Bab 4 "Hari Senin"

648 55 0
                                    

Pagi hari ini adalah hari yang paling dibenci oleh semua siswa. Yaitu hari Senin, dimana upacara bendera dilaksanakan.

Berdiri dibawah teriknya matahari selama kurang lebih satu jam, bahkan bisa lebih jika guru pembina upacara menyampaikan amanat yang amat panjang.

Sama seperti para anggota Santuy Squad saat ini, kelas yang bersebelahan membuat mereka dengan mudah mengobrol.

Aneh memang, entah kenapa tidak ada dari mereka yang berada di jurusan IPS tapi ya memang begitu adanya.

"Sut, Ar." Panggil Bram dengan setengah berbisik.

Arga menoleh dengan mengernyitkan alisnya, "lu pake sabut kagak?" Arga tidak menjawab, ia memperlihatkan ikat pinggangnya yang tertutup baju.

Kemudian pandangannya beralih pada Bram, "lu pasti kaga pake, mampus lu! Lu kan tau guru piket hari ini pak Seta," ledek Arga diikuti kekehan dari para anggota Santuy Squad yang lain.

Di SMA Nusa Bangsa, setiap guru piket yang bertugas pada hari senin wajib untuk memeriksa atribut para siswa satu persatu.

Dan jika salah satu dari mereka kekurangan atribut, maka siap-siap saja, hukuman adalah hadiahnya.

Toni menggeleng tak habis pikir, "lagian bego sih, udah tau Senin malah gak lengkap atributnya." Sambung Toni.

"Iya nih, kayak Aldi dong, dia mah gak pernah kelupaan kalau soal atribut." Puji Angel membuat semuanya seketika muak.

Aldi menggeleng, ia melihatkan bagian dadanya, "gua juga lupa pasang name tag kok, Bram. Santai aja," ucapnya santai. mendengarnya pun yang lainnya terkejut.

Namun mendengar Aldi bicara sesantai itu sungguh tidak mengherankan, karena Aldi adalah anggota paling santai.

"Kok kamu gak bilang aku sih? Kalau kamu dihukum gimana?" Angel terlihat khawatir, dan lagi-lagi membuat semuanya muak melihatnya.

Angel ya memang begini, dia over bucin.

"Tenang aja, Angel-ku sayang. Babang Aldi nya gak sendirian kok dihukumnya, kan ada babang Bram juga." Hibur Bram.

Angel meliriknya sekilas, "apaan sih lu, Bram. Kalau lu yang dihukum mah gua juga ikhlas." Mendengar perkataan Angel, yang lainya terkekeh.

"Tau nih si Bram, banyak bacot deh, udah ah diem." Akhirnya suara Marisa terdengar.

Namun tiba-tiba saja seseorang menarik Marisa keluar dari barisan. "Eh eh, siapa nih berani narik gua?" Pekiknya sambil berjalan mundur.

"Saya, kenapa? Masalah?" Marisa terdiam, ia menoleh ke belakang dan menyengir.

"Eh bapak Seta yang baik nan juga tampan, apa kabar pak?" Para anggota Santuy Squad lainnya tak bisa menahan senyum melihat Marisa yang tertangkap basah oleh pak Seta.

"Kabar saya baik, tapi nasib kamu lagi gak baik."

"Marisa Audrellina, Bram Pras Wijaya dan Aldi Syahreza, kalian ikut saya." Bram menghembuskan nafasnya kasar, namun tetap mengikuti apa perintah pak Seta.

Bram, Aldi dan Marisa pun keluar dari barisan. Tersisa lah Arga, Adara, Angel, Nadia dan juga Toni.

Adara menoleh ke belakang, Nadia. "Nad, elu udah belum tugas Indonesia?"

"Yang disuruh ngereview itu kan?" Adara mengangguk, "udah, kenapa emang?"

"Engga, gua nanya aja takut aja lu belum." Nadia hanya ber-oh-iya.

Sedangkan di sampingnya, Arga mendengus kesal. "Kemarin ditanya katanya belum tau-taunya udah, ah bangke emang." Dengusnya pelan namun didengar oleh Angel.

ARDARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang