Anak-anak SW sedang makan di kantin. selayaknya bos mereka menguasai kantin dan membuat keributan sesuka hati mereka seperti biasa.
Sebagai senior di sekolah ini, mereka tak takut akan apapun. adik-adik kelas hanya dapat tertunduk saat lewat dihadapan mereka, bahkan guru pun sudah memaklumi dan begitu bosan melihat hanya wajah-wajah mereka saja yang ada di ruang BK.
"si Haikal mana?" tanya Elang.
"paling di ruang BK." jawab Aldi yang sudah tak heran lagi akan kelakuan teman-temannya yang sering kali berurusan dengan guru BK.
Elang menatap sekitar, mencoba mengabsen beberapa temannya yang ada disini. "Aldi, Rizky, Alvin, Kevin.. lah Revan sama Elfian mana?" tanya Elang saat menyadari bahwa tidak ada kehadiran Revan dan Elfian disana.
Mereka semua hanya menaikkan bahu mereka tanda tak tau."BI YANTI, ALVIN YANG GANTENG MINTA TAMBAH BAKSO NYA LAGI DOOOONG.." teriak Alvin.
Dengan segera Bi Yanti langganan Alvin itu pun langsung membawakan semangkuk bakso lagi. "terima kasih Bi Yanti kesayangan Alvin. MUAHHHH." ucapnya sambil memanyunkan bibirnya hingga membuat siapa pun yang melihatnya menjadi jijik.
"iya, Alvin iya. bacot nya dikurang-kurangin ntar warung bibi sepi gara-gara kamu." ujar Bi Yanti sambil tersengir.
"dia mah pembawa petaka, Bi." balas Elang asal.
"mau gue siram pake kuah baso ga lo?!" umpat Alvin sambil mengangkat mangkuk bakso miliknya.
"berisik amat sih." ucap Rizky yang mulai merasa risih akan pertengkaran Elang dan Alvin.
Tak lama kemudian Haikal datang dengan nafas yang terengah-engah seperti habis dikejar setan. "kenapa lo?" tanya Aldi.
Haikal tidak menjawab. ia masih berusaha menetralkan nafasnya, dan kemudian langsung menyambar jus jeruk milik Alvin dan meminumnya hingga tetes terakhir.
"ANAK MONYET." umpat Alvin kesal sambil merebut kembali jus jeruk miliknya yang sudah tak bersisa itu.
"ehh Revan mana??" tanya Haikal.
"ga tau, dari tadi ga nongol-nongol." jawab Kevin.
"Elfian juga noh ngilang." balas Elang.
Haikal mendengus, kemudian ia berpikir sejenak, lalu pergi begitu saja tanpa pamit dan berlari lagi dengan kencang entah kemana.
Mereka hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka akan kelakuan Haikal yang seperti itu, sementara Alvin hanya dapat mengumpat kesal akan perbuatan Haikal terhadapnya tadi.
Di tempat lain, tepatnya di gudang samping sekolah terlihat Revan dan Elfian tengah serius berbincang akan suatu hal. sepertinya sesuatu yang mereka rahasiakan, terlihat dari cara mereka membicarakan hal itu dengan cara diam-diam dan begitu was-was akan kedatangan siapa pun.
Tak lama Haikal melihat sekilas sosok Revan yang ada disana, tanpa pikir panjang lagi ia pun mengendap-endap. "bahas apaan tu anak?" tanyanya pada diri sendiri sembari mencoba mendekat kearah sana.
"trus gimana?" tanya Elfian.
Revan terlihat sedang berperang dengan pikirannya, terlihat dari tatapan matanya yang begitu tajam, bahkan tajam dari yang biasanya.
"c'mon, Van. lu yakin kita bisa ngelakuin ini berdua?" tanya Elfian lagi.
"gua yakin, El. kalo bukan kita, siapa lagi yang mau cari tau soal siapa pembunuh Gavin? lu kira yang lain peduli? bahkan keluarga Gavin sendiri udah lepas tangan soal ini." jelas Revan.
Elfian hanya menghela nafasnya, percuma juga bila ia berusaha untuk membatalkan misi ini, Revan tak mudah untuk dipengaruhi. malah ia akan menjadi-jadi bila dibiarkan memecahkan misi ini sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feeling
Teen Fictionaku saja merasa sangat lancang karena sudah berani jatuh cinta padamu, apalagi untuk memilikimu. - Tashilla Jazlyn Hadina this is the first story that i've ever made, hope y'all like it :)