"gimana rasanya?" tanya seorang gadis dengan setangkai bunga ditangannya.
"gimana rasanya? disaat kematian itu sendiri datang menjemputmu?" sambungnya lagi.
"damai." ucap seorang pria yang berdiri tak jauh darinya.
Kemudian ia tersenyum, gadis itu mengernyitkan keningnya, "ada apa?" tanyanya.
Namun pria itu hanya diam, membiarkan gadis itu berpikir sendiri akan senyumannya yang penuh teka-teki.
Tak lama kemudian pria itu berbalik badan, "mau kemana?" tanya gadis itu.
Pria itu menghentikan langkahnya namun tak mengatakan apa-apa. gadis itu bingung, "apa aku boleh ikut bersamamu?" tanyanya.
Pria itu membalikkan badannya, ia tersenyum lagi, "tetaplah disini, mereka membutuhkanmu." ucapnya.
Tak lama pria itu pergi, hilang ditelan cahaya.
**
Disaat itulah Shilla membuka mata dan terbangun dari tidurnya, matanya melirik ke arah jam dinding, waktu menunjukkan pukul 16:25 sore.
Kemudian ia menghela nafasnya, "mimpi apaan sore-sore gini." ucapnya sambil menggaruk-garuk kepalanya.Shilla baru sadar, ternyata sedari tadi ia tertidur di sofa ruang tengah ini. Sepertinya suasana rumah sama saja, masih sepi sama seperti sebelum ia terlelap tadi. ia pun beranjak dari sofa itu dan berniat naik keatas untuk kembali ke kamarnya.
Namun saat ia melewati dapur untuk menuju tangga ia seperti melihat seseorang yang sedang berada di dapur. Entah itu hanya halusinasinya saja, Shilla pun lantas melirik kearahnya. Saat ia menangkap sosok bayangan itu tepat setelahnya Shilla langsung merasakan rasa sakit yang luar biasa dikepalanya. Tangannya lantas meraba kearah pelipisnya, tak mampu menahan rasa sakit itu Shilla lantas berteriak dengan nyaring, entah itu hanya bayangan Shilla dengan pikirannya yang kacau kini teriakannya seakan diiringi teriakan seseorang, seorang laki-laki lebih tepatnya.
Kakinya seakan melemah, tepat saat ia akan terjatuh, Dava yang ternyata baru saja datang dan tiba-tiba mendengar suara Shilla berteriak dari dalam rumah pun langsung berlari menghampiri adiknya itu dan menangkapnya. Ada Rachel dibelakangnya yang terlihat sangat panik.
"Shil, Shilla kenapa??" ucap Rachel sembari menghampiri Shilla. "udah udah, gapapa, kamu tenang dulu." sambungnya sembari memeluk Shilla.
Dava langsung menggotong Shilla kembali ke sofa panjang itu dan mencoba menenangkannya.
Butuh waktu sekitar 10 menit hingga rasa sakit itu perlahan menghilang dari kepala Shilla.Rachel pergi ke dapur dan kemudian kembali dengan segelas air putih ditangannya. "nih minum dulu." katanya.
Shilla perlahan meraih gelas yang berisikan air putih itu dan meneguknya. "lu kenapa tadi?" tanya Dava membuka obrolan.
"ntar dulu nanyanya, Dav." sahut Rachel.
"udah gapapa dia." jawab Dava dengan santai.
Shilla menghela nafasnya, "tadi pas mau naik keatas, trus dari tangga kearah dapur Shilla ngeliat..." ucapannya menggantung.
"apaan? hantu?" tanya Dava asal.
"Dava ihh! jangan macem-macem kalo ngomong." ucap Rachel.
"sebenernya bukan ngeliat, tapi kaya emang ngeliat yang sebenernya ga ada disitu." jelas Shilla.
"Shilla tuh kaya pernah ngalamin apa yang barusan terjadi, bang!" sambungnya lagi ketika melihat wajah Dava dan Rachel yang terlihat bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling
Teen Fictionaku saja merasa sangat lancang karena sudah berani jatuh cinta padamu, apalagi untuk memilikimu. - Tashilla Jazlyn Hadina this is the first story that i've ever made, hope y'all like it :)