Di koridor rumah barunya, Krist melangkah santai di atas ubin porselen lantai rumahnya menuju sebuah kamar yang pintunya terbuka bersama Gun yang membawa nampan berisi dua cangkir teh dan kue. Saat Krist masuk, Singto duduk sendirian di salah satu sisi kasur menghadap jendela kaca besar yang menghadap halaman depan.
Gun menaruh nampan di meja di depan kasur. “Kalau mau tambah, bilang saja ya”
“Terima kasih, P’Gun”
Gun pun keluar dari kamar baru Singto. Krist mengamati Singto yang masih diam menatap jendela.
“Jadi... bagaimana rumah baruku?”
“Bagaimana dengan rumah Khun Off?”
“Dijual, kita berempat akan tinggal disini dengan aku sebagai kepala keluarga” Krist duduk di ujung kasur menghadap TV layar lebar.
“Bagaimana-
“Aku membeli rumah ini dengan uang yang Papa wariskan, aku tidak bisa terus tinggal di rumah P’Off”
Singto masih menghadap jendela. “Kenapa?”
Krist menoleh. “Hm?”
“Kenapa kau menyuruh kami membuat kecelakaan itu? Apa salah orang itu? Apa tujuanmu sebenarnya?”
“Oy oy, bertanyalah satu-satu. Kau mengerti kenapa aku mengajakmu ke kota ini?”
Singto diam.
“Kau... adalah orang pertama yang berani mengataiku”
“Apa itu pantas dijadikan alasan?”
“Papa selalu menyuruhku melakukan semua yang ia inginkan, ia memang orang tua yang egois, bahkan untuk berteman pun dilarang. Banyak orang menghormati Papa karena kedudukannya, ada yang menghormati karena watak kerasnya, bahkan tak sedikit yang menghormati karena uangnya. Itu juga berdampak padaku, semua temanku menjauhiku karena mereka merasa berbeda kasta. Kadang itu membuatku menyesal menyandang nama Sangpotirat”
Hening sejenak. “Jawabanmu ngelantur. Bukan itu jawaban yang kumau”
Krist merasa ia memang harus menjelaskan semuanya.
“Aku membawamu kesini sebagai balasan karena aku sudah melunasi hutang pantimu. Aku kesana bukan ingin menjadi anggota panti, tapi ingin mengetahui tujuan Papa menyuruhku kesana. Setelah aku mendapatkannya, aku tak punya alasan lain untuk tetap tinggal disana. Nama keluarga Sangpotirat hampir dilupakan, dan sudah tugasku sebagai keturunan satu-satunya yang harus mengembalikannya”
“Dengan membawaku kesini? Dengan menyuruhku melakukan hal kotor seperti tadi? Cih... jangan bercanda!”.
“Apakah salah jika aku mendapatkan yang aku inginkan, ha?”
Singto berbalik menghadap Krist. “Bukankah kau sudah mendapatkan semuanya sekarang? Uang, pekerjaan, rumah, apa lagi?”
“Pengakuan”
“Ha?”
“Setelah aku masuk perusahaan Lee, aku baru tahu bahwa nama Sangpotirat sudah tak dianggap karena rumor yang beredar”
“Rumor?”
“Dulu, keluarga Sangpotirat adalah satu dari tiga nama keluarga terhormat di Thailand. Sejak berita kematian kedua orang tuaku, perusahaan kami bangkrut dan diambil alih oleh Ton Narubadin Weerawatnodom, anak pertama dari keluarga Weerawatnodom”
“Lalu rumornya? Siapa yang menyebarkan?”
“Banyak yang bilang perusahaan Sangpotirat bangkrut sebelum orang tuaku meninggal karena masalah hutang, ada juga yang bilang orang tuaku meninggal karena seseorang atau beberapa orang tidak suka pada Papaku, bahkan orang yang kau bunuh tadi mengatakan bahwa kedua orang tuaku mendapatkan karma karena korupsi. Coba kau pikir, apakah itu semua masuk akal?”
“Apa karena itu kau menyuruhku dan P’Victor membuat kecelakaan untuk orang itu?”
“Iya, kenapa? Aku sudah muak dengan semua kata-katanya yang seolah menyudutkanku, apa aku salah jika aku berusaha menyingkirkannya?”
“Anak kecil pun tahu kalau perbuatanmu itu salah, Krist”
Krist mengerut tidak suka. “Jika aku tidak melakukannya, orang itu pasti akan terus menghalangiku”
“Apa yang ingin kau capai sebenarnya, ha?”
“Mengambil alih perusahaan Lee dan menjadikannya resmi milikku”
“Hah? Kau ingin merebut perusahaan orang?”
“Memangnya kenapa?” suara rendah dari Krist yang tak suka dengan pertanyaan Singto.
“Krist, kau sudah menghilangkan nyawa orang lho... kau sadar dengan perbuatanmu?”
Krist melipat tangan di depan dada dan dagunya sedikit terangkat. “Lalu? Kenapa? Kau ingin menentangku?”
“Yang kau lakukan itu jelas-jelas salah, tentu saja aku menentangmu”
Krist memicing tidak suka saat Singto meninggikan intonasi suaranya.
“Kalau begitu kembalikan uangku”
“Uang?”
“Uang untuk membayar uang panti, kembalikan itu dan pergilah dari sini”
Singto terdiam. Ia bisa saja menyanggupi kata-kata Krist, tapi mengembalikan uang yang sangat banyak itu bukan persoalan gampang. Apalagi jika taruhannya adalah panti, rumah bagi orang tua dan anak-anak yatim-piatu. Ia tak bisa menjawab.
“Cih. Kau tahu jika tanpa uang dariku, panti itu pasti sudah tidak ada dan kau, orang tuamu, juga anak-anak panti pasti tidak punya tempat tinggal. Seharusnya kau berterima kasih padaku, bukan malah menasehatiku”
Singto mengalihkan pandangan.
“Aku membawamu kesini hingga mempertemukanmu dengan P’Victor bukan tanpa alasan. Fisikmu, pemikiranmu, aku pikir kau akan berguna bagiku dan aku... tak akan kesepian jika membawamu kesini” Krist merendahkan suaranya di kalimat terakhir.
“Kesepian? Kau sekarang punya Khun Off dan Khun Gun”
“Mereka menganggapku Tuan muda, anak dari majikan mereka, bagiku... itu sebuah jarak antara aku dan mereka”
Singto teringat perkataan Off saat masih di panti bahwa Papa Krist membatasi pergaulan Krist hingga tak ada yang menjadi temannya.
“Kau tak mengerti apa yang aku rasakan karena kau punya orang tua yang baik dan kau tak dilarang bergaul dengan siapapun, kau tahu... ? Itu yang aku tidak suka darimu”
“Krist... “
“Kenapa kau punya orang tua yang baik sedangkan aku punya orang tua yang egois bahkan mereka tak memberi kesan baik hingga akhir hayat mereka? Kenapa kau bisa berteman dengan siapapun sementara aku dilarang? Ini menyebalkan, kau tahu?” Krist membuang muka, ia mencoba menahan emosinya.
Singto tak bisa mengerti karena ia tak pernah berada di posisi Krist. Ia tak tahu jika inilah yang sebenarnya Krist rasakan. Bukan perbedaan kasta antara keduanya, namun perbedaan siapa yang berada di sekeliling mereka, keluarga dan teman.
Singto mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk Krist. Namun suaranya tertahan. Ia tahu, apapun yang ia katakan tak akan mengubah keadaan dan pendirian Krist. Apalagi sekarang Krist terlihat dalam mood yang buruk.
“Kenapa kau diam?”
Singto menoleh pada Krist. “Kau ingin aku menghiburmu? Kau bukan anak kecil dan apapun yang ku katakan pasti kau akan tetap pada pendirianmu”
“... jika kau berada di posisiku, apa kau akan melakukan hal yang sama?”
Singto menangkap tatapan berbeda dari Krist.
“Eum... mungkin, tapi bukan dengan cara mengambil nyawa orang dengan paksa”
Krist menghela nafas panjang. “Haaahhh... tidak seru”
“Kau pikir ini seru? Mengambil nyawa orang kau bilang seru?? Aku benar-benar tidak mengerti cara berpikirmu”
“Kau tidak perlu tahu aku memikirkan apa, aku hanya akan melakukan apa yang aku mau dan aku akan mendapatkan apa yang pantas aku dapatkan. Tugasmu hanya melaksanakan yang aku perintahkan, itupun kalau kau masih mau tinggal disini, bagaimana?”
Singto diam.
“Aku ingin dengar jawabanmu sekarang. Kau tetap jadi tangan kananku dan panti aman, atau kau tinggalkan tempat ini tapi kembalikan uang yang aku gunakan untuk membayar hutang panti, silahkan pilih”
Sebenarnya, apapun yang akan dipilih Singto, tak ada yang menguntungkannya.
“Kau sudah memilih jalan yang salah, Krist”
“Dan apa kau mau mengikutiku? Walaupun itu jalan yang salah”
Singto diam menatap Krist. “Sepertinya kau akan sering membuatku kerepotan dengan perintahmu”
“Hehe... Aku kan Tuan muda dan aku kepala keluarga Sangpotirat sekarang, jadi jangan mengeluh”
“Aku... tak tahu ini pilihan benar atau salah, aku memang akan tetap disini, tapi jika suatu saat nanti kau sudah bertindak terlalu jauh, jangan salahkan aku jika aku menghentikanmu secara paksa”
“Coba saja kalau bisa”
Singto berharap pilihannya ini tak akan membuatnya menyesal di masa depan, walau kemungkinannya kecil. Tapi demi kedua orang tuanya dan demi panti, ia harus bertahan bersama orang yang bisa menjadi berbahaya suatu saat nanti. Ia harus siap dengan apapun yang terjadi padanya dan Krist, karena menurutnya... sekarang... Krist seperti sedang bergantung padanya.
Off tiba-tiba masuk ke kamar Singto. “Tuan muda, mobil anda sudah siap”
Krist menoleh. “Iya, aku akan berangkat sekarang”
“Baik” Off pergi.
“Aku ada urusan, tetaplah disini” Krist berdiri. “Di meja nakas ada ponsel baru untukmu dan ada beberapa nomer di dalamnya, aku akan menghubungimu jika aku butuh”
“Hm... “
Krist berjalan menuju pintu dimana Off menunggunya. Mata Singto mengikuti Krist dan Off hingga menghilang keluar kamarnya.
“Haaahhhh.... “ Singto merebahkan diri di atas kasur. “Rumah baru... ponsel baru... pekerjaan baru... rumah baru... ponsel baru... pekerjaan baru... ru-
“Keluarga baru”
Singto menoleh, ada Gun berdiri di pintu sambil membawa keranjang berisi baju.
“Oh, Khun Gun” Singto kembali duduk.
“P’Gun saja tak apa” Gun bersandar di sisi pintu.
“Uh baik”
“Apa kau suka rumah baru Krist?”
“Uh... yah ini memang jauh lebih bagus dari rumah panti”
“Aku dengar dari P’Off, orang tuamu pemilik panti, ya?” Gun ikut duduk di samping Singto.
“Tuan Jack yang mendirikan panti itu dan orang tuaku yang mengurusnya”
“Ooo... jadi kau sudah pernah bertemu dengan Papanya Krist?”
“Hanya beberapa kali saat aku kecil”
“Krist pasti sedih saat kehilangan orang tuanya”
“Yah... mungkin, tapi ia kelihatan baik-baik saja waktu datang ke panti kami”
“Begitukah? Aku iri dengannya”
“He? Iri dengan yang ia miliki sekarang?”
“Bukan, aku iri dengan kekuatannya”
“Kekuatan?”
“Walau sudah ditinggal kedua orang tuanya, bahkan rumahnya, Krist mampu mendapatkan pekerjaan dan rumah baru dengan usahanya sendiri. Asal kau tahu, selama 3 bulan terakhir, Krist benar-benar memforsir diri demi pekerjaan. Aku sampai khawatir ia akan jatuh sakit”
“Apa P’Gun pernah bertemu Krist sebelumnya?”
“Belum, sejak aku bertemu dengan P’Off pertama kali, aku belum pernah dimana ia bekerja dan dengan siapa ia bekerja. P’Off hanya menyuruhku menjaga rumahnya”
“Apa P’Off dan P’Gun kerabat dekat? Atau teman?”
Gun tertawa malu. “Sebenarnya kami pernah satu kampus dulu, P’Off adalah seniorku. Selama kuliah, aku mencoba mencari pekerjaan untuk membayar uang sewa apartemen, tapi tiba-tiba sepulang dari kerja ada kebakaran dan saat aku mendekat ternyata gedung apartemenku yang terbakar”
“Hee... lalu?”
“Aku mencoba menelpon teman, tapi mereka menolakku dengan berbagai alasan dan entah dari mana aku punya nomor P’Off yang pada saat itu sudah lulus. Dengan tanpa rasa malu, aku menelponnya dan bilang bahwa aku butuh tempat tinggal. Bahkan sampai sekarang, aku malu jika harus mengingatnya... “
“Tapi P’Gun berhasil tinggal dirumah P’Off, kan?”
“Iya sih, karena memang saat itu P’Off sudah bekerja untuk Tuan Jack dan rumahnya tidak ada yang mengurus”
“Kalau begitu P’Gun beruntung”
“Ehehehe... iya, dan sekarang setelah pindah kesini, aku rasa aku memaang sangat beruntung bisa punya nomor ponsel P’Off. Karena sekarang aku tidak sendirian lagi, aku bisa bertemu P’Off setiap hari, ditambah ada Krist dan kau sekarang, rumah ini tidak akan sepi”
Singto tersenyum. Ia melihat wajah sumringah pada laki-laki yang duduk di sampingnya itu.
Singto menatap keluar jendela, sinar matahari terasa hangat hingga ke dalam ruangan. Ia meninggalkan panti dan mengikuti Krist ke kota baru tanpa tahu alasannya. Dan setelah tahu, ia hanya berharap ia masih bisa menikmati hangatnya matahari dan suasana tenang ini di masa depan.
.
.
.Tbc
Maaf kalau masih banyak typo 🙏🏻
Thank you for reading 😊
See you next chapter 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
[Hiatus] Young Master's Knight - [SK]
Random[HIATUS] Cast : Singto + Krist Genre : Drama, Action Hidup Krist berubah sejak dia kehilangan kedua orang tuanya, rumah dan harta bendanya Dan hidup Singto berubah saat pertemuannya dengan seorang tuan muda yang penuh ambisi Bersama-sama mereka meng...