12. Situasi dan Kondisi

739 50 1
                                    

"Ruka Senpai terkena skorsing selama seminggu karena kehamilannya. Dia pertama kali diketahui oleh kepala staff saat Ruka sedang mual-mual."

Semenjak hari itu, pembicaraan dia dengan Kai terus berputar dikepalanya. Ruka? Wanita lembut itu benar sudah bercinta? Dan miliki anak diluar nikah? Itu sulit dipercaya! Otak Hiroki berontak.

Selama perjalanan menyusuri lorong dia hanya terdiam dengan pandangan murung. Baru saja dia akan memeriksa pasien di bangsal Mizu, suara Toshiki menggelegar.

"Hiroki! Selang NGT* tolong beserta alat lainnya!" Ucapnya. Hiroki mengangguk kemudian mendorong troli beserta alatnya dengan cepat. Begitu sampai dikamar, dilihatnya seorang wanita paruh baya kesulitan bernafas.

"Magang, kau masukan NGT ke hidungnya." Toshiki sibuk menyuntikkan sesuatu dilengan si wanita. Hiroki buru-buru memakai handscoon. Kemudian membuka bungkus selang dan melumuri selang dengan jel khusus agar tidak sakit dan iritasi saat dimasukkan.

"Nyonya Oriyama, bantu menelan ya." Ujar Toshiki dekat dengan telinga sang wanita. Hiroki mengecek pernafasan hidungnya, kemudian memasukkan selangnya ke lubang hidung yang udara nafasnya sedikit lambat.

Wanita malang itu berusaha membantu menelan selangnya agar mampu bernafas. Hiroki pun membantu mendorongnya. Belum ada setengah selang, wanita itu tiba-tiba terdiam kemudian melemas. Toshiki mengenakan stetoskopnya dengan cepat dan memeriksa detak jantung si ibu.

Memeriksa nadi kemudian dan juga pernapasan hidungnya. "Pak Oriyama. Maaf. Nyonya Oriyama sudah tidak tertolong." Toshiki akhirnya mengeluarkan kata-kata yang sangat dihindari Hiroki. Kalimat diagnosa kematian. Tuan Oriyama menangis sejadi-jadinya. Melihat istri tercintanya terlambat dibawa kerumah sakit.

Para suster segera membantu pembersihan mayat sang ibu. Hiroki melepas handscoonnya dengan cepat. Dia keluar ruangan dengan langkah pelan dan tangan yang bergetar. "A-Aku gagal. Aku gagal.. Menolongnya." Gumam Hiroki.

"Padahal tinggal sedikit lagi. Itu.. Sedikit lagi." Gumamnya sambil berjalan menyusuri lorong rumah sakit.

.

🌺 MAGANG 🌺

.

Shouma Kai berlarian menuju ruang peralatan. "Reina, tolong jarum jarum suntik ukuran 3 cc sekalian dengan pereda demam." Katanya. Reina segera melesat dan kembali dengan alat-alat yang dibutuhkan.

Kai segera kembali ke ruang si anak. "Dokter anak saya! Tolong." Kai segera menghampiri seorang bocah laki-laki yang terbaring di ranjangnya. "Hei jagoan. Tahan sedikit ya? Ada semut mau gigit nih." Kai berbisik.

Si bocah lelaki yang setengah sadar dari demamnya itu menoleh. "Kenapa.. Tidak, dokter usir?" Gumamnya. Kai dengan cepat memindahkan isi obat kedalam suntikan. Kemudian mengoleskan kapas alkohol di punggung tangan kecil itu.

"Semut bilang, katanya dia libur dulu membawa gula. Karena Yukito sakit, mereka bekerjasama membawa obat untuk Yukito." Balas Kai. Dengan gerakan cepat, dia menyuntikkan obat dan membersihkan darah yang keluar akibat suntikannya.

"Niichan.. Tanganku, kese-kesemutan." Yukito memejamkan matanya. Kai mengusap kepala si bocah. "Nah. Semutnya sudah memasukkan obat kedalam tubuh Yukito. Tahan ya? Nanti semutnya keluar kok." Balasnya.

Yukito tertidur. Demamnya pun agak menurun dari sebelumnya. "Ibu, mungkin usahakan Yukito tidak terlalu kelelahan dulu. Ajak dia bermain yang tidak menguras banyak tenaganya." Kai memberikan nasehat yang segera diangguki sang ibu muda itu.

Kai keluar, dengan tangan yang bergetar karena tremor. Hari ini, dia sudah melihat seorang anak hampir kehilangan nyawanya, anak yang kejang-kejang ketika virus jahat itu menggerogoti tubuh kecilnya.

Belum lagi soal Ruka.

"Dia itu gadis bodoh atau bagaimana?!" Geramnya sambil membuang alat suntuk pada safebox dengan kesal. Dia segera mencuci tangan dan menatap cermin yang ada didepannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

.

🌺 MAGANG 🌺

.

Brak!

Toshiki memukul meja kerjanya. "Ruka apa yang kau lakukan?!" Teriaknya. Ruka hanya berjengit terkejut. "Pelankan suaramu oi." Balas Hayato sambil mengorek telinganya dengan jari kelingking. Sedangkan Ukyo hanya diam dengan wajah datarnya.

"Kau.. Ruka. Bukan begini maksud dari kebebasan dari mendiang ibumu." Toshiki memelankan suaranya.

Ruka memeluk perutnya. "Kami melakukannya karena saling menyukai satu sama lain. Tapi, aku tidak tau kalau hasilnya begini," Ruka menjawab dengan wajah menunduk. Yang mana membuat Toshiki mengusap wajahnya kasar.

Perasaan bersalah menyergap Toshiki. Merasa gagal karena tidak bisa membimbing kehidupan gadis itu dengan baik, sebagaimana harapan mendiang ibu Ruka.

"Aku akan menambah skorsingmu dan Shouma. Jaga kesehatan janin kalian hingga hari persalinan tiba. Setelah itu, menikahlah."

Toshiki memberikan dua surat skoring. Satu pada Ruka dan satu pada Ukyo. "Berikan ini pada trainee-mu." Katanya sambil memberikan surat itu. Ukyo hanya menunduk hormat. Kemudian pergi keluar.

"Kau, antarkan Ruka ke rumahnya."

"Tidak! Aku bisa pulang sendiri. Maaf merepotkan dan terima kasih." Ruka memotong cepat ucapan Toshiki, menunduk sebentar lalu keluar dari ruangan Toshiki. Nampak Hayato menghela nafas sambil menatap pintu yang baru saja tertutup.

"Ya ampun gadis itu." Gumam Hayato yang masih terdengar oleh Toshiki.









Nb.
* NGT; Nasogastric Tube. Alat ini adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. 

Magang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang