Bram melangkahkan kakinya di koridor sekolah, menatap sekeliling yang masih terlihat sepi. Ya, ini memang kebiasaannya berangkat pagi, atau mungkin terlalu pagi?
Dengan sepasang earphone yang terpasang ditelinganya, "kepagian nih kayaknya gua, ato orang-orang yang hobby banget kesiangan." Ucapnya pada diri sendiri.
Ketika sampai di kelas, hal pertama yang ia lakukan adalah melihat jadwal piket. Kebetulan hari ini adalah jadwalnya ia pun segera mengambil alat kebersihan dan mulai membersihkan kelas tercintanya.
Yah, memang tidak banyak orang tahu kebiasaan Bram yang satu ini. Orang-orang tahunya ia hanya ketua murid yang terkenal sebagai buaya pejantan.
Selesai membersihkan kelas, ia mendengar derap langkah seseorang.
Dan ternyata, orang itu adalah Nadia.
"Lu udah dateng, Bram? Kebiasaan deh," ucapnya sebagai salah satu orang yang mengetahui kebiasaannya berangkat pagi selain satpam sekolah, pak Jajang.
Bram mengangguk, "habis gua males dirumah."
"Kenapa lagi? Mamah lu berantem lagi sama papah lu?" Ya, inilah salah satu rahasia Bram.
Dibalik tingkah Bram yang annoying dan sikapnya yang seperti buaya pejantan itu, Bram juga hanyalah orang biasa. Dia juga punya masalah.
Orangtua Bram yang tidak pernah akur, mamahnya yang berselingkuh dan papahnya yang tak acuh.
Bram hanya bisa bersyukur setidaknya mereka tidak berpisah, karena Bram tidak akan siap untuk itu.
Tapi jka dilihat-lihat, Bram tidak seperti anak broken home lainnya. Ia malah terlihat seperti biasa-biasa saja, seolah ya memang tak terjadi apa-apa.
"Mamah gua bawa selingkuhannya ke rumah kemarin, dan papah tau, tapi papah diem aja. Mamah marah, yang mamah mau, papah itu ceraiin mamah bukan malah gak peduli. Dan mereka debat kayak biasa," jelas Bram.
"Gua cape banget deh," lanjutnya.
Rahasia ini, setidaknya baru Nadia yang tahu. Bram bukan bermaksud merahasiakannya dari para sahabatnya, hanya saja, Bram tidak ingin membuat sahabat-sahabatnya khawatir oleh masalahnya.
Nadia berjalan menghampiri Bram, "sabar aja ya, semoga aja masalah keluarga lu cepet selesai." Bram hanya mengangguk.
"Oh iya, nanti pelajaran bu Laila jangan lupa liatin data pengeluaran kelas ya, Nad." Nadia mengangguk paham.
Ya, di kelas di XII IPA 1 ini, ia bertugas menjadi bendahara yang me-manage semua keuangan kelas.
ooOoo
Sepulang sekolah, Santuy Squad berencana main ke rumah Nadia. Jika sesuai rencana, mereka akan pergi belajar kelompok. Hanya saja tidak ada yang tau ke depannya.
Karena kebiasaan rakyat +62 ketika mengadakan belajar kelompok, yang dilakukan justru bukan belajar melainkan makan dan bermain.
Bilang aja laper, pengen numpang makan, gitu.
Ketika memasuki rumah Nadia, rumah tersebut terlihat sepi membuat para sahabatnya terheran-heran.
"Rumah lu sepi, bonyok lu kemana, Nad?" Tanya Toni.
"Iya nih, papah gua lagi ada kerjaan diluar kota terus mamah paling juga arisan sama temen-temennya." Jelas Nadia membuat mereka hanya ber-oh-iya.
Mereka pun berkumpul di ruang tamu, "kalian mau minum apa?"
"Terserah lu aja deh, Nad. Yang tidak merepotkan tapi tidak meringankan," jawab Marisa berhasil mengundang tawa.
"Lu kata mahar apa yang tidak memberatkan tapi tidak merendahkan," ucap Arga membenarkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARDARA
Fiksi Remaja[tahap revisi] Putra Argayasa dan Aisyah Adara, orang memanggil mereka Arga dan Dara. Dimana ada Arga, disitu ada Dara dan begitupun sebaliknya. Keduanya saling melengkapi dibalik kekurangan mereka masing-masing. Bagi Arga, Dara adalah hidupnya. Se...