07. Harapan yang Hilang

1K 102 6
                                    

"Hiroki!"

Hiroki bukan kaget mainnya saat teman sepermagangnya menariknya dengan raut wajah panik. "A-Ada apa?" tanyanya ikut panik. Lelaki itu menatap Hiroki dalam, "Catherine-san menolak kami semua. Dia hanya ingin disuntik olehmu."

"Yabai! Berarti sejak pagi.. "

"Iya. Dia tidak menolak semua jatah obatnya. Hanya ingin olehmu dia bilang." tanpa menunggu basa-basi Hiroki berlari menuju kamar isolasi Catherine. Begitu dia membuka pintu, banyak anak magang yang berusaha membujuknya.

Hiroki mendesak masuk dan langsung berdiri dekat troli obat. "Ah, Hiroki-chan~" sapa Catherine riang. "Astaga Catherine-san apa-apaan anda ini? Menolak jatah obat hanya karenaku?" tanya Hiroki sambil memasukkan obat ke jarum suntik.

Catherine hanya tersenyum cantik. "Karena kalau Hiroki yang menyuntikkan sakitnya tidak terasa."

"Iya ya. Sekarang tarik nafas. Aku akan menyuntikkan." Hiroki mengambil tangan Catherine yang terhubung dengan selang infus dan memasukkannya lewat selang infus. "Nah sudah. Astaga. Jangan begini lagi ya? Bagaimana kalau aku tidak ada shift hari ini?"

"Aku akan menunggu dokter Hiroki." Hiroki menepuk jidatnya pelan. Kemudian dia tersadar akan sesuatu. "Huaaa!! Aku lupa pakai handscoon! Masker juga! Jas juga!!" paniknya. Teman-teman Hiroki tertawa pelan. "Cepat keluar, sebelum Seto senpai melihatmu. Kalau dia tau habislah kau." ujar salah satu dari mereka.

Hiroki menelan ludahnya. Dia membungkuk pada teman-temannya kemudian pada Catherine. Setelah itu dia lari kocar-kacir keluar ruangan. "Ya ampun. Hiroki itu, calon dokter tapi sikapnya sangat gegabah." keluh Catherine yang hanya di tanggapi tawa oleh yang lain.

≒≒≒≒≒≒
★ Onozuka Hayato ★
≒≒≒≒≒≒

Hiroki mencuci tangannya di wastafel terdekat. "Huft, untung saja Seto senpai tidak lihat." gumamnya sambil mengeringkan tangannya. "Lihat apa?"

Buru-buru Hiroki menoleh, dan dia mendapati Hayato sedang menatapnya dengan tatapan bingung. "Ah senpai kau mengagetkanku!" kesal Hiroki. Hayato terkekeh, kemudian dia merangkul bahu Hiroki, "Bisa bantu aku di ruang mayat? Ada korban kecelakaan dua orang." ujarnya setengah memelas.

"Mau bagaimana lagi. Kebetulan aku senggang." Hayato merangkul bahu Hiroki dengan perasaan senang kemudian berjalan bersama menuju ruang mayat. Tapi, saat melewati meja resepsionis untuk ruang Lili, Hiroki melihat Ruka sedang tersenyum sendiri.

"Ano, senpai. Ruka terlihat aneh." keluhnya. Hayato melirik sebentar, kemudian terkekeh lagi. "Oh itu. Kau tak tau? Ruka dan Machii kan sudah resmi berkencan."

"AP-hpmhh."

"Tidak perlu berteriak. Ini rumah sakit." Hayato membekap mulut Hiroki yang terkejut karena pernyataan Hayato dan segera menyeretnya ke ruang mayat. "Senpai sebenarnya ada apa dengan Ruka?"

Hayato menatap Hiroki malas. "Ruka resmi berkencan dengan Machii. Oke. Berhenti bertanya dan mulailah bantu aku." Hayato menyerahkan handscoon dan maskernya.

"Berkencan? Secepat itu?" Hiroki tidak terkejut. Melainkan lebih ke heran saja. "Ya memang apa yang kau harapkan? Wajar Ruka cepat mendapat pacar seperti Machii. Dia cantik."

"Kenapa Senpai terlihat kesal begitu? Ah! Moshikashite*... Senpai menyukai Ruka! Iya, kan?!"

Tak!

"Itte!! Senpai kau baru saja menganiaya diriku!" Hiroki memegang kepalanya yang baru saja terkena tamparan sayang Hayato menggunakan botol infus. "Bicaramu sembarangan Hiroki."

"Bukan sembarangan kok! Soalnya Seeeeeenpai begitu kesal saat mendengar kabar itu. Aku bisa lihat itu dari cara senpai berbicara." ujar Hiroki. Hayato terdiam sambil memilah alat bedah untuk dibawa ke ruang otopsi. "Apa aku benar senpai?" tanyanya gemas.

Hayato menyerahkan nampan berisi alat yang sudah dia pilih kepada Hiroki dengan gerakan kesal. "Bawa ini ke dalam ruang otopsi. Jangan banyak tanya kalau kau tidak mau menjadi model peraga otopsiku."

Buru-buru Hiroki memakai masker dan handscoonnya sambil membawa nampan dengan langkah terbirit-birit. Hayato memandangi jejeran alat bedah didepannya. "Sepertinya, aku harus kehilangan harapanku lagi." monolognya.

"Ruka-san. Aku mencintaimu. Selamat berbahagia dengan Machii. Semoga dia lebih bisa melindungimu daripada aku."

≒≒≒≒≒≒≒≒
★ Matsuda Ruka★
≒≒≒≒≒≒≒≒≒≒

Ruka memainkan rambutnya bingung.

"Aku belum pernah ke bar Machii. Terlalu aneh buatku. Aku tidak bisa sepertinya." tolak Ruka sopan. Machii memegangi kedua lengan Ruka. "Sayang, hanya menemani saja. Temanku berulang tahun dan merayakannya disana. Aku juga sudah berjanji akan memperkenalkanmu padanya." bujuk Machii.

Ruka terlihat berpikir ulang.

"Sayang? Aku janji tidak akan lama. Percayalah." bujuk Machii sekali lagi. Ruka menatap Machii. "Baiklah, kurasa selama ada Machii aku akan aman hehe." jawabnya riang. Machii segera memeluknya erat. "Ugh. Aku sayang sekali dengan pacarku ini!"

.

.

.

Ditempat lain...

Catherine termenung. Berat badannya kembali drastis. Tangannya mulai sulit dia gerakkan dengan bebas karena terlalu lemas. Bahkan sekedar batuk saja sulit. Diam-diam, Catherine menangis.

Dalam tangisan itu, dia bergumam. "Hiroki-kun. Maaf. Aku, sepertinya tidak bisa pulang seperti yang kau harapkan."














N.b
* Moshikashite : jangan-jangan

Magang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang