09. Tugas Kelompok

173 9 8
                                    

Hari ini ada jadwal Matematika umum. Bu Afma bikin kelompok yang terdiri dari 4 orang. Ngerjain tugas lalu di tiap kelompoknya bakal ada satu orang yang maju ke depan kelas buat ngejawab soal yang udah ditentuin dan gak boleh bawa buku catatan ataupun minta bantuan teman satu kelompoknya.

Kelompok ini menuntut kerja sama di tiap anggotanya, karena semua harus nguasain materi yang udah dikasih ibunya masing-masing. Tiap orang harus kuasain materinya, yang artinya juga kita semua harus gantian jelasin materi kita ke teman yang lain supaya satu kelompok pada paham semua materinya.

Dan lagi, perwakilan yang bakal maju ke depan kelas itu bukan kelompok itu yang milih, tapi ibunya sendiri.

Gue tau banget tipikal ibunya, ibunya pasti bakal milih orang yang sekiranya gak terlalu ngerti sama materi di mata pelajarannya. Jadi, harapannya orang yang gak bisa itu jadi bisa karena maju dan ngejawab soal sendiri, apalagi materinya udah dibahas waktu diskusi kelompok.

Gue gak satu kelompok sama Alan ataupun Jevan. Gue satu kelompok sama Fira, Miya, dan Dafa.

Tapi gue cukup merasa beruntung bisa satu kelompok sama mereka.

Fira itu tipikal anak kalem yang selalu taat peraturan sekolah. Anaknya gak pernah macem-macem di kelas. Sering dianggap paling dewasa juga karena sikap kalemnya.

Miya itu anak olimpiade fisika. Wihh, pasti pintar ya? Nggak juga, kerjaannya baca wattpad sama molor di kelas tiap jam kosong. Paling semangat cuma pas pelajaran fisika. Yang lain mah b aja. Tapi dia termasuk ambitious line di kelas.

Ambitious line?

Jadi, di kelas gue ada 3 anak yang dijuluki ambitious line.

Siapa aja?

Anggotanya; Miya si anak olimpiade fisika, Rira si anak yang diakuin paling pintar di kelas, dan Rama si anak pinter yang aktif ekstrakurikuler dan selalu saingan sama Rira buat dapetin ranking satu di kelas.

Gue awalnya juga nggak ngerti kenapa Miya disatuin sama mereka berdua, tapi akhirnya gue ngerti gimana ambisiusnya mereka.

Miya, Rira, Rama kalau disatuin dalam satu kelompok malah bakal jadi petaka. Mereka termasuk orang ber-ego tinggi. Terlalu ambisius sama tujuan mereka masing-masing. Gak jarang mereka bertiga bakal berdebat panjang dengan argumen yang sama-sama kuat satu sama lain. Kurang bisa kompromi juga, tapi anehnya kalau dipisah, masing-masing dari mereka bakal mau kompromi sama anak yang lain.

Pernah waktu itu mereka debat panjang bertiga tentang lebih baik pulpen dengan tinta gel atau tinta biasa, tapi udah hampir nyaingin debat pilpres. Anak di kelas pada pura-pura gak tau aja kalau mereka bertiga kumat.

Ambisiusnya mereka bakal keliatan di tiap mapel yang mereka suka.

Kayak Miya, dia paling ambis sama mapel Fisika. Tapi katanya gak mau masuk jurusan Fisika pas kuliah. Aneh emang anaknya.

Rira paling ambis di kimia dan biologi.

Rama paling ambis di matematika.

Pokoknya mereka selalu pengen jadi yang terdepan.

Gak jarang juga sih anak kelas pada kesel ngeliat mereka kalau sifat ambisnya udah keluar semua.

Oke cukup ngebahas mereka, sekarang balik lagi ke anggota kelompok gue yang terakhir, Dafa.

Gue gak tau gimana ngejelasin anak satu ini.

Intinya dia itu sama randomnya kayak gue. Kalau ngomong rada aneh, kayak orang mabuk. Kadang kalau ngomong kayak orang nge-rap. Iya, emang se-labil itu, guys.

Friend Shit | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang