Srtt... Srtt...
Terdengar suara gorden yang dibuka paksa membuat sinar matahari menerobos masuk ke dalam sebuah kamar seorang gadis yang tak lain adalah Adara.
Karena merasa terusik, Adara membuka matanya perlahan. Namun seketika ia terlonjak kaget ketika mendapati sosok Arga yang tengah berdiri di hadapannya dengan tampang menyebalkan.
"Pagi, pacar." Adara memutar bola matanya dengan malas.
Ia meraih bantal di sampingnya lalu melemparkannya pada Arga namun Arga justru dapat menepisnya.
"Jahat, orang pacarnya datang tuh di sambut pakek ciuman lah ini malah dilempar bantal penuh jigong."
Mendengar perkataan Arga, Adara rasanya benar-benar ingin memusnahkan lelaki itu.
Bahkan ia bingung pada dirinya sendiri, kenapa bisa ia berpacaran dengan spesies seperti Arga?
Ya mungkin inilah takdir, katanya kan jodoh tuh saling melengkapi.
Adara yang waras dan Arga yang tidak.
Adara yang baik dan Arga yang menyebalkan.
Adara yang selalu benar dan Arga yang akan selalu salah.
"Ngapain coba disini? Ngagetin aja, lagian nih ya, aku tuh baru sembuh udah diganggu aja sama makhluk astral." Kali ini Arga mencebikkan bibirnya kesal.
Adara mah gitu, udah tau Arga kangen.
"Dih jahat ya, ganteng gini dibilang makhluk astral, dasar kunti." Ledeknya.
Adara tak menghiraukannya, ia hanya menatap Arga dengan tatapan malas.
"Sekedar info, aku tuh punya pacar, dia udah tiga hari gak masuk sekolah gara-gara sakit eh pas udah sembuh aku samperin ke rumahnya, tapi aku malah kena marah." Jelas Arga seolah Adara bukanlah pacarnya.
Adara pun mengikuti alur permainan Arga, ia tampak berpura-pura terkejut mendengar cerita Arga.
"Serius? Gak tau diri banget tuh cewek, mungkin dia kebanyakan duduk kali ya jadi gatau diri." Ucap Adara dengan nada terkejut.
Arga semakin kesal dibuatnya.
"Au ah, kesel." Pekiknya kesal, Adara pun terkekeh.
"Apaan sih, Ar? Jijik tau, pakek acara ngambek segala."
"Bodo amat."
"Dih dipikir lu cakep hah begitu?" Delik Adara, "cakep lah, kalau engga, kamu mana mau?" Timpal Arga membuat Adara sontak tertawa tak menangkal fakta tersebut.
"Siapa yang bolehin kamu masuk kamar aku?"
Memang, ini bukan pertama kalinya Arga masuk ke kamarnya, tapi mendapati Arga di dalam kamarnya selalu sukses membuatnya terkejut.
"Mamah, Bang Ferdi ama Bang Nauval." Jawab Arga seadanya, masih mode ngambek.
Melihat tingkah Arga yang tengah merajuk, Adara pun mau tak mau menghampirinya.
Sedangkan bagi Arga, melihat Adara mendekatinya berhasil membuatnya senang.
Namun justru realitanya tak sesuai dengan ekspetasi.
"Udah sana keluar, aku mau mandi." Justru Adara mengusir Arga.
Membuat lelaki itu mendengus kesal namun tetap menuruti perkataan kekasihnya.
Setelah Arga meninggalkan kamarnya, Adara bergegas memasuki kamar mandinya.
Sementara itu, Arga terlihat menuruni tangga dengan kesal. Bibirnya tampak sedang mengomel tanpa mengeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARDARA
Fiksi Remaja[tahap revisi] Putra Argayasa dan Aisyah Adara, orang memanggil mereka Arga dan Dara. Dimana ada Arga, disitu ada Dara dan begitupun sebaliknya. Keduanya saling melengkapi dibalik kekurangan mereka masing-masing. Bagi Arga, Dara adalah hidupnya. Se...