[Cerita ini diambil dari sudut pandang Shouma Kai]
Yap. Dinas pagi lagi di minggu kedua bulan Desember. Bagus, ayo wahai para senpai. Perbanyaklah jam pagi di jadwal dinasku! Bulan ini sedang banyak sekali turnamen game. Aku tidak sabar untuk memenangkan uang dan rare item*!
Aku sampai di loker, kemudian menyimpan tasku dan segera menyeret jubah putihku. Dan suasana rumah sakit sedang sepi. "Wah? Aku datang sepagi itu? Rasa-rasanya aku sudah agak ngaret tadi." Monologku saat melihat seisi lorong rumah sakit yang aku lewati.
Akhirnya. Sampai juga ditempat kumpul para dokter magang. Segera kubuka pintu. Hampir saja aku melompat kaget ketika melihat Hiroki Nii-san duduk dan menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan tangannya. Aku menghampirinya lalu mencolek sedikit lengannya, "Nii-san?" Bisikku.
Hiroki Nii-san hanya menggumamkan 'hm' padaku. Aku mencolek lengannya lagi, "Kau tidak apa-apa? Kau mengantuk?" Tanyaku. Serius. Rasa penasaranku makin meningkat saat Hiroki Nii-san hanya mengangguk pelan. Aku mencolek lagi lengannya, "Benar tidak apa-apa? Tidak ingin cerita? Siapa tau lega." Kataku membujuk.
Mataku membulat kaget. Saat Hiroki Nii-san mengangkat wajahnya, matanya sembab. Seperti habis menangis semalam suntuk. "Loh? Nii-san? Kau kenapa? Doushite**?"
"Catherine Nee-san wafat kemarin."
Jantungku berdebar. Aku, semenjak ibuku meninggal, aku sering parno dengan berita kematian. Seolah-olah, mereka tengah mengejekku dan berusaha membuatku mengingat masa lalu yang tidak ingin aku ingat lagi.
"Dia tidak berpamitan padaku. Dia hanya menuliskan surat dan menitipkan uang. Bukankah itu tidak sopan? Aku yang membantunya dalam memberikan obat."
Aku masih diam dan menatap Hiroki Nii-san. Terlihat jelas, dia benar-benar menolak kenyataan kalau orang yang dekat dengannya sudah tiada. 'Sama sepertiku dulu.' Batinku bergumam. "Nii-san. Mungkin ada alasan kenapa Catherine tidak berpamitan padamu."
Aku menarik bangku. Meletakkan pspku di meja dan duduk disampingnya sambil mengusap pundaknya. "Coba kalau Catherine-san berpamitan pada Nii-san. Apa yang akan terjadi kira-kira?" Tanyaku. Hiroki Nii-san hanya diam menunduk. "Bayangkan kalau Catherine-san berpamitan pada Nii-san." Tambahku.
Aku diam sejenak untuk melihat reaksinya. "Tidak menyenangkan bukan? Catherine-san tidak bisa melihatmu, berbicara denganmu, tertawa bersamamu dan melakukan hal-hal bersamamu untuk terakhir kalinya." Jelasku. Aku menarik senyum tipis, "Anggap saja semua yang diberikan Catherine-san adalah hadiah yang harus Nii-san gunakan baik-baik." Tambahku.
Nii-san menoleh, "Daripada jadi dokter bedah, kau lebih cocok menjadi Psikologis Kai." Tiba-tiba dia mengatakan hal random. Astaga anak ini tidak tau diuntung. "Jangan menilaiku seenaknya ya. Aku ini calon dokter bedah terkenal yang akan melebihi Dokter Toshiki." Ujarku dengan senyum kesal diwajahku.
"Barusan kau menghibur, sedetik kemudian mau kembali menjadi setan. Maumu apa?!" Si chibi*** ini benar-benar mengejekku. "Kau...," Aku menunjuknya. Kemudian berteriak, sadar kalau perilaku diriku yang buruk terhadap sesama Trainee. Bisa-bisa aku ditendang dari rumah sakit ini. "Aaaaargh! Sudahlah." Aku mengacak-acak rambutku kemudian menyalakan pspku. Tak lama kemudian Nii-san tertawa.
"Tapi, terima kasih ya Kai. Aku terhibur sekali. Sejak kemarin pikiranku kacau balau. Aku bahkan tidak makan seharian kemarin." Katanya. Mendadak, ada rasa bangga muncul didadaku. Seperti, rasanya aku sudah menyembuhkan seorang pasien. Hehehe. "S-sama-sama. Bukan masalah besar. Tapi berapa yang diberikan Catherine? Sepertinya banyak." Tanyaku penasaran.
Dan sebuah sebuah buku note kecil melayang dan mencium wajahku. Keterlaluan sekali si dokter chibi ini!
"Tidak perlu bertanya nominalnya! Dasar tidak sopan!"
"Nii-san! Ini sakit loh! Tidak lihat setebal apa ini? Dan kau melemparkannya ke wajah tampanku? Hah! Lucu sekali. Ayo kita bertemu di parkiran bawah. Tidak datang, lemah!" Kesabaranku lama-lama terkikis oleh si pendek ini. Nii-san hanya tertawa.
Dia mengambil stetoskop dan mengalungkannya di leher. "Ayo mulai shift kerja. Makan siang nanti aku yang traktir. Sekalian kita ajak Ruka hehe. Daaah Kai." Dan dia melengos pergi begitu saja. Aku mendecih, tapi kemudian tersenyum. "Syukurlah kalau dia sudah baikan. Let's go!" Monologku senang sambil menyampirkan jas putih itu dipundakku.
[Sudut pandang Kai berakhir]
≒≒≒≒≒≒
★ Shouma Kai ★
≒≒≒≒≒≒Shift pagi mendapatkan istirahat berharga mereka. Kai dan Hiroki sudah punya janji bertemu dekat meja administrasi.
"M-Maaf aku terlambat. Hari ini banyak pasien keluar-masuk ruang Operasi." Hiroki datang setelah berlari kecil dirumah sakit. Nafasnya terengah-engah. "Tidak masalah. Ayo makan! Lapar." Kai mulai bersemangat. Mengingat dia yang selalu melewatkan sarapannya.
Hiroki mengintip ke meja administrasi. Dimana Ruka?
"Cari siapa Ki?" Tanya seorang kenalan Hiroki. Hiroki hanya menampilkan cengirannya sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, "Ahahahaha, anu. Kalau boleh tau Ruka kemana ya?" Tanyanya. Si lelaki itu menatap ke atas, menerawang sebentar kedalam ingatannya.
"Seingatku dan setahuku. Ruka sudah tidak masuk beberapa hari yang lalu. Yaa.. Kurang lebih sekitar tiga hari yang lalu."
"Eh?! Tiga hari?!" Kaget Hiroki sambil mengacungkan tiga jarinya. Kemudian dia menatap jarinya sendiri. Ruka kemana? Tumben sekali. Dia bukan orang yang akan absen semudah itu. Pikir Hiroki. "Kok tumben Ruka senpai tidak masuk? Sakit ya?" Kai bertanya dengan seenak jidatnya.
Terpaksa Hiroki menjitak kepalanya kemudian menunduk terima kasih sembari menggeret Kai menuju kantin rumah sakit.
"Mulutmu Kai. Sopan sedikit! Tidak baik menanyakan privasi orang lain."
"Loh aku kan penasaran! Ingat, malu bertanya sesat dijalan!"
"Pribahasa itu tidak cocok untuk situasi ini Kai. Berhentilah membela diri ya ampun."
"Tapi aku merasa benar!"
"Ya itu kan perasaanmu!"
Yap. Mari kita biarkan Hiroki dan Kai beradu argumen sembari berjalan ke kantin.
≒≒≒≒≒≒
★ Matsumoto Ukyo ★
≒≒≒≒≒≒Seto menggigit buku jarinya.
Ruka absen tiga hari. Dan gadis cantik itu sama sekali tidak memberinya kabar via apapun. "Kemana si bodoh itu pergi." Gumam Seto. Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk. Seto buru-buru memperbaiki mimik wajahnya.
"Masuk!"
Ukyo datang membawa setumpuk berkas. "Ini. Daftar pasien masuk dan keluar bulan ini. Briefing pasien pada dokter baru di Aula gedung E. Setelah itu pengambilan nilai untuk Magang Shouma Kai di bidang Pediatrik." Jelasnya. Seto hanya mengangguk.
"Dan tolong, pulangkan Shouma Machii pada pihak kampus."
Seto menatap lekat Ukyo. "Apa maksudnya?" Tanyanya datar. Ukyo berdecak, "Terserah kau mau percaya atau tidak. Machii sudah tercatat banyak pelanggaran selama minggu ini." Kemudian Ukyo mendekatkan wajahnya hingga mereka beradu tatap jarak dekat.
"Dan dia juga, penyebab dimana teman kecil berhargamu itu absen selama tiga hari ini." Tambahnya. Kemudian dia berlalu begitu saja sembari membanting pintu ruangan Seto. "Tenang Seto, tenang. Ukyo itu rivalmu. Ingat?" Monolognya untuk menyemangati dirinya.
N.b
* Rare item : Barang langka
** Doushite? : Kenapa?
*** Chibi : representasi untuk kecil, pendek, mungil dsb
KAMU SEDANG MEMBACA
Magang [End]
RandomBeberapa pengalaman Iijima Hiroki, mahasiswa KoAss yang magang di Rumah Sakit Seito. Juga dibimbing oleh beberapa seniornya dengan berbagai sifat berbeda.