Victor adalah seorang ahli beladiri, namun ia tahu menjadi pengawal tidak cukup hanya dengan itu, jadi ia memberi latihan tambahan untuk Singto.
Minggu pertama Singto lalui dengan berat. Sekarang ia sedang beristirahat setelah latihan menembak. Suara ledakan peluru memekakkan telinga saat mengenai sasaran, namun Singto merasa tak terganggu, ia pernah diajari menembak oleh Phó-nya untuk berburu dulu.
"Memikirkan sesuatu?"
Singto menoleh ke samping. Victor datang dan duduk disampingnya.
"Hanya mengistirahatkan tanganku"
"Apakah berat? Ini pengalaman baru untukmu, kan?"
"Yah memang, tapi apa aku bisa menolak?"
Victor terkekeh. "Selama seminggu ini Krist tak menelpon, aku berfikir apa ia tak ingin tahu perkembanganmu"
"Ini baru seminggu, ia mungkin sedang sibuk menjalankan rencananya"
"Kau akan terus mengikutinya? Seburuk apapun jalan yang ia lalui"
"Ia sudah membantu orang tuaku, kukira ini waktuku membalasnya"
"Baguslah... "
Singto menoleh ke Victor. "Kau seperti ingin mengatakan sesuatu"
"Bukan sesuatu yang penting. Hanya... aku berfikir Krist akan mengambil jalan yang sama seperti Papanya, atau mungkin lebih buruk lagi. Dan kau sebagai salah satu orang yang ia percaya, kuharap kau tak meninggalakannya"
"Ia lebih terlihat seperti memanfaatkan dari pada mempercayaiku"
"Menolak tawaran bodyguard dariku dan malah memilih kau yang bahkan tak punya dasar beladiri, itu sudah membuktikan bahwa ia berharap besar padamu”
Singto membatin. “yah mungkin begitu... “
Victor berdiri. “Kita lanjutkan latihannya, kita tunjukkan pada Krist bahwa kau pantas menjadi tameng dan pedangnya”
Akhirnya Singto mengikuti Victor untuk melanjutkan latihan.
Di tempat lain, di sebuah kafe, Krist sedang duduk sendirian. Latte yang ia pesan tersisa setengah dan orang yang ia tunggu belum datang juga. Krist menghela nafas, bukan sesuatu yang baru baginya jika orang yang janjian dengannya memang suka terlambat.
“Krist!”
Krist menoleh, seorang pria yang lebih tua 4 tahun darinya baru masuk ke kafe dan menghampirinya.
“Kau terlambat 15 menit, P’Tay”
“Maaf, sedang ada urusan tadi” Tay duduk di kursi seberang. “Ini, aku dapat yang kau butuhkan” Tay memberikan sebuah amplop dokumen coklat pada Krist. “Seperti yang kau bilang kemarin, data perusahaannya sudah kudapatkan”
“Jadi... berapa?”
Tay menaikan satu alisnya. “Berapa apanya?”
“P’Tay tak berharap aku hanya akan membantu perusahaan itu, kan? Aku ingin perusahaannya dan itu berarti perusahaan itu harus menjadi milikku”
“Perusahaan itu milik temanku Krist, sahamnya baru saja anjlok dan ia masih bingung membayar pinjaman”
“Aku mau perusahaan itu, katakan padanya bahwa aku akan ‘membantu’ perusahaan itu”
Tay paham ada maksud dibalik kata ‘membantu’ dari Krist. “Lalu... tentang pinjamannya”
Krist menyeringai. “Kukatakan rencanaku saat bertemu dengannya”
“Baiklah, kita kesana sekarang”
Tay dan Krist pergi ke kantor perusahaan milik teman Tay. Sebuah perusahaan besar yang sayangnya 2 bulan lalu mengalami penurunan saham.
Tay dan Krist langsung menuju kantor direktur yang kebetulan sedang ada disana.
“Tuan direktur, anda punya tamu” kata seorang wanita resepsionis yang mengantar Tay dan Krist.
Seorang pria yang duduk di balik meja dengan papan nama bertulikan ‘Lee Thanat – CEO’. Ia menoleh ke arah pintu masuk, ia melihat dua tamu di belakang stafnya.
“Oh Tay... “ Lee menghampiri Tay dan Krist. “Ayo duduklah”
Si wanita resepsionis meninggalkan ruangan saat Tay dan Krist duduk di sofa di tengah ruangan.
“Ada perlu apa kemari?” tanya Lee.
“Begini, kau pernah cerita padaku tetang keadaan perusahaanmu. Dan ini, Krist, dia sepupuku bermaksud ingin membantu”
“Maksudmu bekerja sama?” Lee menoleh pada Krist.
“Perkenalkan saya Krist Perawat Sangpotirat, saat ini saya ada dibawah naungan perusahaan P’Tay”
“Sangpotirat??” Lee nampak terkejut, baginya, keluarga Sangpotirat adalah inspirasi bagi perusahaan dan dirinya. “Bukankah...
“Memang perusahaan keluarga Sangpotirat sudah jatuh ke tangan lain, saya sebagai satu-satunya Sangpotirat yang tersisa ingin mewujudkan perusahaan Sangpotirat yang mungkin lebih baik daripada yang sebelumnya”
“Tapi...
“Tuan besar Jack Sangpotirat telah mewariskan seluruh miliknya pada saya, jadi saya pikir jika saya sendirian tiba-tiba ingin membantu perusahaan anda, itu akan terdengar seperti lelucon. Namun saya berada dibawah naungan perusahaan P’Tay, jadi saya pikir saya bisa menawarkan uluran tangan pada perusahaan anda”
Lee berfikir sejenak. Satu-satunya keturunan Sangpotirat, si keluarga konglomerat, ingin membantu perusahaannya.
“Lee, maksud Krist baik. Aku ingin kau membimbingnya sekaligus bekerjasama dengannya untuk mengembalikan perusahaanmu” Kata Tay.
“Saya pikir anda sangat memerlukan uluran tangan, melihat dari anjloknya saham anda” Krist menambahi.
“Um... perusahaan kami memang sedang membutuhkan bantuan, jadi aku membutuhkanmu sebagai penasihat dan asistenku”
Krist tersenyum. “Tangkapan besar... “
“Saya janji ini akan kesempatan untuk menjadikan perusahaan ini setara dengan perusahaan Sangpotirat yang dulu”
Keluar dari perusahaan Lee, Tay dan Krist berada di mobil milik Tay. Sekarang, Krist sedang dalam mood yang baik.
“Kau sedang senang?” Tanya Tay.
“Aku dapat ikan bagus, P’Tay”
Tay merasa perkataan sepupunya itu memang sulit dimengerti. “Kau benar-benar akan melakukannya?”
“Apa? Merebut perusahaannya? Kenapa tidak?”
“Krist, Lee itu temanku”
Wajah Krist menjadi datar. “Lalu?”
“Yah, kuharap kau tidak terlalu-
“Nasibnya tergantung ia berguna atau tidak nanti dan kuharap P’Tay bukan pedang bermata dua antara teman dan sepupu”
Tay diam. Ia seperti kenal seseorang dengan sifat yang tak jauh berbeda dengan Krist.
“Waah... buah memang tidak jatuh jauh dari pohonnya, ya”
“P’Tay sangat mengenal Papa, kan?”
“Paman Jack suka memberi nasihat padaku tentang bisnis, makanya sampai sekarang perusahaanku masih berdiri”
“Jika P’Tay bilang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, maka Papa pernah melakukan yang seperti kulakukan dong”
“Yah... hanya saja tidak sefrontal dirimu”
Krist mendengus. “Jika aku terlalu lembut, aku takkan meraih posisi atas dengan cepat. Aku hanya harus memanfaatkan waktu yang kupunya”
Tay terkekeh. “Yah... terserah kau saja, sebagai sepupu aku hanya bisa membantumu”
Dalam keramaian malam kota metropolitan yang seolah tak pernah kenal lelah dengan segala aktifitasnya, mobil sedan hitam Tay melaju menyusuri jalanan ibukota.
“Oh ya... ingin pergi ke suatu tempat?” tanya Tay.
“Kemana?”
“Bar, yah sekali-kali untuk menghilangkan suntuk”
“... terserah”
Akhirnya Tay melajukan mobilnya ke sebuah daerah yang memang terkenal dengan gemerlap dunia malamnya. Tempat yang dirumorkan menjadi pusat pasar gelap, prostitusi dan aktifitas ilegal lainnya. Namun bahkan sampai sekarang, tempat ini masih banyak peminatnya. Seperti Tay, yang setiap malam minggu selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi satu bar yang menjadi langganannya.
Dan sekarang, Tay bersama Krist sudah memasuki sebuah bar yang termasuk terbesar di wilayah itu. Tay dan Krist mengambil tempat di depan meja bar. Dentuman musik yang memekakkan telinga bahkan sejak mereka baru melewati pintu masuk. Suasana remang-remang dan keramaian pemuda-pemudi yang berjoget di tengah ruangan mengikuti alunan musik dari DJ.
Di meja bar, Tay memesan vodka sedangkan Krist memesan minuman dengan kadar alkohol paling ringan ada bartender pria dengan tubuh berotot dan berambut hitam panjang, bahkan Krist hampir mengiranya seorang tomboy.
“Mumpung malam minggu, kita nikmati dulu suasana disini” kata Tay.
“P’Tay selalu kesini?”
“Hanya malam minggu, dan hari ini aku dengar ada acara spesial disini”
“Hm? Apa?”
“Ikut aku, bawa minummu!”
Tay dan Krist pergi ke lantai dua. Suasana disana lebih tenang. Di sebuah ruangan seperti sebuah aula besar, ruangan itu dipenuhi orang- orang dengan tampilan semi-formal. Krist bertaruh bahwa mereka semua adalah pengusaha attau setidaknya orang berduit yang punya banyak waktu luang. Semuanya duduk di bangku yang tersedia menghadap sebuah panggung dimana seorang pria sedang berdiri sambil membawa mik.
“Baiklah tuan-nyonya sekalian, malam ini adalah malam spesial dimana bar kami mengadakan acara lelang. Namun bukan sembarang lelang... kami membawa mereka dari berbagai tempat, masih mulus dan tentunya berguna” kata si pembawa acara bepenampilan jas hitam rapi dan rambut hitam klimis, ia seperti menuangkan 1 botol minyak rambut ke kepalanya.
“’mereka’? Apa maksudnya?” Krist berbisik pada Tay.
“Kudengar malam ini adalah pertama kalinya mereka membuat lelang selain lelang barang, kita lihat saja... inilah cara orang kaya menghabiskan uang mereka”
.
.
.Tbc
MAAF LAMA (pake' bgt) NGGAK UPDATE 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Karena sedang sakit dan ada masalah pribadi 😔Tia nggak bisa janjiin bakalan update cepet, tapi Tia sempatkan buat update
Maaf kalau masih banyak typo 🙏🏻
Thank you for reading 😊
See you next chapter 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
[Hiatus] Young Master's Knight - [SK]
Acak[HIATUS] Cast : Singto + Krist Genre : Drama, Action Hidup Krist berubah sejak dia kehilangan kedua orang tuanya, rumah dan harta bendanya Dan hidup Singto berubah saat pertemuannya dengan seorang tuan muda yang penuh ambisi Bersama-sama mereka meng...