13. Penutup Pahit

598 54 16
                                    

Sudah dua minggu, Ruka menghilang. Semenjak dimana hari Toshiki memberi peringatan padanya. "Hei, Kai. Menurutmu kemana Ruka sekarang?" Tanya Hiroki di perjalanan pulang. Kai berdehem sebentar kemudian menatap langit sore, "Ya, dirumah? Mungkin. Kandungannya kan semakin membesar bukan? Kehamilan pertama sangat rawan." Jelasnya.

Hiroki menunduk kemudian mengangguk pelan. "Aku ingin sekali menjenguknya." Gumamnya. Kai melirik ke arah Hiroki dengan kedua tangan yang terselip di saku jaketnya.

Kai berhenti, membuat Hiroki ikut berhenti. "Kai?" Tanyanya bingung. Kai menyodorkan sebuah kupon makan, "Temanku mengirimkan ini karena tidak ada restoran ini didekat rumahnya. Kebetulan, di alun-alun sana ada. Kau mau makan dulu?" Tawarnya.

Hiroki tersenyum. "Asal kau yang bayar." Ujarnya bercanda. Kai mencebikkan bibirnya, "Ya sudah ayo."

"HE?! Padahal aku cuma bercanda."

"Kau tidak mau? Ya sudah bayar sendiri sana."

"Kaaaaai. Jangan begitu! Aku mau kok, mau!"

.

🌺 MAGANG 🌺

.

"Ma-chan?"

Ruka, gadis itu memeluk lengan kekasihnya. Pasca berita hamilnya Ruka menyebar ke seluruh staff rumah sakit, Machii ikut dikeluarkan untuk bisa sepenuhnya fokus pada istrinya. "Aku akan membujuk Toshiki untuk mengembalikanmu bekerja."

Machii melepas pelukan Ruka di tangannya. Kemudian memandangi gadis itu. "Sayang, bayi ini penyebabnya. Kita menderita karena ini."

"Jangan salahkan dia! Dia tidak bersalah, tapi kita." Bentak Ruka. Di dua kata terakhir dia berbisik, kemudian memeluk perutnya. "Sayang, tapi itu benarkan?" Tanya Machii. Ruka hanya terdiam.

"Kita tidak bisa hidup seperti ini terus sayang. Kamu mau, kita selamanya dalam keadaan ekonomi terpuruk tanpa meraih cita-cita?" Tanyanya sambil memegangi kedua lengan kekasihnya.

Ruka menggeleng pelan. "Kalau begitu, ayo aborsi." Ajak Machii.

DEG!

"K-Kau.."

"Lakukan. Ayo. Aku bisa sayang. Kau bisa percayakan semuanya padaku." Machii memeluknya penuh kasih. Tapi dengan secepat kilat Ruka mendorong Machii kuat-kuat. "KAU GILA!!" Teriaknya.

"Demi kita!" Machii menahan lengan Ruka. "Aku tau aku salah, tapi bukanlah masih ada cita-cita yang ingin kau kejar? Meraih gelar suster dan bekerja dirumah sakit besar?" Lanjut Machii sambil menatap Ruka yang menunduk.

Ruka hanya terdiam.

Machii memeluk Ruka sambil menghela nafas. "Pikirkan baik-baik. Kita akan tetap bersama. Selamanya. Tidak peduli kau seperti apa nanti. Hm?" Bujuk Machii. Dan Ruka masih betah dengan menutup rapat mulutnya.

.

🌺 MAGANG 🌺

.

"Ukyo!"

Si pemilik nama menoleh. "Waw. Tuan Toshiki mencariku. Ada apa Tuan Muda?" Ledek Ukyo. Toshiki meninju bahu Ukyo dengan raut wajah datar, "Kudengar, Machii sudah dikeluarkan." Ujarnya.

"Iyap. Sehari semenjak Ruka keluar, divisi kami memutuskan untuk ikut serta mengeluarkan Machii. Kau tau kan, kehamilan pertama sangat rawan. Apalagi Ruka masih muda dan kehamilannya sangat mendadak." Jelas Ukyo.

Mereka berjalan-jalan menyusuri lorong rumah sakit. "Aku, belum mendengar kabar Ruka sama sekali semenjak hari itu." Ukyo melirik Toshiki. Sial, wajah dan nada bicara datar tapi makna kalimatnya sedih. Batin Ukyo.

"Kenapa tidak mampir ke kos Ruka?"

"Dia pindah. Dan tidak memberitahuku."

"Tanya temannya? Kudengar, Kurosaki Reina dari bagian administrasi tetangga kos-nya."

Tiba-tiba Toshiki menoleh, ekspresi masih sama seperti tadi. "Terima kasih. Aku berhutang padamu. Divisimu akan aku pesankan alat bedah tambahan." Katanya. Kemudian, dokter jenius itu pergi meninggalkan Ukyo yang terpaku ditempat.

"Kenapa bisa ada makhluk sedatar dia? Apa dia salah satu produk gagalmu, Tuhan? Atau aku yang mulai gila menghadapi dia?"

Magang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang