Chapter 10

8.7K 825 82
                                    



Jaemin menatap Jeno dengan tatapan nanar. Sebelum kemudian ia berlari keluar, tak lupa dengan membanting pintu itu dengan keras. Ia berjalan tergesa menuju ruangannya dan menguncinya.

Tubuhnya merosot jatuh dengan tangan yang senantiasa memukul dadanya.

"Kenapa? Kenapa rasanya sangat sakit?"

"Jeno.." Jaemin menggigit bibirnya hingga mengeluarkan cairan anyir guna meredam tangisnya. Tapi itu tak bisa. Tak bisa mengalihkan rasa sakit akibat ditolak pujaan hatinya.

Jaemin pikir, ketika Jeno mengingatnya; lelaki tampan itu akan berpindah haluan menjadi menyukainya. Atau minimal kembali tertarik padanya.

Jaemin tertawa miris disela lelehan air matanya. Ia sadar. Ia tak akan pernah bisa menyaingi Taeyong.

Taeyong itu cantik. Sejak mereka bersekolah di sekolah menengah atas, Taeyong selalu menjadi incaran dari berbagai kalangan. Ia pintar, cantik, supel, kaya. Dia juga sangat menggemaskan. Tolong, bagaimana bisa Jeno tidak jatuh hati pada Taeyong alih-alih dengan Jaemin yang hanya siswa culun saat sekolah menengah dulu?

Demi Jeno agar mengingat dirinya, Jaemin berusaha mengubah penampilannya menjadi lebih modis. Namun nyatanya, Jeno tetap tak mengingatnya. Karena apa? Karena mata Jeno hanya tertuju pada satu orang. Lee Taeyong seorang.

Tapi maaf saja Jeno. Jaemin tidak akan menyerah hanya karena satu kali penolakan. Bukankah, janji adalah janji? Sesuatu yang harus kau tepati apapun yang terjadi?




Taeyong memejamkan matanya menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Besok adalah hari yang mereka tunggu-tunggu. Ia dan Jeno akan bertunangan. Dan dua bulan kemudian mereka akan menikah. Semua berjalan sesuai rencana yang sudah mereka bangun sejak di bangku SMA.

Meskipun rencana berselingkuh dengan Jaehyun di belakang Jeno sama sekali bukan rencananya. Ahh.. untuk saat ini, Taeyong ingin memikirkan Jeno saja. Jaehyun bisa dipikirkan besok lusa.

"Hei, kenapa berdiri diluar? Kau bisa masuk angin sayang."

Jeno tiba-tiba datang dan langsung memeluk Taeyong. Lelaki tampan itu juga ikut menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya seraya meletakkan kepalanya pada bahu Taeyong.

"Aku masih tidak percaya besok kita akan bertunangan. Dan dua bulan lagi kita akan menikah. Itu seperti mimpi yang terlalu indah bagiku."

Jeno tersenyum lalu memeluk tubuh mungil kekasihnya semakin erat. Jeno sangat mencintai Taeyong. Karena lelaki mungil itu selalu ada dan mendukungnya disaat-saat terburuknya. Jadi ia tak akan membiarkan seseorang dari masalalunya datang menghancurkan hubungan mereka. Atau..

Pegawai baru Taeyong yang Jeno curigai itu.



-o-



"Mas.. Chae mau samyang mas. Lima bungkus aja. Beli ya mas?"

Chaeyeon menatap Jaehyun dengan tatapan memelas. Entah mengapa hormon ngidamnya masih ia rasakan. Buktinya sekarang wanita hamil itu ingin memakan samyang.

Jaehyun yang melihatnya hanya memutar bola mata malas. "Kau mau membunuh anak kita? Ganti yang lain."

"Tapi— tapi ini keinginan bayi kita mas. Ya mas ya? Ya ya ya?"

"Satu bungkus saja."

"Eeh? T-tapi—"

"Satu bungkus atau tidak sama sekali." Jaehyun menatap Chaeyeon dengan tatapan tajam. Membuat nyali wanita itu langsung menciut.

Pervert Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang