Arga-Argaku
07.54
Janji ya
Awas kalau bohong
Ikut aku kemana pun, deal?Adara tak bisa berhenti tersenyum setelah membaca balasan Arga belasan jam yang lalu.
Sudah dapat ia pastikan bahwa Arga disana memasang raut kesal seharian penuh, karena itu memang sudah menjadi kebiasaan Arga jika ia tidak ada.
Tapi Adara senang, itu artinya Arga tak bisa hidup tanpanya, Arga sangat mencintainya. Sama seperti dia.
Jarinya pun terulur mengetik balasan untuk Arga.
Arga-Argaku
20.07
Iya Arga-Argaku
Aku lagi perjalan pulang nihTak berapa lama, terdengar suara notifikasi.
Bagus ya:)
Aku chat dari kapan
Dibales kapan_-Adara kembali terkekeh, kalau yang ini memang salahnya.
Ketika menghadiri pernikahan kakak sepupunya, ia sampai lupa mengabari Arga. Dan alhasil lelaki itu semakin kesal, Adara tahu itu.
Whehehe
Maafin ya
Tadi aku keasikan sampe lupa ngabarinIya gapapa kok_-
Lupa aja sekalian sama aku
Ikhlas kok
_-Lagi-lagi Adara terkekeh, tuh kan, lelaki ini tengah merajuk.
Mendengar suara kekehan dari belakang, Widya menoleh dan mendapati putrinya yang tengah tersenyum menatap layar ponselnya. "Ada apa, Dar?" Sontak adara pun mendongak.
Ia menggeleng, "biasa mah, palingan si Arga." Sahut Nauval yang berada di samping Adara.
Bagi Nauval, sudah tidak menganehkan jika melihat adik perempuan satu-satunya ini tertawa sendiri. Karena alasannya hanya ada dua.
Kalau bukan para jodoh halu nya itu, ya sudah jelas Arga.
Sedangkan Adara hanya bisa tersenyum, "Bang Oval tau aja." Ucapnya malu-malu.
Di bangku depan, Widya dan Ferdi hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Adara yang persis seperti remaja yang baru jatuh cinta itu.
Padahal hubungan keduanya sudah terbilang cukup lama, namun siapa yang menyangka bahwa pada awalnya keduanya justru menjalin persahabatan sebelum akhirnya menjadi sepasang kekasih.
---- F L A S H B A C K –ON ----
Lima tahun yang lalu, di SMP Bhakti Jakarta, terlihat seorang siswi perempuan dan siswa laki-laki yang tengah bermain basket bersama di lapangan.
Mereka tak lain adalah Arga dan Nadia.
Nadia mengerutkan bibirnya kesal ketika merasakan kesulitan untuk mengambil alih bola basket dari tangan Arga.
"Hahah, ayo sini dong, Nad. Masa ambil bola aja nggak bisa," ledeknya.
Melihat Arga yang terus menerus meledeknya, ia mendengus kesal. "Ah tau deh, gua males." Ucapnya berniat meninggalkan Arga.
Arga terkekeh, ia mencekal pergelangan tangan Nadia. "Gitu aja ngambek," Arga menyerahkan bola basket itu pada Nadia.
"Sini gua ajarin, mau?" Nadia diam tidak menjawab.
Arga pun memposisikan tubuhnya di belakang tubuh Nadia, "nih pegang bola nya kayak gini." Ia mengarahkan tangan Nadia cara yang benar untuk bermain basket.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDARA
Ficção Adolescente[tahap revisi] Putra Argayasa dan Aisyah Adara, orang memanggil mereka Arga dan Dara. Dimana ada Arga, disitu ada Dara dan begitupun sebaliknya. Keduanya saling melengkapi dibalik kekurangan mereka masing-masing. Bagi Arga, Dara adalah hidupnya. Se...