Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" aku juga tau kalau dia pesychopath, memang kenapa?".
Mata nadia membelalak. Ia tidak kaget dengan jawaban temannya ini.
"Kamu gila? jika kamu sudah tau, kenapa kamu nggak ngejauhin dia?". Kata nadia geram.
" Buat apa?, dia manusia sama seperti aku, jadi apa yang perlu ditakutkan?". sanggah aqila.
"Kamu memang sudah tidak waras qil, itu sama saja kamu biarkan tubuhmu dimangsa serigala". kekeh nadia.
" Itu tidak akan terjadi. Jika memang itu terjadi, mungkin aku sudah tinggal nama sekarang. Jadi tidak usah terlalu kawatir!!". yakin aqila.
Nadia menghembuskan nafasnya berat sebelum ia berkata.
"Terserah kamu deh qil".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Renjun bersama teman-temannya seperti biasa duduk di kantin sebelah pojok sewaktu istirahat dimulai. Namun kali ini beda, ada aqila yang ikut di dalam kumpulan anak- anak gemar memainkan pisau.
Jika di lihat secara horisontal dan vertikal aqila seperti beras putih yang nyasar di satu genggam beras hitam.
" Bukankah dia anak yang sewaktu itu kita ambil?".
Jeno melirik aqila dan jaemin bergantian.
"Em...., sepertinya iya". timpal jaemin.
" Halo salam kenal, aku jaemin". sambung jaemin mengulurkan tangannya kepada aqila.
Melihat perilaku jaemin yang sok bail sok ramah, renjun menepis uluran tangan jaemin sebelum aqila menyambutnya.
"Jangan sok ramah". tukas renjun dengan wajah datar.
Aqila beserta ketiga teman renjun menatap renjun bersamaan.
Mereka heran dengan perilaku renjun terutama ketiga temannya.
"posesif sekali. Kami tidak akan mengambilnya dari mu renjun, benar kan jaem?". Kekeh jeno.
" Hem....tergantung heheh".
Renjun membelalakkan matanya.
"Apa maksudmu?". sangkal renjun.
" Eh...sudah-sudah. Kami tidak akan menyentuh aqila" lerai jeno.
Renjun meliril aqila yang tersenyum samar disampingnya.
"Ap...apa yang kalian bicarakan?_ dia budakku, jadi dia adalah mililku. em...maksudnya dia pem antuku...pelayan...., em apalah itu. Jadi dia tak pantas untuk kalian, mengerti?".
Renjun menarik tangan aqila menjauh dari teman-temannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana jalan yang lumayan ramai pelalu lalang, di sampinya terpampar dua sosok manusia yang berjalan bersebelahan di trotoar. Mereka renjun dan aqila.
Mereka pulang dari sekolah. Jika ditanya kenapa renjun tidak naik mobil dan memilih untuk jalan? salahkan renjun yang tiba-tiba menarik aqila keluar dari area sekolah padahal sekolah belum berakhir. Jadi mau tidak mau aqila menuruti renjun untul jalan.
Mereka terus berjalan menyusuri trotoar tanpa depatah katapun.
Tak kadang mereka bergantia melirik satu sama lain.
Hingga satu saat pandangan mereka bertemu dan membuat keduanya salah tingkah.
" Kenapa kau menatapku?". tuduh renjun menyembunyika. rasa geroginya.
"Kamu juga menatapku". balas aqila.
Renjun diam membeku, dia bingun harus menjawab apa.
" Renjun. Em...maksudku tuan".
Renjun melirik aqila sebentar. Wajah cantik aqila terlihat dari samping. Wanita itu mengajak berbicara lawannya tapi pandangnnya masih lurus kedepan, tidak bengkok atau putat balik.
"Apa aku senista itu? serendah itu? sampai aku tidak pantas untuk bersama teman-temanmu?".
Renjun berdehem.
"Hem....baiklah, aku mengerti".
Renjun melirik gadis disampingnya setelah menyadari suara yabg dihasilkan aqil bernada sedih atau lebih tepatnya kecewa.
Aqila menunduk, sedetik kemudian ia menangis. Tangisannya semakin kencang ketika seseorang membawanya menuju dada bidang. Ya dia renjun, pria yang membuatnya menangis.
"Maaf sebelumnya, tapi aku tidak suka jika kau dekat dengan mereka"--kau hanya milikku". sambung renjun dalam hati.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.