Setelah sekian lama, Meira masih rajin mengunjungi kafe kesayangannya di sudut Gare du Nord. Ales kerap menemaninya. Seperti hari ini, mereka datang pagi-pagi sekali dan memilih meja di teras, di tengah udara bebas dan ramai suasana stasuin. Meira membuka topi, lalu melepaskan sarung tangan yang dia kenakan. Dia merapikan rambutnya yang panjang dan bergelombang, lalu mengulurkan tangan untuk meraih cangkir kopi yang baru saja disodorkan oleh Ales.
"They change the barista." bisik Ales. Lelaki Prancis itu duduk di hadapan Meira.
"It's okay." Meira menanggapi Ales dengan tenang. "Dia barista yang lama sebelum digantikan dengan barista yang kamu kenal." Dia meminum kopinya, kemudian berkomentar, "The coffee's still good."
"Oh, hampir saja lupa." Ales mengeluarkan sebuah amplop putih dari bilik jas. Amplop itu digoyang-goyangkan di udara. "Leif mengirim ini kemarin."
"Apa ini?" tanya Meira. Dia meletakkan kembali cangkirnya, lalu berganti membuka amplop kiriman Leif. Ales memperhatikannya melepaskan perekat di bagian belakang amplop tersebut dengan berhati-hati.
"undangan, sepertinya." Lelaki itu berkata.
"Ah." Meira bergumam pelan begitu menemukan secarik kertas tebal hitam dari dalam amplop. Ales benar.
----------
life in BITTERSWEET LOVE
PHOTO EXHIBITION
by Farana Asyifa Rashad
OPENING DAY
June 5th, 2019 at 7 PMPLACE
G/F 15 Shelly Street 2nd floor - Central, Hong Kong----------
Dia menatap Ales penuh arti sambil menyodorkan kertas itu. "Jadi, dia ada di Hong Kong sekarang."
"Siapa?"
Meira tidak menjawab. Dibiarkannya Ales membaca sendiri isi undangan tersebut. Dia kembali pada kopi hitam miliknya.
Didengarnya Ales berkata, "I see. It's a photo exhibition. Mungkin kamu harus beritahu Adrian." Meira tertawa sinis mendengar itu.
"Maaf saja. Aku tidak sebaik itu." tolaknya mentah-mentah. "Let they fix their own problem. Why should I care?"
Kali ini, Ales yang tertawa. "Oh, I love the cold side of you, Mei."
*****
Reza menerima undangan yang serupa. Rana sendiri yang megirimkan undangan tersebut kepadanya bersama satu kotak jeruk mandarin. Dia memperlihatkan undangan itu kepada teman-temannya saat mereka berempat berkumpul.
Edwin berseru kagum. "Wow! Rana mengadakan pameran foto sendiri?" lelaki itu menatap kekat-lekat undangan dari Rana.
Reaksi Salsa lebih antusias lagi. "Mana? Mana? Mau lihat!" Penuh rasa ingin tahu, Salsa merebut undangan di tangan Edwin, tetapi kemudian gadis itu mengerutkan alis karena kecewa. "Haah? Ini di Hong Kong?"
Reza tertawa kecil. "Rana kan masih di sana, Sal."
Salsa berkata pelan dan lesu, "Kangen deh sama Rana. Kapan sih dia pulang ke Indonesia?"
Mendengar pertanyaan Salsa, Reza tersenyum tipis. Sedikit pahit. Dia pun tidak tahu kapan Rana akan kembali. Kali terakhir dia menghubungi Rana satu bulan yang lalu, perempuan itu sedang sibuk menyiapkan pameran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Love (Complete)
Teen FictionRana, dijodohkan dan ditunangkan oleh kedua orangtuanya. Tanpa dasar cinta dan murni karena alasan bisnis. Calon tunangannya, Adrian. Seorang eligible bachelor tampan yang paling diinginkan di Jakarta. Lelaki yang tidak bisa melepaskan kenangan masa...