11. Kabar Mengejutkan

748 60 6
                                    

Hiroki memang memegang tanggung jawab terhadap pasien Nyonya Nishiki, tapi semangat belajarnya sebagai dokter tidak pernah menyulutkan semangatnya.

Seperti saat ini.

Niat awal ingin mengajak Kai makan bersama. Tapi, Kai sedang ada jadwal. Jadi dia menunggu sembari bermain bersama salah satu anak diruang bermain.

"Oniichan!" Hiroki menoleh dan mendapat sosok gadis kecil menghampirinya. "Ada apa nona manis?" Tanyanya sambil berjongkok. Si gadis kecil nampak tersipu dengan ucapan Hiroki. "Oniichan bisa sisir rambutku? Aku mau disisir sama Oniichan!" Ujarnya manja. Hiroki mengangguk.

Mereka berdua duduk dengan Hiroki yang berada di belakang sang gadis sembari menyisir rambutnya perlahan. "Oniichan temannya Kai Sensei*?" Tanya si gadis sambil memeluk bonekanya. Hiroki berdehem, "Iya. Kenapa?"

"Sama-sama tampan. Hihi~" Gumam si gadis kecil lugu. Hiroki tertawa saja mendengarnya. "Oniichan juga tampan kok! Etapi Kai Sensei juga. Ah mou~" Bibirnya mengkerut kesal kala otaknya tidak bisa memilih. Hiroki sendiri sudah tergelak dalam tawanya.

"Nah sudah. Nona kecil ini sudah cantik." Kata Hiroki. Si gadis segera mengambil sisirnya kemudian berdiri. "Terima kasih Oniichan! Aku akan menunjukkan rambutku pada Kai Sensei!" Girangnya. Kemudian dia berlari-lari di lorong. Mencari sosok Kai yang tengah sibuk diruangan lain.

"Sudah menunggu lama?"

Hiroki terkejut bukan main. Sembari menoleh kebelakang dia mengelus dadanya pelan. "Kau ini mengagetkanku." Gerutu Hiroki. Kai hanya berdehem sembari memakai jas putihnya, "Ayo segera ke kantin. Sebelum Yume melihatku. Bisa repot kalau dia main seharian tanpa mau menyentuh obatnya."

Hiroki menautkan alisnya. Yume? Ah, mungkin maksudnya si gadis kecil nan imut tadi. "Tumben kau memakai jasnya." Mulut Hiroki kadang memang tidak sinkron dan suka blak-blakan bicara apa yang ada di pikirannya. Hiroki segera menutup mulutnya dengan tangan.

"Maafkan aku." Ujarnya pelan. Mereka berjalan keluar ruangan untuk janji makan siang. "Tidak masalah. Kau juga pasti penasaran. Ya, aku memakai terpaksa. Demi nilai." Kai membalas dengan pandangan mata lurus kedepan. Hiroki menatapnya.

"Nilai?"

Kai mengangguk. Begitu lift terbuka mereka segera masuk ke dalam dan menekan tombol lantai. Pintu lift tertutup dan Kai menghembuskan nafasnya kesal.

"Iya. Si Toshiki bodoh itu mengancamku. Katanya kalau aku tidak pakai jas nilaiku bisa E. Fufufufu~ apa artinya dia sedang menantangku? Baiklah~ aku terima tantanganmu!" Katanya. Semangat Kai nampak menggebu-gebu untuk menghajar si dokter bedah jenius sambil mengepalkan tangannya.

Hiroki menjitak Kai, "Berhenti main game. Aku tau kau sedang berlaga seperti salah satu tokoh game yang sedang kau mainkan." Hiroki berdecih sambil menatap datar ke arah Kai.

"EEEEH~! Maa~ terserah. Intinya aku terima tantangannya!" Kai berucap lagi sembari mengangkat kepalan tangannya ke atas.

Ting!

Pintu lift terbuka. Dan Kai langsung menjadi pusat perhatian orang-orang yang hendak menaiki lift. Buru-buru Hiroki menyunggingkan senyuman canggung. Tak lupa menyeret Kai yang masih menggebu-gebu.

≒≒≒≒≒≒
★Dan Kuroto ★

≒≒≒≒≒≒

"Hiroki!"

Reina, si magang bagian di alat-alat rumah sakit, menghampiri Hiroki yang baru selesai makan. "A-Apa?" Tanya si lelaki bingung. Reina mengangkat jam tangannya, "Kau telat tiga menit!" Katanya menggebu-gebu.

Hiroki menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Maaf, aku terlalu asik tadi." Ujarnya. Reina hanya berdehem, "Keliling sana. Cek pasien. Jangan lupa kalau ada infus habis diganti. Terus kalau ada yang harus ganti perban segera lakukan."

Hiroki mengangguk.

Reina berdehem lagi kemudian berjalan meninggalkan Hiroki. Tapi baru beberapa langkah, Reina kembali menghampiri Hiroki yang belum bergerak dari tempatnya. "Omong-omong, Ruka senpai sudah kembali?" Tanyanya. Hiroki menggeleng cepet.

Reina mengangguk dan kembali berjalan meninggalkan Hiroki. "Aku heran. Padahal Reina cantik. Tapi dia sangat galak." Monolog Hiroki. Kemudian dia beralih mengambil bukunya yang data-data pasien dan segera melakukan tugas keliling.

.

.

.

Yap. Jam makan siang.

Seperti biasa, Hiroki akan makan bersama Kai ditempat makan biasa.

"Hirokiii!" Bukan, itu jelas bukan Kai. Hiroki membulatkan matanya. "Ruka!" dia berlari kecil menghampiri si gadis. "Kemana saja kau selama berhari-hari ini?!" Tanyanya. Ruka hanya tersenyum manis seperti biasa.

"Ayo kita makan Niichan." Belum sempat menjawab, Kai sudah menyela pembicaraan mereka dan merangkul Hiroki menuju kantin. "Loh Kai, tunggu! Ruka--"

"Dia akan makan bersama Machii. Kita hanya akan mengganggunya." Balasnya. Hiroki menoleh, dan benar saja. Machii sudah merangkul mesra pinggang Ruka dan berjalan ke arah luar rumah sakit.

"Kai ada apa sebenarnya? Kenapa Ruka tidak memakai seragamnya?"

Hiroki segera membombardir Kai dengan pertanyaan yang berada dikepalanya. Kai hanya diam sambil memesan dua mangko mie untuknya dan Hiroki. "Juga, kenapa Ruka terlihat agak berbeda? Hey! Apa yang aku lewatkan?!"

Kai berjalan, menuju salah satu meja paling pojok dan jauh dari kerumunan orang. "Diam dan tenang. Aku akan jelaskan semuanya oke?" Kai berlalu. Meninggalkan Hiroki yang sudah terduduk di bangku kantin bersama makanannya.

Tak lama Kai kembali bersama dua gelas minuman di tangannya. "Hei. Ada apa?" Tanya Hiroki penasaran sambil mengaduk minumannya. Lalu menatap Kai sambil meneguk minumannya. Menunggu jawaban dengan sabar.

"Kau tidak tau? Ruka Senpai sedang hamil."

UHUK!

Apa katanya? Ruka hamil?! Batin Hiroki terkejut. Matanya menatap lebar sang partner magang dengan tangan yang menutupi mulutnya. Ini.. Benar-benar diluar dugaannya.














N.b

* embel-embel Sensei kadang dipakai untuk dokter atau orang yang ahli terhadap suatu bidang.

Magang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang