Chapter 8

10.2K 897 134
                                    


"Jadi?"

Alis Taeyong berkedut jengkel ketika menemani Ten yang di maksud adalah menguntit Johnny. Astaga, jika tahu begini ia lebih memilih bergelung di atas kasur menikmati waktu liburnya. Tak tahukah Ten jika pantatnya sangat nyeri? Shh.. tapi Taeyong tentu tak mungkin mengatakannya. Nanti jika Ten marah bisa-bisa ia mengadukannya pada Jeno. Tamat sudah riwayatnya jika itu sungguh terjadi.

"Ayolah yongie~ inikan memang rutinitas kita setiap sebulan sekali." Bujuk Ten.

Hah.. bagaimana Taeyong bisa lupa jika ia harus menemani temannya menguntit Johnny sebulan sekali. Mungkin karena terlalu asik dengan mainan barunya ia sedikit melupakannya.

Tapi untuk kali ini Taeyong sangat kesal. Kenapa? Karena Johnny, sedari tadi hanya duduk terdiam di sebuah cafe tanpa melakukan apa-apa! Dan ini sudah enam jam berlalu. Enam jam lho enam jam! Apakah pantatnya tidak pegal?

"Tenie, kita sudah berjam-jam kita disini. Ayo pulang aku lelah."

"Nanti yongie, saat Johnny pulang baru kita pulang."

Taeyong lantas mengerang kesal. Jika seperti ini, namanya bukan menguntit; tapi menjadi bodyguard!

Aha! Lebih baik Taeyong melakukan video call dengan Jeno saja.

Namun sayangnya telponnya tak kunjung diangkat. Kemudian Taeyong menepuk keningnya ketika ingat bahwa Jeno sedang dalam perjalanan menuju Korea. Well, memikirkan Jeno; Taeyong jadi merindukannya.

"Jangan berisik bodoh! Nanti Johnny bisa melihat kita!"

"Aku merindukan Jeno~"

Ten mengernyitkan dahinya menatap Taeyong. Matanya tak sengaja melirik ke arah bagian bawah Taeyong dan Ten merasa matanya akan segera keluar dari rongganya; Sebelum menatap temannya dengan tatapan tak percaya.

"Ewh! Hanya memikirkan Jeno little yongie terbangun?! Menjijikan!"




"Jaehyuniee~~ kau tak ingin pergi keluar? Aku bosan dirumah.."

"Tidak Chae. Aku sangat lelah." Aku jadi ingin lagi.

Chaeyeon mengembungkan pipinya kesal. Ia mengerti jika suaminya kelelahan. Terlihat dari raut wajahnya. Apalagi dari tadi saat pulang, Jaehyun hanya tidur di ranjang mereka. Lelaki tampan itu bahkan hanya memakan makannya sedikit kemudian melanjutkan tidurnya. Sebegitu lelah kah suaminya?

"Jaehyunie— sangat lelah?"

"Hmm.."

"Bagaimana— bagaimana jika Jaehyunie keluar saja?"

Jaehyun seketika terbangun. Ia menatap Chaeyeon dengan tatapan bingung. "Kau menyuruhku keluar?"

Chaeyeon mengangguk senang. "Lagi pula kan kita sudah mendapatkan biaya persalinanku lebih dari cukup. Jadi Jaehyunie tak perlu kerja hingga kelelahan lagi. Jaehyunie bisa mencari pekerjaan yang lebih ringan."

Jaehyun menghela nafas sebelum memijat pelipisnya lelah. "Chae.. kau tahu mencari pekerjaan tak semudah itu kan? Sekalipun aku sudah mendapatkan uang untuk biaya persalinanmu, lalu bagaimana dengan biaya perawatan anak kita? Susu, popok, mainan? Aku tak apa kelelahan asalkan kebutuhan anak kita tercukupi. Lagi pula, pekerjaan ini sudah sangat cocok untukku. Gajinya juga lebih besar dibanding di tempat lain." Dan aku tak bisa jauh dari Taeyong. Lanjutnya dalam hati.

"Tapi Jae—"

"Aku tak ingin membahas ini. Aku sangat lelah, biarkan aku kembali tidur oke?" Dan biarkan aku bermimpi tentang atasanku yang seksi itu.

Chaeyeon menggigit bibir bawahnya begitu melihat Jaehyun kembali terlelap. Ia menghela nafas sebelum menyelimuti tubuh suaminya.

"Padahal aku ingin ke pasar malam seperti biasanya. Tapi sepertinya memang tidak bisa ya?"

Pervert Boss ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang