10. Nenek Kecil

684 62 4
                                    

Pagi ini, Hiroki menjadi asisten Hayato sementara.

"Kamar 203. Ada delapan bed. Yang terisi hanya bed empat atas nama Nyonya Nishiki. Fraktur Femur kanan* dan akan dioperasi pemasangat besi penyangga besok pukul sepuluh." Hiroki membaca data pasien yang ada dipapan kecil yang dia bawa didepan kamar 203.

Hayato mengusap dagunya.

"Kapan masuk?" Tanyanya. Hiroki melirik catatannya lagi, "Tepat dua hari yang lalu." Jawabnya. Hayato mengangguk pelan. Kemudian memasuki kamar dan menghampiri ranjang keempat dari pintu.

"Halo nenek." Sapa Hayato ramah. Sang nenek nampak tersenyum senang. "Oh! Dokter Hayato. Apa kabar nak?" Sang nenek yang sudah begitu kenal Hayato menanyakan kabarnya sambil mengupas jeruk. "Baik nek. Kenapa masuk ke rumah sakit lagi? Kemarin kan sudah bagus tensinya."

Sang nenek merajuk. Bibirnya nampak cemberut, "Kemarin nenek habis beribadah. Waktu mau turun tangga tiba-tiba licin lantainya. Jadi, BRUK! Jatuh nenek." Ceritanya. Hayato nampak masuk dalam aliran obrolan mereka. Sedangkan Hiroki? Tengah mencerna diotaknya.

Inilah yang dinamakan dimana saat tua nanti kau akan kembali merasa seperti anak kecil? Batin Hiroki bertanya.

Hayato melirik, "Oiya nek. Kenalkan, temen baru Hayato. Namanya Hiroki. Iijima Hiroki." Ujarnya. Hiroki nampak menggeleng pelan. Reaksi dia baru sadar kalau dia sibuk dengan dunianya sendiri. "Eh? Halo nek. Iijima Hiroki desu." Ujar Hiroki sambil tersenyum manis.

"Nenek, Hiroki ini nanti akan mengecek kondisi nenek sebelum hari operasi."

"Loh. Nenek kira sama Hayato."

"Bukan nek. Hayato bedah mayat. Forensik."

Hayato tertawa melihat nenek mengangguk paham. Sadar kehadiran Hiroki, nenek itu memberikan seluruh jeruk yang baru dikupasnya. "Ini. Untuk nak Hiroki." Katanya dengan suara bergetar. Maklum, sudah usia.

Hiroki menggeleng, "Untuk nenek saja. Mau operasi kan harus banyak vitamin. Supaya kuat!" Katanya sambil mengangkat tangannya. Seolah tengah memamerkan otot tangannya. "Oh iya. Benar juga! Terima kasih nak Hiroki." Ujarnya girang kemudian memakan jeruknya.

Hayato kemudian izin pamit.

"Jadi begitu. Kau harus memposisikan diri dimana kau seolah-olah tengah berbicara dengan anak kecil." Hayato memberi nasehat ketika sudah berada diluar lapangan. "Nah, Hiroki." Hayato berbalik dan menepuk pundak Hiroki.

"Pasien atas nama Nyonya Nishiki aku serahkan padamu. Dari sekarang, sampai dia keluar rumah sakit. Kalau Nyonya Nishiki betah denganmu, kuberikan nilai A."

"Serius?!"

Hayato terkejut sembari menjauhkan dirinya. "Berisik juga ya kau ini. Iya. Serius kok. Intinya santai saja kalau sama Hayato. Pasien puas? Nilai plus." Jawabnya bangga. Jujur, ini pertama kalinya Hiroki bangga memiliki senpai seperti Hayato.

"Terima kasih!"

≒≒≒≒≒≒
★ Iijima Hiroki ★
≒≒≒≒≒≒

Berbeda cerita dengan Shouma Kai.

Dirinya malah tidak sadar sedang diawasi untuk pengambilan nilai. Shouma Kai kebetulan diletakkan di divisi pediatrik dengan Toshiki Seto sebagai pengawasnya.

"Bagaimana kinerja anak itu?" Tanya Seto sambil mengamati Kai yang tengah bermain dengan anak balita lucu pengidap kanker darah. "Kai memang agak susah diatur. Tapi dia mampu bertingkah profesional jika sudah terjun ke anak-anak. Bahkan banyak anak-anak menolak pulang karena ingin terus bersama dia."

Seto masih memandangi dari balik kaca. Bagaimana senyuman Kai yang sangat mengembang sehingga gigi rapinya terekspos. Si anak kecil nampak berlarian saat Kai bertingkah seperti monster.

"Beri nilai lebih. Kali ini aku memaafkan dia yang tidak mengenakan jas. Beritau dia, jika hari-hari berikutnya tidak memakai jas jatuhkan nilainya menjadi E." Kata Toshiki. Dia tidak benar-benar akan melakukannya. Hanya ingin menggertak Kai.

Bagaimanapun, jas putih idaman semua orang itu adalah seragam dan ciri khas pembeda dia dan orang-orang dirumah sakit.

Setelah memberikan ultimatum, Seto pergi begitu saja. Sebenarnya, otaknya masih berkenalan. Memikirkan kemana Ruka pergi. Tumben sekali Ruka tidak mengajarinya. Juga dia tidak pulang ke rumah orang tuanya ataupun ke kost.

"Jadi sebenarnya kemana kau Ruka?" Gumam Seto sambil berjalan.

Saat melewati pertigaan, ada beberapa dokter dan magang yang tengah mendorong brangkar berisi bocah korban tabrakan. Tapi, mata Seto menangkap sosok pemuda yang akhir-akhir ini bersama dengan Ruka. Shouma Machii.

Dia menoleh dan menatap sebentar punggung Machii.

"Ck." Seto berdecak dan berjalan menuju ruangannya.

≒≒≒≒≒≒
★Matsuda Ruka ★
≒≒≒≒≒≒

Esok harinya, Hiroki mengunjungi sang nenek di kamarnya.

"Eh ada yang nemenin ya nek. Maaf ya mas, neneknya saya periksa dulu." Ujar Hiroki. Sang pria nampak mengangguk dan mempersilakan. "Nak Hiroki. Ini, kenalin. Cucu nenek yang paling ganteng! Namanya Iwanaga Tetsuya." Si nenek bercerita sembari Hiroki mengecek tekanan darahnya. "Cucu nenek yang keberapa?" Tanya Hiroki penasaran.

"Cucu yang pertama! Tapi belum dapat istri." Nenek Nishiki mengeluh mendadak soal istri. "Tetsuya kan cari uang dulu nek. Nenek suka jajan pakai uang siapa?" Tetsuya bertanya iseng. Nenek itu terdiam, "Ya pakai uang Tetsuya." Jawabnya setengah kesal. "Lalu, kalau Tetsuya tidak kerja. Bagaimana?"

"Nenek ya tidak jajan. Ah! Sudah mau makan saja." Dengan kesal, nenek itu memakan buah yang sudah dibawakan oleh staff rumah sakit saat makan siang. Tetsuya dan Hiroki tertawa saja mendengar sang nenek merajuk.

"Dek. Dokter baru? Saya baru lihat." Tanya Tetsuya. Hiroki menyelipkan termometer di ketiak sang nenek, "Bukan mas. Saya magang. Baru sekitar.. Ya kurang lebih baru seminggu disini." Jelasnya. Tetsuya mengangguk pelan. "Keinget waktu saya kuliah dulu jadinya." Kemudian Tetsuya tertawa kecil.

Termometer berbunyi 'pip' kecil nan nyaring. Hiroki mengambilnya secara sopan dan melihat temperatur suhunya. "Normal ya suhu nenek. Hiroki tinggal dulu ya nek. Mau lihat ke pasien lain." Pamitnya sambil menunduk sopan. "Mari mas. Saya duluan. Nenek makan yang banyak ya! Supaya kuat. Hehe."

"Tenang nak. Ini nenek sedang usaha makan banyak."

Kemudian Hiroki keluar kamar dan segera berjalan menuju ruangan yang berada di lantai dua gedung.

"Aku, rasanya.. Merindukan Ruka. Kemana dia sebenarnya?" Gumamnya sambil menyeret langkahnya.

.

.

Nb.

* Fraktur Femur kanan : patah tulang paha bagian kanan.

Magang [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang