"HUEEEEE HIROKI NIICHAN!"
Hiroki segera menoleh dan berjongkok ketika seorang anak lelaki berlari kearahnya. "Shiota-kun kenapa? Kok menangis, hm?" Tanyanya saat bocah itu memeluknya. Tak lupa juga jarinya menyeka air mata si bocah gemas itu.
"Hiks... Yoru-chan hiks. Yoru-chan tidak akan bermain denganku lagi. Dia tidak kembali dari ruang operasi hueeeee."
Hiroki memeluk Shiota erat. "Tidak apa. Yoru sekarang sudah pulang karena dipanggil Tuhan. Dimana disana dia tidak akan merasa sakit seperti disini." Jelasnya sambil tersenyum. Shiota yang masih terisak menatap Hiroki.
"Begitu? Yoru disana tidak kesepian kan?" Tanyanya. Hiroki mengangguk, "Disana ada teman kakak. Namanya Ruka. Yoru pasti sedang bermain bersama Ruka dan bayinya."
Mata Shiota nampak terlihat kilat kagum. "Wah! Yoru bermain bersama Ruka Neechan dan dedek bayi." Gumamnya. Hiroki terkekeh sambil mengusak rambut Shiota, "Oh! Niichan dengar sesuatu!" Hiroki pura-pura berfokus pada udara kosong.
"Eh? Apa apa? Aku tidak dengar apapun! Beri tau aku! Beri tau aku!"
Hiroki nampak mengganguk beberapa kali sambil memejamkan matanya. "Ini dari Yoru. Katanya, Shiota jangan khawatir. Dia sudah senang disana. Sekarang, tugas Shiota adalah harus sembuh!"
"Eh? Yoru bilang begitu?" Antusiasnya. "Iyap! Juga katanya jangan sering menyelinap untuk makan snack! Nanti Yoru sedih."
"EUNG! SHIOTA JANJI!"
"Shiota! Ya ampun!" Ibu Shiota segera berlari menghampiri anaknya. "Mamaaaaa~" Bocah itu berlari dan memeluk kaki ibunya. Hiroki berdiri sambil tersenyum lebar. "Sensei maaf membuatmu repot."
"Tidak apa nyonya. Dia anak baik kok." Balas Hiroki. "Mama, ayo lanjut obat-obatannya ma." Katanya bersemangat. "Eh?! Shiota mau dikemo lagi?" Wanita itu tidak bisa menutupi rasa senangnya. Dia segera menggendong putra sulungnya.
"Huum! Tadi Yoru berbisik pada Hiroki Niichan. Katanya aku harus sembuh. Nanti aku Yoru tidak sedih lagi. Terus terus katanya--" Hiroki tidak bisa untuk tidak tertawa. Shiota menurutnya anak yang sangat lucu.
Iijima Hiroki sekarang bekerja di Rumah Sakit Seito di bagian anak. Menyelesaikan kuliah empat tahun dengan bayang-bayang Ruka bukan perkara mudah. Tapi sekarang, sudah biasa. Dia sudah mengikhlaskan itu semua.
Plak!
Kai tiba-tiba datang dan menepuk belakang kepala Hiroki dengan berkas yang dia pegang. "Senang sekali kau chibi."
"Oi Kai! Sopan sedikit. Jangan karena kau lompat kelas dan lulus duluan dariku kau seenaknya!"
Shouma Kai. Dokter Psikolog anak dan remaja. Meskipun gagal menjadi dokter bedah, tapi dia tidak menyerah dan mencoba cabang lain dari kedokteran. Berterima kasih pada kelas akselerasi dan otak jeniusnya, Kai lulus enam bulan lebih cepat ketimbang Hiroki. "Shiota bagaimana?" Tanyanya sambil membenarkan posisi kacamatanya.
"Aman aman hehehe~"
"Mau sampai kapan kau menjual nama Ruka huh?"
Dan Hiroki hanya terkekeh mendengar omelan dari Kai.
.
🌺 MAGANG 🌺
.
Setelah kejadian tragis Ruka, tidak ada yang berubah dari rumah sakit ini. Ah! Mungkin beberapa. Seperti Ukyo yang jarang terlihat. Kenapa? Karena dia mendapatkan beasiswa untuk mendalami ilmu kesehatannya di luar negeri. Dan tentu saja Ukyo tidak menyia-nyiakannya.
Toshiki diangkat menjadi ketua kepala rumah sakit menggantikan ayahnya yang pensiun. Reina menjadi perawat sekaligus asisten Hayato dalam hal menata informasi perihal data diri mayat. Untuk Hiroki dan Kai, ya kalian tau. Mereka bekerja di Seito. Mengabdikan diri mereka disana.
Kai menatap ke arah mahasiswa magang yang berbaris dihadapannya. "Jadi kalian dibagian anak-anak? Empat orang dengan satu gadis dan tiga lelaki." Kai memperhatikan data diri mereka sambil memeriksa wajah masing-masing.
"Kai! Kau menakuti mereka astaga."
Hiroki membulatkan matanya. Kemudian dia ikut berdiri disamping Kai. "Jangan gugup okay? Saya Hiroki, dan ini Kai. Kalian bisa panggil kami 'sensei' di jam kerja. Dan bebas untuk diluar jam kerja." Katanya sambil tersenyum.
"Anu, Hiroki Sensei dokter bagian apa? Lalu Kai Sensei juga apa?"
Hiroki menarik lebar senyumnya. "Saya dokter anak. Dan Kai ada dokter psikologis." Akhirnya, Hiroki mampu memperkenalkan dirinya dengan bangga. Menggunakan gelar yang sudah dia raih susah payah.
"Silahkan yang ingin bertanya." Kai melepas kacamatanya lalu merangkul Hiroki. "Untuk grup, silahkan buat. Agar saya bisa mengatur jadwal shift kalian."
"Sudah! Kami tinggal menambahkan Sensei-tachi* saja."
Kai menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya, "Waw. Bagus sekali. Gerakan cepat. Okay, berikan ponselmu. Saya akan tuliskan ID Hiroki dan saya." Mahasiswa itu menyerahkan ponselnya dengan kedua tangannya.
Kai mengetikkan IDnya dan Hiroki dengan cepat. "Kalian boleh pulang sekarang. Atau boleh bermain ke divisi lain membantu teman kalian."
"Eh?"
"Kami ada urusan penting dengan Dokter Toshiki. Jadi, bilang seperti ya pada kepala bagian divisi jika bertanya kepada kalian." Balas Hiroki. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan dan Toshiki membuka pintu ruangan mereka.
"Magang, Bocah. Ayo cepat. Kita hampir terlambat."
Kedua dokter itu membungkuk pada mahasiswa asuh mereka sembari menghampiri Toshiki. "Mou** senpai! Magangku sudah berakhir lama sekali!" Protes Hiroki. "Dan juga aku bukan bocah!" Tambah Kai.
Toshiki hanya berjalan santai, "Itu panggilan kesayanganku untuk kalian. Sekarang, cepat beli bunga dan air bunga Mawar. Ku tunggu diparkiran."
.
🌺 MAGANG 🌺
.
Dan disinilah mereka.
Di pusara Ruka yang sangat terawat dengan baik. Toshiki rajin sekali menjenguknya. Kalau tidak bisa datang, Kai dan Hiroki akan menggantikannya. "Rukaaaaaa~" Hiroki berkata dengan riang sambil memeluk sebuah bucket bunga besar ditangannya.
"Nah ini untukmu! Dari Toshiki senpai." Ucapnya sambil nyengir. Acara berdo'a pun dimulai dengan Kai sebagai pemimpinnya. Kedua tangan mereka mengatup dengan mata terpejam.
Hanya satu yang tidak mereka sadari...
Ruka ada disana. Tersenyum sambil menahan tangis harunya. Tangannya menyentuh pucuk kepala Toshiki.
"Kau adalah dokter paling hebat. Dengan teman-teman luar biasa dibelakangmu."
END
*-tachi; para-
**Mou; ayolah
KAMU SEDANG MEMBACA
Magang [End]
RandomBeberapa pengalaman Iijima Hiroki, mahasiswa KoAss yang magang di Rumah Sakit Seito. Juga dibimbing oleh beberapa seniornya dengan berbagai sifat berbeda.