"Arga! Kamu lagi, kamu lagi, haduh." Terdengar pekikkan seorang wanita paruh baya yang tak lain adalah Bu Aeni.
Yang terpanggil pun hanya bisa menyunggingkan senyumnya,"hai ibu, apa kabar bu? Udah lama ya gak ketemu bu."
"Makin subur saja bu," ucapnya lagi, dihadiahi tatapan tajam dari Bu Aeni.
"Ngapain kamu disini?" Tanya bu Aeni.
"Makanlah bu, masa iya orang di kantin mau mandi." Jawab Arga santai.
Ya, saat ini Arga sedang berada di kantin, lebih tepatnya bolos ke kantin.
"Ya ibu juga tau kamu lagi makan, tapi ngapain makan sekarang?"
"Ya karena saya lapernya sekarang bukan nanti, bu." Jawaban Arga makin terdengar asal.
"Sekarang kan udah bel, Arga. Kenapa gak dari tadi aja makannya?"
"Tadi cacing-cacing di perut saya masih ragu bu antara laper atau kenyang, kalau sekarang mereka udah gak ragu dan memilih laper." Jawaban Arga semakin tak masuk akal.
Bu Aeni berkacak pinggang, "ini belum waktunya istirahat, Arga." Ingatnya.
"Saya tau bu, orang saya punya jam."
"Kalau gitu kenapa kamu disini? Harusnya kan di kelas!"
"Lah ibu sendiri ngapain kesini?"
"Ya ibu juga mau makan lah."
"Nah, yaudah ayo dah bu makan aja disini bareng saya."
Bu Aeni semakin merasa kesal, ia pun berniat memarahi Arga kembali mengurungkan niatnya itu. Ia baru ingat bahwa muridnya ini baru saja pingsan beberapa hari yang lalu bahkan dokter yang waktu itu menangani Arga pun sampai memberitahu semua guru agar Arga jangan terlalu kelelahan.
"Kamu sebenernya sakit apa sih, Ar? Kok sampe bisa pingsan, biasanya juga ibu hukum malah gak kenapa-napa kok." Arga menoleh.
Ia terdiam, tengah berpikir.
"Kata dokter sih cuman kecapekan bu, biasalah saya kan anaknya ganteng." Bu Aeni berdecak sebal ketika mendapatkan jawaban tak masuk akal darinya.
Melihat ekspresi bu Aeni yang terlihat kesal, Arga terkekeh. "Cie, ibu khawatir ya sama saya? Jangan-jangan ibu udah mulai ada rasa nih sama saya, aduh bu, jangan jatuh cinta sama saya bu. Saya tau saya ganteng tapi saya udah punya Dara bu, tapi gak apa-apa sih kalau ibu mau jadi yang kedua."
Bu Aeni membelakkan matanya tak percaya. Setelahnya Arga memekik kesakitan ketika daun telinganya ditarik oleh bu Aeni.
"Kayaknya kamu udah rindu ya ibu hukum, ayo ikut ibu." Bu Aeni menarik paksa telinga Arga yang membuat Arga mau tak mau mengikutinya.
Dan meninggalkan semangkuk bakso miliknya yang masih tersisa.
Bye, bye baksoku yang malang. Ucap Arga dalam hati sambil melirik mangkuk bakso tersebut.
Disisi lain, XII IPA 1 tampak tengah memerhatikan sang guru yang tengah menerangkan materi.
"Jadi kalian udah pada ngerti kan apa itu Hukum Roulth?" Tanya bu Asri, guru kimia.
Para siswa mengangguk, "paham bu." Jawab mereka serempak.
"Kalau begitu kalian kerjakan latihan soal halaman 10, yang sudah langsung ke depan." Mereka pun mengangguk dan mulai mengerjakan latihan soal yang diperintahkan oleh bu Asri.
Ditengah-tengah pelajaran, terdengar rintihan dari luar kelas mereka dan tak lama pun bu Aeni datang menghampiri kelas XII IPA 1.
"Permisi, maaf bu Asri."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARDARA
Teen Fiction[tahap revisi] Putra Argayasa dan Aisyah Adara, orang memanggil mereka Arga dan Dara. Dimana ada Arga, disitu ada Dara dan begitupun sebaliknya. Keduanya saling melengkapi dibalik kekurangan mereka masing-masing. Bagi Arga, Dara adalah hidupnya. Se...