekilas, menyampaikan kata tak terucap;Eomma! Sebentar lagi saja. Lalu, pandangannya mengarah pada pintu masuk yang disusul gerak mondar-mandir dengan ekspresi penuh harap atas kehadiran perempuan yang sangat dicintai---Jung Soo Yeon.

"Kau bilang semalam sudah pamit padanya," Ayah Sehun ikut angkat bicara. Putra semata wayangnya itu sudah menceritakan tentang Soo Yeon, perempuan yang begitu dicintainya. Juga mengatakan akan menikahi Soo Yeon sepulang dari Prancis nanti. Meski belum bertemu langsung dengan gadis Jung, Ayah dan Ibu Sehun sudah memberi restu. Keduanya percaya, perempuan yang Sehun pilih adalah seseorang yang terbaik bagi Sehun. Yang mampu membahagiakannya sebab sang putra sendiri yang telah memilih. "Ayolah...hanya berpisah beberapa hari. Kalian bisa saling bertemu selepas kau pulang dari Prancis, kan?"

Sehun berhenti dari kegiatan mondar-mandirnya. Stagnan menatap pintu masuk. Masih dengan ekspresi penuh harap. Semalam ia sudah pamit pada Soo Yeon. Gadisnya itu bilang tidak akan datang ke bandara untuk melepas kepergiannya. Takut menangis lagi katanya. Sebab meski hanya beberapa hari, perpisahan itu terasa begitu berat untuk gadis Jung. Jika datang ke bandara, mungkin akan berakhir dengan terisak kelewat parah---mencegah Sehun untuk tidak pergi. Namun, untuk sesuatu yang tidak dipahami, pria Oh ingin sekali Soo Yeon datang saat ini. Sangat ingin memeluknya sebelum benar-benar pergi ke Prancis.

Datanglah, Sayang! Datang untukku. Kumohon...

Netra itu memejam bersama harapan yang terucap dalam hati. Ketika indra penglihat kembali terbuka, sosok yang diharapkan hadir di sana, tergesa menerobos pintu masuk dan berlari mendekat. Menghantarkan kelegaan tak terbantahkan dalam kalbu.

Sehun tersenyum bersama bulir-bulir bening yang mulai membuat panas pelupuk mata. Sulit rasanya menjelaskan semua ini. Sebab, dirinya pun tak habis pikir;kenapa sisi melankolisnya begitu mudah tersentuh oleh hal yang mungkin dianggap picisan?

Merentangkan tangan, Sehun siap menyambut Soo Yeon dalam dekapannya. Ah! Kenapa situasi jadi berbanding berbalik begini?
Kenapa justru aku yang enggan berpisah denganmu, Sayang?

Soo Yeon menghambur dalam pelukan Sehun, mendekap erat tubuh itu. Menghirup dalam-dalam feromonnya. Aroma yang akan sangat ia rindukan untuk beberapa hari kedepan. Bibirnya mengulas senyum simpul, tidak ada air mata.
Sedang air mata Sehun menetes bersama eratnya pelukan pada tubuh Soo Yeon. Tidak terlalu deras. Pun tidak berlangsung lama. "Tunggu aku, hm?'' sebelah tangan itu membelai lembut belakang kepala Soo Yeon dengan perasaan penuh cinta dan sayang. Gadis Jung mengangguk sebagai jawaban dari ucapan Sehun.

''Jadilah gadisku yang baik. Jangan berani melirik pria lain. Sampai kau berani melakukannya, kelak aku tidak akan segan menghabisi pria itu."

"Tidak. Aku akan melirik banyak pria saat kau jauh dariku."
Terkadang, Soo Yeon juga memiliki sisi jahil. Ia tahu Sehun sungguh-sungguh dengan ucapannya namun, justru solah sengaja  membuatnya tak tenang.

"Yaaa!" protes Sehun.

"Aku akan melirik banyak pria. Bahkan mungkin dekat dengan beberapa dari mereka. Dengan begitu, aku akan tahu bahwa, Oh Sehun satu-satunya pria terbaik yang aku miliki."
Dan Soo Yeon terkadang juga bisa mengeluarkan sisi manis. Sehun tersenyum mendengar penuturan gadisnya, sedikit terkejut sebab lisan itu melontarkan kalimat bernuansa menggoda tanpa sungkan.